Friday 3 April 2015

KARENA KITA LUPA MENCATAT

Adalah Alfred Russel Wallace (1823 – 1913), seorang ilmuwan dalam bidang biologi dan Botani yang suka menjelajah dan mengembara. Salah satu tempat persinggahan Wallace adalah Nusantara. Selama beberapa tahun di Nusantara, Wallace banyak mengumpulkan data tentang aneka macam flora dan fauna yang tersebar diseluruh penjuru Nusantara. Garis Wallace yang kelak kita kenal adalah hasil temuannya begitupun dengan julukan “Kingdom of Butterfly” adalah nama yang diberikan oleh Wallace kepada Bantimurung Bulusaraung selama meneliti disana. 
Pekerjaan yang dilakukan Wallace adalah pekerjaan yang sangat sederhana yaitu mencatat temuan-temuannya dari berbagai sumber yang kemudian dia kirim ke negara asalnya di tanah Brittania. Bagi Wallace mencatat adalah pekerjaan yang sangat mulia. Hasil catatan-catatan dari Wallace dikemudian hari menginspirasi Charles Darwin untuk mencetuskan teori Evolusi.
Jared Diamond dalam bukunya Guns, Germs, and Steel, menunjukkan bahwa salah satu penemuan terbaik dalam sejarah umat manusia adalah Aksara dan Tulisan. Kegiatan catat mencatat telah memberikan umat manusia arah sejarah baru. Sebelum Wallace Kita mungkin mengenal Marco Polo, Christoper Colombus, Barthomoleus Diaz, dan Ibnu Batutah yang telah memberikan “Catatan” kepada Belanda, Portugis, Arab, Persia dan Gujarat betapa berharganya Nusantara. 
***
Mencatat bukanlah pekerjaan yang kecil. Lupa dan lalai dalam mencatat akan menyebabkan masalah yang sangat besar. Maka tidak heran apabila seorang sekretaris, bendahara, dan akuntan diharuskan untuk mencatat secara detail dan terperinci. Saya baru paham mengapa sebelum penelitian, Dosen Pembimbing membelikan sebuah buku yang khusus berisi catatan segala data dan fakta yang saya temukan dilapangan. Akibatnya pun sangat fatal. Karena saya mengabaikan beberapa data, akhirnya penelitian saya sedikit amburadul padahal saya hanya lupa mencatat kapan petani menanam tanaman kedelainya dan berapa dosis pestisida yang dia aplikasikan untuk tanaman kedelainya.
 ***



Adalah kabar yang sangat menyedihkan ketika saya medengar bahwa merk dagang “Kopi Toraja” telah di patenkan oleh sebuah Perusahaan Jepang. Hal ini tentu saja sangat merugikan bagi kita karena Petani tak bisa lagi mengimpor kopi dengan merk dagang “Kopi Toraja”. Adalah Key Coffe perusahaan Jepang yang telah mempatenkan merk dagang “ Kopi Toraja” sejak tahun 2005. Persoalannya sangatlah sederhana, yaitu kita lupa “mencatat” dan melakukan “sertifikasi” terhadap tanaman-tanaman kita. Seperti yang dilansir oleh Media Lokal Makassar bahwa setelah mendengar kabar tersebut barulah pemerintah Sul-Sel giat melakukan sertifikasi terhadap tanaman kopi. 
Pemerintah kita seharusnya sejak dulu melakukan pencatatan dan sertifikasi terhadap tanaman-tanaman yang dikembangkan oleh petani kita. Pemerintah kita harus belajar kepada kasus tanaman Kunyit yang dipatenkan oleh Jerman, serta Temulawak yang telah dipatenkan oleh Amerika Serikat. Hal ini tentu pukulan telak bagi kita semua bagaimana Kopi Toraja yang terkenal dengan sebutan”Queen of Coffe” nyatanya kini diklaim dan dipatenkan sebagai milik perusahaan asing.
Saya membayangkan suatu saat nanti Kelak kita akan meminum “Kopi Toraja” bukan sebagai kopi yang dikembangkan petani kita, namun sebagai Kopi Impor dari Jepang. Saya juga membayangkan bahwa suatu hari nanti tanaman-tanaman yang dikembangkan oleh nenek moyang kita akan datang kembali menjajah dan juga memarahi kita karena kita lupa menjaganya. Dan tentunya suatu hari nanti kita akan membeli produk-produk pangan yang telah kita jaga selama berabad-abad dengan harga yang lebih mahal dengan status “Barang Impor”. Dengan sebuah alasan yang cukup sedehana “ kita lupa mencatatnya dan menjaganya sebagai milik kita”. 
Wallace telah menunjukkan bahwa kegiatan catat-mencatat mampu melahirkan sejarah yang besar. Mungkin hal  ini berbanding lurus dengan jumlah Restoran-restoran asing dan Restoran Cepat Saji yang kian menjamur yang membuat kita semakin lupa bagaimana Produk pertanian lokal petani kita.

Tulisan ini dimuat dalam Rubrik "LITERASI" Koran Tempo
Edisi 4 April 2015

0 comments:

Post a Comment