Tikus (Rattus sp) yang dalam klasifikasinya dimasukkan ke dalam
sub filum Vertebrata (hewan-hewan beruas tulang belakang), kelas Mammalia
(hewan-hewan menyusui), ordo Rodentia (hewan-hewan yang mengerat) dan famili
Muridae yang merupakan salah satu hama penting pada tanaman pertanian (pangan,
horticulture, dan perkebunan).
Jenis tikus yang penting sebagai hama,yaitu:
Tikus sawah (Rattus argentiventer)
Tikus rumah (Rattus rattus)
Tikus pohon (Rattus tiomanicua)
Tikus lading (Rattus exulans)
Tikus mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dipunyai oleh hama pada
umumnya, yaitu :
Mempunyai mobilitas atau kemampuan bergerak yang
tinggi,
Mempunyai kemampuan merusak dalam jumlah yang
sangat besar dan dalam waktu yang singkat.
Stadia pertumbuhan tanaman yang dirusak luas,
mulai pdari persemaian sampai ke pasca panen (di tempat penyimpanan).
Mempunyai respon atau tanggap terhadap tindakan
pengendalian dengan cepat, baik untuk menolak atau untuk menghindar.
Morfologi Tikus
Secara umum morfologi tubuh tikus dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
kepala dan badan beserta bagian-bagiannya.
1.
Kepala
Bentuk kepala tikus adalah kerucut atau kerucut terpton, dengan misai
(kumis) pada ujung moncongnya yang berfungsi sebagai alat peraba. Mata terletak
di bagian tepi dari kepala dan letaknya agak menonjol keluar, sehingga
mempunyai sudut pandang yang lebar. Gigi tikus terdirr dari gigi seri dan
geraham, tidak mempunyai gigi taring sehingga terdapat celah di antara gigi
seri dan geraham yang berfungsi untuk mengeluarkan kotoran yang terbawa bersama
makanannya, atau untuk mengeluarkan makan yang tidak disukainya. Gigi seri
tikus selalu mengalami perpanjangan, sehingga perlu dikurangi dengan jalan
mengeratkan gig serinya pada benda-benda yang keras. Tidak heran bila ada
benda-benda yang tidak biasa dimakan tetapi digigit oleh tikus, hal itu untuk
mengurani pertumbuhan gigi serinya. Gigi seri berfungsi untuk memotong makanan,
sedangkan geraham untuk mengunyah makanan.
2. Badan
Bentuk badan tikus adalah silindris memanjang kebelakang. Batas antara
kepala dan badan tidak begitu jelas sehingga dalam identifikasi jenis-jenis
tikus, kepala dan badan digabung dan dipisahkan dengan ekor. Badan (dan juga
kepala) ditutupi oleh rambut yang warnanya berbeda-beda tergantung jenisnya.
Pada bagian bawah badan tikus betina yang sudah dewasa terdapat puting susu
yang jumlahnya bervariasi antara 2-6 pasang, tergantung dari jenisnya. Pada
bagian ujung belakang badan bagian bawah terdapat alat kelamin dan anus. Pada
tikus jantan dewasa terdapat organ kelamin berupa kantung yang merukapan tempat
dihasiilkannya sperma. Pada saat tikus belum dewasa kantung tersebut berada di
dalam tubuh, kemudian berangsur-angsur keluar sesuai dengan umur tikus.
Pada badan tikus terdapat anggota badan berupa 2 pasang kaki (tungkai) dan
ekor. Pada telapak kaki terdapat tonjolan-tonjolan yang berfungsi untuk
membantu tikus dalam memanjat. Ekor tikus gundul (tidak berambut), merupakan
ciri yang membedakannya dengan bajing (ekor berambut tebal) dan landak (ekor
berduri).
Biologi Tikus
1.
Makanan dan perilaku makan
Tikus merupakan hewan pemakan semua bahan, baik yang berasal dari tumbuhan
maupun dari hewan. Walaupun demikian biji-bijian seperti gabah, beras dan
jagung tampaknya lebih disukai daripada yang lain. Setelah itu, tikus juga menyukai
umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi kayu.Makanan yang berasal dari hewan
terutama adalah serangga dan
hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan sumber untuk
pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan
makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga.Hasil
penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan seekor tikus
setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari kandungan air
dan gizi dalam makanannya.
Tikus merupakan hewan yang aktif pada maam hari sehingga sebagian besar
aktivitas makannya dilakukan pada malam hari.Tikus memiliki sifat “neo-fobia”,
yaitu takut atau mudah curiga terhadap benda-benda yang baru ditemuinya.Dengan
adanya sifat tikus yang demikian, maka makanan akan dimakan adalah makanan yang
sudah biasa ditemui.Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara
kimia dengan menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan agar umpan
yang digunakan adalah umpan yang disukai oleh tikus dan tempat umpanyang
digunakan adalah benda-benda alami yamg banyak terdapat di alam.
Diantara beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tikus dalam memilih
makanan adalah:
Kandungan gizi dari makanan, apakah dapat
memberikan semua bahan yang dibuthkan oleh tubuh atau tidak,
Rasa makanan, untuk hal ini tikus akan memilih
makanan yang rasaya lebih enak terutama makanan yang mengandung gula dan bumbu
masak (vetsin).Oleh sebab itu, kedua bahan ini sering ditambahkan sebagai
Campuran pada umpan beracun untuk lebih memikat tikus.
Kemudahan dalam mendapatkan makanan tersebut.
2.
Pertumbuhan dan perkembangan
Masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu. Jumlah anak
yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 - 12 ekor (rata-rata 6 ekor)
tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan.Bayi yang baru dilahirkan menunjukkan ciri-ciri tidak berambut (gundul), tubuh
berwarna merah jambu dengan bobot 4 - 6 gram, mata dan telinga tertutup
selaput.
Dalam perkembangan selanjutnya, anak tikus akan berubah secara
berangsur-angsur, rambut mulai tumbuh pada umur 4 hari, telinga membuka pada
umur 5 – 6 hari, gigi mulai tumbuh (yang mula-mula tumbuh adalah gigi seri)
pada umur 10 – 11 hari, mata membuka pada umur 14 – 16 hari, dan anak tikus
akan disapih (selesai disusui) pada umur 28 hari.
Pada tikus terdapat sifat “birahi setelah melahirkan”, terutama pada saat
makanan di lapang dalam jumlah banyak dan mengandung nilai gizi yang baik. Satu
sampai dua hari setelah melahirkan, tikus betina dapat birahi lagi untuk
dikawini oleh tikus jantan. Jadi tikus dapat memanfaatkan makanan yang ada di
lapang untuk berkembang biak sebanyak-banyaknya.
Tikus menjadi dewasa dalam arti dapat kawin mulai umur 3 bulan. Lama hidup
seekor tikus di lapang rata-rata 1 tahun sedang di laboratorium rata-rata 3
tahun.
3.
Sarang
Tikus membuat sarang untuk beberapa tujuan, yaitu tempat istirahat pada
siang hari, tempat melarikan diri dan bersembunyi dari serangan predator
(musuhnya), tempat memelihara dan menyusui anaknya, tempat menyimpan makanan
(terutama padasaat di lapangan tidak ada makanan),
tempat menjaga suhu badan agar tetap stabil.
Tikus membuat sarang di pematang-pematang sawah, di tepi saluran irigasi,
di bawah jalan kereta api, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan dia membuat
sarang. Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu
utama untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan
dalam keadaan yang membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun
pada saat dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai
minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi dengan
daun-daunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari lorong yang
berkelok-kelok; semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong
yang dibuat.
4. Organ
indera
Indera penglihatan, menurut
pengamatan para ahli diketahui bahwa tikus adalah hewan yang buta warna,
artinya ia hanya dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan putih. Akan
tetapi, tikus tampaknya tertarik pada warna-warna hijau, kuning dan hitam.
Warna hijau dan kuning diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi yang
merupakan makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam merupakan warna
gelap yang terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus dalam melihat benda-benda
yang ada di depannya dapat mencapai 10 meter.
Indera Penciuman, organ
penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau makanannya. Tikus
jantan dapat mencium bau tikus
betina yang sedang birahi untuk dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau
anaknya yang keluar dari sarang berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh
anaknya.
Indera Pendengaran, organ
pendengaran tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara dengan
frekuensi tinggi, yang tidak dapat didengar oleh manusia. Berdasarkan
suara-suara yang dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi menjadi beberapa suara,
yaitu :
@Suara-suara pada saat akan melakukan perkawinan
@Suara-suara menandakan adanya bahaya
@Suara-suara pada saat menemukan makanan
@Suara-suara pada saat tikus mengalami kesakitan
Indera Perasa/Pengecap, lidah
tikus dapat merasakan sesuatu makanan apakah enak atau tidak, sebelum ia
meneruskan untuk makan atau membatalkannya.
Indera Peraba, dalam meraba
benda-benda yang ada di sekitarnya, tikus menggunakan misai/kumis yang berada
di ujung moncongnya. Selain itu, tikus juga menggunakan ambut-rambut yang ada
di sisi badannya untuk membantu kerja misai.
Dalam mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan yang
sama, sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus akan
merasa aman untuk melewati jalan yang sama, daripada setiap saat harus membuat
jalan baru. Jalan yang sama dapat ditandai dengan gesekan benda-benda di
sekitar jalan tersebut dengan misainya, dan juga karena adanya air seni yang
dikeluarkan pada jalan tersebut yang dapat diciuminya.
5.
Kemampuan fisik
Kemampuan menggali, tujuan utama
tikus menggali tanah adalah untuk membuat sarang. Kemampuan seekor tikus dalam
menggali adalah satu meter secara vertical (kedalaman) dan tiga meter secara
horizontal (memanjang).Pada populasi tikus yang tinggi, liang tikus yang
dibangun sangat panjang dan berkelok-kelok, kadang-kadang antara sarang yang
satu dengan yang lain saling berhubungan.
Kemampuanmelompat, seekor tikus
mampu melompat sampai ketinggian 75 cm dan sejauh 100 cm.Dengan kemampuannya
ini maka dalam membuat penghalang mekanik (pagar dan parit) perlu diperhatikan
tinggi pagar dan lebar parit.
Kemampuan memanjat, dengan
bantuan tonjolan-tonjolan pada tungkainya dan ekor untuk keseimbangan, seekor
tikus dapat memanjat tanaman, pagar, atau tembok. Selain itu tikus juga dapat
berjalan pada seutas tali.
Kemampuan mengerat, tujuan
utamanya adalah untuk mengurangi pertumbuhan gigi seri yang terse menerus.
Kemampuan mengerat seekor tikus cukup kuat, kira-kira setengah dari benda yang
terkeras dapat dikeratnya. Walaupun demikian seng atau aluminium yang masih
bagus dapat terbebas dari keratan tikus, sehingga bahan ini biasa dipakai
sebagai penghalang tikus.
Kemampuan berenang dan menyelam,
tikus mampu berenang dengan kecepatan 1,4 km/jam selama selama 72 jam
terus-menerus, terutama dalam keadaan yang terpaksa misalnya pada daerah yang
tergenang banjir, sampai didapatkan daerah yang agak tinggi.Kemampuan menyelam
seekor tikus maksimal selama 30 detik.
Ekologi Tikus
Populasi tikus diartikan sebagai kumpulan tikus dari jenis yang sama di
suatu tempat pada suatu waktu tertentu.Pertumbuhan populasi tikus di alam
dipengaruhi oleh dua faktor :
1.
Faktor abiotik (faktor fisik)
Faktor abiotik yang berperan terutama cuaca atau iklim, sarang, dan sumber
air.Pengaruh faktor abiotik ini tidak akan dibahas lebih jauh karena ada
kesamaan pengaruhnya terhadap hewan lainnya, seperti serangga.
2.
Faktor biotik (faktor biologi)
Faktor biotik yang berperan adalah makanan (baik dalam jumlah maupun
kandungan gizinya), musuh
alami yang terdiri dari predator atau pemangsa (ular, burung, dan kucing atau
anjing), patogen atau penyebab penyakit (virus, bakteri, cendawan, protozoa,
nematoda dan lain-lain), pesaing atau kompetitor yang dapatberupa tikus dari
jenis yang sama atau jenis yang berbeda. Persaingan terutamaterjadi dalam mendapatkan makanan dan
minuman,sarang, dan pasangan.
Populasitikus di alam selalu mengalami fluktuasi, hal ini terutama
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan.
Kelahiran, dipengaruhi oleh:
-Kemampuan seekor tikus dalam melahirkan anaknya,
-Masa perkembang biakan (dipengaruhi oleh makanan
dan cuaca),
-Perbandingan antara betina yang sedang bunting
dengan semua betina dewasa yang ada di suatu areal,
-Umur betina saat melakukan perkawinan,
-Struktur populasi berdasarkan umur, yaitu bayi
tikus (cindil), anak tikus dan tikus dewasa.
Kematian, dipengaruhi oleh:
-Ketersediaan makanan,
-Musuh alami,
-Lama hidup (umur maksimum yang biasa dicapai oleh
tikus).
Perpindahan/Pergerakan, yaitu perpindahan tikus
keluar dari suatu tempat atau masuk ke suatu tempat.Pada keadaan normal seekor
tikus dalam sehari dapat bergerak sejauh 100 meter. Akan tetapi, dalam keadaan
yang memaksa, misalnya tidak ada makanan di lapang, seekor tikus dapat bergerak
sampai sejauh 500 meter per hari.
Peramalan Tikus
1.
Monitoring (pemantauan)
Pemantauan populasi merupakan langkah awal dari pengendalian tikus yang
bertujuan untuk menentukan apakah sudah perlu dilakukan tindakan pengendalian atau belum.Ada tiga cara pemantauan
yang dapat dilakukan terhadap tikus:
Pemantauan populasi tikus tanpa pemerangkapan,
dapat dilakukan dengan:
-Melihat sarang aktif, yaitu sarang dimana masih
ada tikus didalamnya,
-Melihat jejak telapak kaki dan ekor, dapat
dilihat pada permukaan tanah atau dengan menggunakan ubin jejak,
-Melihat jalan tikus yang sering dilaluinya,
-Mendengar suara-suara tikus, dan
-Melihat kotoran tikus (berupa kotoran padat dan
kotoran cair).
Pemantauan populasi tikus dengan pemerangkapan,
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
-Menghitung populasi tikus secara mutlak, artinya
semua tikus ditangkap dan dihitung, namun cara ini susah untuk dilaksanakan,
-Menghitung populasi secara nisbi/relatif, tidak
menghitung semua tikus tetapi dengan perhitungan-perhitungan tertentu sehingga
dapat diduga populasi tikus yang ada di suatu tempat tertentu.
Pemantauan gejala kerusakan pada tanaman, yaitu
mengadakan penghitungan pada tanaman yang terserang, sehingga dari sini dapat
ditentukan apakah serangan tikus sudah mencapai ambang ekonomi atau belum.
2.
Pengendalian Tikus
Pada pengendalian terpadu ini ada tiga prinsip yang dapat diterapkan yaitu:
Menurunkan populasi tikus sampai pada tingkat
yang tidak merugikan secara ekonomis,
Melindungi tanaman atau bahan simpanan dari
serangan tikus,
Mengurangi ketersediaan makanan bagi tikus.
Untuk keberhasilan pengendalian terpadu ini diperlukan beberapa syarat,
yaitu :
Melakukan secara serentak pada areal yang luas
(minimal 5 ha),
Dilakukan secara berkesinambungan sampai populasi
tikus berada dibawah ambang ekonomi,
Diterapkan sistem pengamatan dini yaitu ‘cepat
melihat cepat melapor’,
Tepat metode, yaitu sederhana, praktis, dan
sesuai dengan kondisi setempat,
Tepat sarana, pada tiap kelompok tani minimal ada
50 alat emposan, 50 kg belerang dan 100 kg rodentisida siap pakai, dan
Dilakukan dengan pengorganisasian yang rapi.
Metode-metode yang dapat diterapkan dalam pengendalian terpadu adalah
kultur teknis, sanitasi, fisik-mekanis, biologis, dan kimiawi.
PENGENDALIAN
DENGAN RODENTISIDA
Rodentisida adalah bahan
yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mmatikan berbagai
jenis binatang pengerat, misalnya tikus.Tikus juga merupakan organisme
penggangu yang bnayak merugikan manusia. Di bidang pertanian , tikus sering
menyerang tanaman pangan ,hortikltura, dan tanaman perkebunan dalam waktu yang
singkat dengan tingkat kerugian yang besar. Berbagai stadia umur tanaman diserangnya,
mulai dari pembibitan, masa pertumbuhan sampai hasil panen yang tersimpan di
guadang. Dipeternakan , tikus sering mengambil pakan ternak. Dan , bahkan tikus
dapat menjadi sarana bagi beberapa pathogen yang dapat menimbulkan penyakit
bagi manusia dan hewan piaraan.
Rodentisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan tikus. Rodentisida yang digunakan adalah rodentisida antikoagulan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
Rodentisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan tikus. Rodentisida yang digunakan adalah rodentisida antikoagulan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
• Tidak berbau dan tidak berasa.
• Slow acting, artinya membunuh tikus secara perlahan-lahan, tikus baru mati setelah memakan beberapa kali.
• Tidak menyebabkan tikus jera umpan.
• Mematikan tikus dengan merusak mekanisme pembekuan darah.
Jenis bahan aktif rodentisida adalah boadfakum,
kumatetralil atau bromadiolone, Sedangkan untuk area khusus yang sangat
sensitif dan memerlukan perlakuan khusus akan digunakan pengumpanan dengan lem
tikus yang khusus.Pelaksanaan pengendalian hama tikus akan dilengkapi dengan
laporan lapangan setiap melaksanakan pekerjaan pada tahapan yang dimaksud dan
diketahui serta ditanda tangani oleh pejabat/petugas yang ditunjuk oleh
perusahaan setempat.Masalahnya tikus sangat terampil menghindar terhadap
setiap tindakan pengendalian. Oleh karena itu rodentisida yang efektif biasanya
dalam bentuk Pada prinsipnya
pengendalian ini menggunakan bahan-bahan kimia untuk membunuh atau mengganggu
aktivitas tikus.Pengendalian secara kimia dapat dibagi menjadi empat bagian,
ayitu fumigasi (asap beracaun), repellent (bahan kimia pengusir tikus)
dan attractant (bahan kimia pengikat tikus), dan chemo-sterilant
(bahan kimia yang dapat memandulkan tikus).
Fumigasi (asap beracun)
Fumigasi dapat digunakan pada saat tanaman padi memasuki stadia generatif,
karena pada saat itu umpan beracun yang diberikan tidak akan dimakan oleh
tikus.Tikus lebih tertarik pada tanaman padi terutama pada bagian malai.Asap
beracun dikeluarkan atau diemposkan dengan bantuan alat alat pengempos yang
terbuat dari logam tahan panas.Bahan-bahan yang digunakan dalam fumigasi adalah
merang ditamabh belerang, kemudian dibakar.Jika tidak ada belerang, merang
sendiri dapat digunakan, karena pada pembakaran merang akan dihasilkan gas
karbondioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) yang juga dapat
meracuni tikus.Penambahan belerang akan terbentuk gas belerang dioksida (SO2)
sebagai tambahan yang dapat membunuh tikus lebih cepat.Kelebihan fumigasi
dibandingkan umpan beracun adalah dapat membunuh anak-anak tikus dan kutu yang
menempel di kulit tikus, yang tidak mati bila tikus dikendalikan dengan umpan
beracun.
Umpan beracun biasanya
dibuat dari kombinasi antara racun, bahan pemikat, bahan pewarna, bahan
pengikat, dan bahan pengawet.Secara umum racun dibedakan menjadi dua kelompok
berdasarkan cara kerjanya pada tikus, yaitu racun akut (racun yang cara
kerjanya mempengaruhi sistem syaraf tikus) dan racun kronis/racun antikoagulan
(racun yang cara kerjanya mempengaruhi atau menghambat proses
koagulasi/pembekuan darah).Umpan yang biasa digunakan adalah biji-bijian
serealia terutama beras dan jagung karena makanan ini yang paling disukai oleh
tikus.
Bahan pemikat (attractant) merupakan bahan yang ditambahkan pada umpan tikus dengan tujuan untuk
menarik tikus agar mau makan umpan tersebut. Bahan penarik ini biasaya berupa
gula atau vetsin (bumbu masak) atau bahan-bahan lain yang merupakan hasil
penelitian perusahaan pestisida dan biasanya tidak diberitahukan kepada
masyarakat umum.
Bahan pewarna (colouringu) yang biasa digunakan adalah pewarna makanan, dan pewarna kain yang mudah
larut.Walaupun tikus termasuk hewan yang buta warna, tetapi tikus cenderung
tertarik pada warna-warna tertentu, seperti hijau, kuning dan hitam.
Bahan pengikat (binder) merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat atau melekatkan racun dengan
umpan dan bahan-bahan lainnya. Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah
minyak nabati (tumbuh-tumbuhan) yang berasal dari kelapa, jagung atau kacang
tanah.
Bahan pengawet (preservative) merupakan bahan digunakan untuk meningkatkan daya
tahan rodentisida baik di tempat penyimpanan maupun selama diaplikasikan di
lapang terhadap gangguan dari luar, baik gangguan dari makhluk hidup (serangga,
cendawan, dan lain-lain) atau gangguan cuaca (hujan, suhu,dan lain-lain).Bahan
pengawet/pelindung dari serangan serangga adalah insektisida, dari serangan
cendawan adalah fungisida.Yang perlu diperhatikan adalah pemberian pestisida
ini dapat mengurangi keinginan tikus utuk memakannya, maka pemberian pestisida
ini harus melalui serangkaian percobaan. Bahan pengawet terhadap gangguan cuaca
adalah lilin atau parafin, dengan perbandingan lilin 30-40% dan umpan beracun
60-70%.
Repellent (bahan pengusir) dan
attractant (bahan pemikat)
Bahan kimia pengusir ini mula-mula dibuat untuk mengamankan hasil pertanian
yang disimpan di gudang dari serangan tikus dan burung. Dari hasil pengujian
terhadap beberapa bahan kimia, ada beberapa jenis yang dapat berfungsi sebagai
bahan pengusir yaitu naftalen, kapur, bubuk belerang, dan ekstrak buah
cabai.Dalam pelaksanaannya, untuk mengusir tikus-tikus di lapang masih ditemui beberapa
kesukaran.Sedangkan bahan kimia penarik dapat dicampurkan ke dalam umpan
beracun untuk menarik tikus atau dapat digunakan sebagai umpan yang diletakkan
di dalam perangkap tikus.
Chemo-sterilant (bahan pemandul)
Cara kerja bahan ini di dalam tubuh tikus bersifat khusus seperti halnya
bahan-bahan kontrasepsi pada manusia, yaitu :
@Menghambat pembentukan sel telur,
@Menghambat terjadinya pembuahan (pertemuan sel
sperma dengan sel telur),
@Mencegah terjadinya penempelan embrio pada
dinding rahim,
@Menyebabkan keguguran,
@Menghambat pembentukan air susu pada induk tikus,
dan
@Menjadikan keturunannya tikus mandul.
Dalam prakteknya di lapang, bahan kimia pemandul ini sukar diterapkan
karena dalam pembuatannya membutuhkan biaya yang tinggi dan hasil yang dicapai
masih belum memuaskan.
PENGENDALIAN TIKUS DENGAN RODENTISIDA
Tikus (Rattus sp) yang dalam klasifikasinya dimasukkan ke dalam
sub filum Vertebrata (hewan-hewan beruas tulang belakang), kelas Mammalia
(hewan-hewan menyusui), ordo Rodentia (hewan-hewan yang mengerat) dan famili
Muridae yang merupakan salah satu hama penting pada tanaman pertanian (pangan,
horticulture, dan perkebunan).
Jenis tikus yang penting sebagai hama,yaitu:
Tikus sawah (Rattus argentiventer)
Tikus rumah (Rattus rattus)
Tikus pohon (Rattus tiomanicua)
Tikus lading (Rattus exulans)
Tikus mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dipunyai oleh hama pada
umumnya, yaitu :
Mempunyai mobilitas atau kemampuan bergerak yang
tinggi,
Mempunyai kemampuan merusak dalam jumlah yang
sangat besar dan dalam waktu yang singkat.
Stadia pertumbuhan tanaman yang dirusak luas,
mulai pdari persemaian sampai ke pasca panen (di tempat penyimpanan).
Mempunyai respon atau tanggap terhadap tindakan
pengendalian dengan cepat, baik untuk menolak atau untuk menghindar.
Morfologi Tikus
Secara umum morfologi tubuh tikus dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
kepala dan badan beserta bagian-bagiannya.
1.
Kepala
Bentuk kepala tikus adalah kerucut atau kerucut terpton, dengan misai
(kumis) pada ujung moncongnya yang berfungsi sebagai alat peraba. Mata terletak
di bagian tepi dari kepala dan letaknya agak menonjol keluar, sehingga
mempunyai sudut pandang yang lebar. Gigi tikus terdirr dari gigi seri dan
geraham, tidak mempunyai gigi taring sehingga terdapat celah di antara gigi
seri dan geraham yang berfungsi untuk mengeluarkan kotoran yang terbawa bersama
makanannya, atau untuk mengeluarkan makan yang tidak disukainya. Gigi seri
tikus selalu mengalami perpanjangan, sehingga perlu dikurangi dengan jalan
mengeratkan gig serinya pada benda-benda yang keras. Tidak heran bila ada
benda-benda yang tidak biasa dimakan tetapi digigit oleh tikus, hal itu untuk
mengurani pertumbuhan gigi serinya. Gigi seri berfungsi untuk memotong makanan,
sedangkan geraham untuk mengunyah makanan.
2. Badan
Bentuk badan tikus adalah silindris memanjang kebelakang. Batas antara
kepala dan badan tidak begitu jelas sehingga dalam identifikasi jenis-jenis
tikus, kepala dan badan digabung dan dipisahkan dengan ekor. Badan (dan juga
kepala) ditutupi oleh rambut yang warnanya berbeda-beda tergantung jenisnya.
Pada bagian bawah badan tikus betina yang sudah dewasa terdapat puting susu
yang jumlahnya bervariasi antara 2-6 pasang, tergantung dari jenisnya. Pada
bagian ujung belakang badan bagian bawah terdapat alat kelamin dan anus. Pada
tikus jantan dewasa terdapat organ kelamin berupa kantung yang merukapan tempat
dihasiilkannya sperma. Pada saat tikus belum dewasa kantung tersebut berada di
dalam tubuh, kemudian berangsur-angsur keluar sesuai dengan umur tikus.
Pada badan tikus terdapat anggota badan berupa 2 pasang kaki (tungkai) dan
ekor. Pada telapak kaki terdapat tonjolan-tonjolan yang berfungsi untuk
membantu tikus dalam memanjat. Ekor tikus gundul (tidak berambut), merupakan
ciri yang membedakannya dengan bajing (ekor berambut tebal) dan landak (ekor
berduri).
Biologi Tikus
1.
Makanan dan perilaku makan
Tikus merupakan hewan pemakan semua bahan, baik yang berasal dari tumbuhan
maupun dari hewan. Walaupun demikian biji-bijian seperti gabah, beras dan
jagung tampaknya lebih disukai daripada yang lain. Setelah itu, tikus juga menyukai
umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi kayu.Makanan yang berasal dari hewan
terutama adalah serangga dan
hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan sumber untuk
pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan
makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga.Hasil
penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan seekor tikus
setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari kandungan air
dan gizi dalam makanannya.
Tikus merupakan hewan yang aktif pada maam hari sehingga sebagian besar
aktivitas makannya dilakukan pada malam hari.Tikus memiliki sifat “neo-fobia”,
yaitu takut atau mudah curiga terhadap benda-benda yang baru ditemuinya.Dengan
adanya sifat tikus yang demikian, maka makanan akan dimakan adalah makanan yang
sudah biasa ditemui.Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara
kimia dengan menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan agar umpan
yang digunakan adalah umpan yang disukai oleh tikus dan tempat umpanyang
digunakan adalah benda-benda alami yamg banyak terdapat di alam.
Diantara beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tikus dalam memilih
makanan adalah:
Kandungan gizi dari makanan, apakah dapat
memberikan semua bahan yang dibuthkan oleh tubuh atau tidak,
Rasa makanan, untuk hal ini tikus akan memilih
makanan yang rasaya lebih enak terutama makanan yang mengandung gula dan bumbu
masak (vetsin).Oleh sebab itu, kedua bahan ini sering ditambahkan sebagai
Campuran pada umpan beracun untuk lebih memikat tikus.
Kemudahan dalam mendapatkan makanan tersebut.
2.
Pertumbuhan dan perkembangan
Masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu. Jumlah anak
yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 - 12 ekor (rata-rata 6 ekor)
tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan.Bayi yang baru dilahirkan menunjukkan ciri-ciri tidak berambut (gundul), tubuh
berwarna merah jambu dengan bobot 4 - 6 gram, mata dan telinga tertutup
selaput.
Dalam perkembangan selanjutnya, anak tikus akan berubah secara
berangsur-angsur, rambut mulai tumbuh pada umur 4 hari, telinga membuka pada
umur 5 – 6 hari, gigi mulai tumbuh (yang mula-mula tumbuh adalah gigi seri)
pada umur 10 – 11 hari, mata membuka pada umur 14 – 16 hari, dan anak tikus
akan disapih (selesai disusui) pada umur 28 hari.
Pada tikus terdapat sifat “birahi setelah melahirkan”, terutama pada saat
makanan di lapang dalam jumlah banyak dan mengandung nilai gizi yang baik. Satu
sampai dua hari setelah melahirkan, tikus betina dapat birahi lagi untuk
dikawini oleh tikus jantan. Jadi tikus dapat memanfaatkan makanan yang ada di
lapang untuk berkembang biak sebanyak-banyaknya.
Tikus menjadi dewasa dalam arti dapat kawin mulai umur 3 bulan. Lama hidup
seekor tikus di lapang rata-rata 1 tahun sedang di laboratorium rata-rata 3
tahun.
3.
Sarang
Tikus membuat sarang untuk beberapa tujuan, yaitu tempat istirahat pada
siang hari, tempat melarikan diri dan bersembunyi dari serangan predator
(musuhnya), tempat memelihara dan menyusui anaknya, tempat menyimpan makanan
(terutama padasaat di lapangan tidak ada makanan),
tempat menjaga suhu badan agar tetap stabil.
Tikus membuat sarang di pematang-pematang sawah, di tepi saluran irigasi,
di bawah jalan kereta api, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan dia membuat
sarang. Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu
utama untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan
dalam keadaan yang membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun
pada saat dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai
minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi dengan
daun-daunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari lorong yang
berkelok-kelok; semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong
yang dibuat.
4. Organ
indera
Indera penglihatan, menurut
pengamatan para ahli diketahui bahwa tikus adalah hewan yang buta warna,
artinya ia hanya dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan putih. Akan
tetapi, tikus tampaknya tertarik pada warna-warna hijau, kuning dan hitam.
Warna hijau dan kuning diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi yang
merupakan makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam merupakan warna
gelap yang terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus dalam melihat benda-benda
yang ada di depannya dapat mencapai 10 meter.
Indera Penciuman, organ
penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau makanannya. Tikus
jantan dapat mencium bau tikus
betina yang sedang birahi untuk dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau
anaknya yang keluar dari sarang berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh
anaknya.
Indera Pendengaran, organ
pendengaran tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara dengan
frekuensi tinggi, yang tidak dapat didengar oleh manusia. Berdasarkan
suara-suara yang dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi menjadi beberapa suara,
yaitu :
@Suara-suara pada saat akan melakukan perkawinan
@Suara-suara menandakan adanya bahaya
@Suara-suara pada saat menemukan makanan
@Suara-suara pada saat tikus mengalami kesakitan
Indera Perasa/Pengecap, lidah
tikus dapat merasakan sesuatu makanan apakah enak atau tidak, sebelum ia
meneruskan untuk makan atau membatalkannya.
Indera Peraba, dalam meraba
benda-benda yang ada di sekitarnya, tikus menggunakan misai/kumis yang berada
di ujung moncongnya. Selain itu, tikus juga menggunakan ambut-rambut yang ada
di sisi badannya untuk membantu kerja misai.
Dalam mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan yang
sama, sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus akan
merasa aman untuk melewati jalan yang sama, daripada setiap saat harus membuat
jalan baru. Jalan yang sama dapat ditandai dengan gesekan benda-benda di
sekitar jalan tersebut dengan misainya, dan juga karena adanya air seni yang
dikeluarkan pada jalan tersebut yang dapat diciuminya.
5.
Kemampuan fisik
Kemampuan menggali, tujuan utama
tikus menggali tanah adalah untuk membuat sarang. Kemampuan seekor tikus dalam
menggali adalah satu meter secara vertical (kedalaman) dan tiga meter secara
horizontal (memanjang).Pada populasi tikus yang tinggi, liang tikus yang
dibangun sangat panjang dan berkelok-kelok, kadang-kadang antara sarang yang
satu dengan yang lain saling berhubungan.
Kemampuanmelompat, seekor tikus
mampu melompat sampai ketinggian 75 cm dan sejauh 100 cm.Dengan kemampuannya
ini maka dalam membuat penghalang mekanik (pagar dan parit) perlu diperhatikan
tinggi pagar dan lebar parit.
Kemampuan memanjat, dengan
bantuan tonjolan-tonjolan pada tungkainya dan ekor untuk keseimbangan, seekor
tikus dapat memanjat tanaman, pagar, atau tembok. Selain itu tikus juga dapat
berjalan pada seutas tali.
Kemampuan mengerat, tujuan
utamanya adalah untuk mengurangi pertumbuhan gigi seri yang terse menerus.
Kemampuan mengerat seekor tikus cukup kuat, kira-kira setengah dari benda yang
terkeras dapat dikeratnya. Walaupun demikian seng atau aluminium yang masih
bagus dapat terbebas dari keratan tikus, sehingga bahan ini biasa dipakai
sebagai penghalang tikus.
Kemampuan berenang dan menyelam,
tikus mampu berenang dengan kecepatan 1,4 km/jam selama selama 72 jam
terus-menerus, terutama dalam keadaan yang terpaksa misalnya pada daerah yang
tergenang banjir, sampai didapatkan daerah yang agak tinggi.Kemampuan menyelam
seekor tikus maksimal selama 30 detik.
Ekologi Tikus
Populasi tikus diartikan sebagai kumpulan tikus dari jenis yang sama di
suatu tempat pada suatu waktu tertentu.Pertumbuhan populasi tikus di alam
dipengaruhi oleh dua faktor :
1.
Faktor abiotik (faktor fisik)
Faktor abiotik yang berperan terutama cuaca atau iklim, sarang, dan sumber
air.Pengaruh faktor abiotik ini tidak akan dibahas lebih jauh karena ada
kesamaan pengaruhnya terhadap hewan lainnya, seperti serangga.
2.
Faktor biotik (faktor biologi)
Faktor biotik yang berperan adalah makanan (baik dalam jumlah maupun
kandungan gizinya), musuh
alami yang terdiri dari predator atau pemangsa (ular, burung, dan kucing atau
anjing), patogen atau penyebab penyakit (virus, bakteri, cendawan, protozoa,
nematoda dan lain-lain), pesaing atau kompetitor yang dapatberupa tikus dari
jenis yang sama atau jenis yang berbeda. Persaingan terutamaterjadi dalam mendapatkan makanan dan
minuman,sarang, dan pasangan.
Populasitikus di alam selalu mengalami fluktuasi, hal ini terutama
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan.
Kelahiran, dipengaruhi oleh:
-Kemampuan seekor tikus dalam melahirkan anaknya,
-Masa perkembang biakan (dipengaruhi oleh makanan
dan cuaca),
-Perbandingan antara betina yang sedang bunting
dengan semua betina dewasa yang ada di suatu areal,
-Umur betina saat melakukan perkawinan,
-Struktur populasi berdasarkan umur, yaitu bayi
tikus (cindil), anak tikus dan tikus dewasa.
Kematian, dipengaruhi oleh:
-Ketersediaan makanan,
-Musuh alami,
-Lama hidup (umur maksimum yang biasa dicapai oleh
tikus).
Perpindahan/Pergerakan, yaitu perpindahan tikus
keluar dari suatu tempat atau masuk ke suatu tempat.Pada keadaan normal seekor
tikus dalam sehari dapat bergerak sejauh 100 meter. Akan tetapi, dalam keadaan
yang memaksa, misalnya tidak ada makanan di lapang, seekor tikus dapat bergerak
sampai sejauh 500 meter per hari.
Peramalan Tikus
1.
Monitoring (pemantauan)
Pemantauan populasi merupakan langkah awal dari pengendalian tikus yang
bertujuan untuk menentukan apakah sudah perlu dilakukan tindakan pengendalian atau belum.Ada tiga cara pemantauan
yang dapat dilakukan terhadap tikus:
Pemantauan populasi tikus tanpa pemerangkapan,
dapat dilakukan dengan:
-Melihat sarang aktif, yaitu sarang dimana masih
ada tikus didalamnya,
-Melihat jejak telapak kaki dan ekor, dapat
dilihat pada permukaan tanah atau dengan menggunakan ubin jejak,
-Melihat jalan tikus yang sering dilaluinya,
-Mendengar suara-suara tikus, dan
-Melihat kotoran tikus (berupa kotoran padat dan
kotoran cair).
Pemantauan populasi tikus dengan pemerangkapan,
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
-Menghitung populasi tikus secara mutlak, artinya
semua tikus ditangkap dan dihitung, namun cara ini susah untuk dilaksanakan,
-Menghitung populasi secara nisbi/relatif, tidak
menghitung semua tikus tetapi dengan perhitungan-perhitungan tertentu sehingga
dapat diduga populasi tikus yang ada di suatu tempat tertentu.
Pemantauan gejala kerusakan pada tanaman, yaitu
mengadakan penghitungan pada tanaman yang terserang, sehingga dari sini dapat
ditentukan apakah serangan tikus sudah mencapai ambang ekonomi atau belum.
2.
Pengendalian Tikus
Pada pengendalian terpadu ini ada tiga prinsip yang dapat diterapkan yaitu:
Menurunkan populasi tikus sampai pada tingkat
yang tidak merugikan secara ekonomis,
Melindungi tanaman atau bahan simpanan dari
serangan tikus,
Mengurangi ketersediaan makanan bagi tikus.
Untuk keberhasilan pengendalian terpadu ini diperlukan beberapa syarat,
yaitu :
Melakukan secara serentak pada areal yang luas
(minimal 5 ha),
Dilakukan secara berkesinambungan sampai populasi
tikus berada dibawah ambang ekonomi,
Diterapkan sistem pengamatan dini yaitu ‘cepat
melihat cepat melapor’,
Tepat metode, yaitu sederhana, praktis, dan
sesuai dengan kondisi setempat,
Tepat sarana, pada tiap kelompok tani minimal ada
50 alat emposan, 50 kg belerang dan 100 kg rodentisida siap pakai, dan
Dilakukan dengan pengorganisasian yang rapi.
Metode-metode yang dapat diterapkan dalam pengendalian terpadu adalah
kultur teknis, sanitasi, fisik-mekanis, biologis, dan kimiawi.
PENGENDALIAN
DENGAN RODENTISIDA
Rodentisida adalah bahan
yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mmatikan berbagai
jenis binatang pengerat, misalnya tikus.Tikus juga merupakan organisme
penggangu yang bnayak merugikan manusia. Di bidang pertanian , tikus sering
menyerang tanaman pangan ,hortikltura, dan tanaman perkebunan dalam waktu yang
singkat dengan tingkat kerugian yang besar. Berbagai stadia umur tanaman diserangnya,
mulai dari pembibitan, masa pertumbuhan sampai hasil panen yang tersimpan di
guadang. Dipeternakan , tikus sering mengambil pakan ternak. Dan , bahkan tikus
dapat menjadi sarana bagi beberapa pathogen yang dapat menimbulkan penyakit
bagi manusia dan hewan piaraan.
Rodentisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan tikus. Rodentisida yang digunakan adalah rodentisida antikoagulan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
Rodentisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan tikus. Rodentisida yang digunakan adalah rodentisida antikoagulan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
• Tidak berbau dan tidak berasa.
• Slow acting, artinya membunuh tikus secara perlahan-lahan, tikus baru mati setelah memakan beberapa kali.
• Tidak menyebabkan tikus jera umpan.
• Mematikan tikus dengan merusak mekanisme pembekuan darah.
Jenis bahan aktif rodentisida adalah boadfakum,
kumatetralil atau bromadiolone, Sedangkan untuk area khusus yang sangat
sensitif dan memerlukan perlakuan khusus akan digunakan pengumpanan dengan lem
tikus yang khusus.Pelaksanaan pengendalian hama tikus akan dilengkapi dengan
laporan lapangan setiap melaksanakan pekerjaan pada tahapan yang dimaksud dan
diketahui serta ditanda tangani oleh pejabat/petugas yang ditunjuk oleh
perusahaan setempat.Masalahnya tikus sangat terampil menghindar terhadap
setiap tindakan pengendalian. Oleh karena itu rodentisida yang efektif biasanya
dalam bentuk Pada prinsipnya
pengendalian ini menggunakan bahan-bahan kimia untuk membunuh atau mengganggu
aktivitas tikus.Pengendalian secara kimia dapat dibagi menjadi empat bagian,
ayitu fumigasi (asap beracaun), repellent (bahan kimia pengusir tikus)
dan attractant (bahan kimia pengikat tikus), dan chemo-sterilant
(bahan kimia yang dapat memandulkan tikus).
Fumigasi (asap beracun)
Fumigasi dapat digunakan pada saat tanaman padi memasuki stadia generatif,
karena pada saat itu umpan beracun yang diberikan tidak akan dimakan oleh
tikus.Tikus lebih tertarik pada tanaman padi terutama pada bagian malai.Asap
beracun dikeluarkan atau diemposkan dengan bantuan alat alat pengempos yang
terbuat dari logam tahan panas.Bahan-bahan yang digunakan dalam fumigasi adalah
merang ditamabh belerang, kemudian dibakar.Jika tidak ada belerang, merang
sendiri dapat digunakan, karena pada pembakaran merang akan dihasilkan gas
karbondioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) yang juga dapat
meracuni tikus.Penambahan belerang akan terbentuk gas belerang dioksida (SO2)
sebagai tambahan yang dapat membunuh tikus lebih cepat.Kelebihan fumigasi
dibandingkan umpan beracun adalah dapat membunuh anak-anak tikus dan kutu yang
menempel di kulit tikus, yang tidak mati bila tikus dikendalikan dengan umpan
beracun.
Umpan beracun biasanya
dibuat dari kombinasi antara racun, bahan pemikat, bahan pewarna, bahan
pengikat, dan bahan pengawet.Secara umum racun dibedakan menjadi dua kelompok
berdasarkan cara kerjanya pada tikus, yaitu racun akut (racun yang cara
kerjanya mempengaruhi sistem syaraf tikus) dan racun kronis/racun antikoagulan
(racun yang cara kerjanya mempengaruhi atau menghambat proses
koagulasi/pembekuan darah).Umpan yang biasa digunakan adalah biji-bijian
serealia terutama beras dan jagung karena makanan ini yang paling disukai oleh
tikus.
Bahan pemikat (attractant) merupakan bahan yang ditambahkan pada umpan tikus dengan tujuan untuk
menarik tikus agar mau makan umpan tersebut. Bahan penarik ini biasaya berupa
gula atau vetsin (bumbu masak) atau bahan-bahan lain yang merupakan hasil
penelitian perusahaan pestisida dan biasanya tidak diberitahukan kepada
masyarakat umum.
Bahan pewarna (colouringu) yang biasa digunakan adalah pewarna makanan, dan pewarna kain yang mudah
larut.Walaupun tikus termasuk hewan yang buta warna, tetapi tikus cenderung
tertarik pada warna-warna tertentu, seperti hijau, kuning dan hitam.
Bahan pengikat (binder) merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat atau melekatkan racun dengan
umpan dan bahan-bahan lainnya. Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah
minyak nabati (tumbuh-tumbuhan) yang berasal dari kelapa, jagung atau kacang
tanah.
Bahan pengawet (preservative) merupakan bahan digunakan untuk meningkatkan daya
tahan rodentisida baik di tempat penyimpanan maupun selama diaplikasikan di
lapang terhadap gangguan dari luar, baik gangguan dari makhluk hidup (serangga,
cendawan, dan lain-lain) atau gangguan cuaca (hujan, suhu,dan lain-lain).Bahan
pengawet/pelindung dari serangan serangga adalah insektisida, dari serangan
cendawan adalah fungisida.Yang perlu diperhatikan adalah pemberian pestisida
ini dapat mengurangi keinginan tikus utuk memakannya, maka pemberian pestisida
ini harus melalui serangkaian percobaan. Bahan pengawet terhadap gangguan cuaca
adalah lilin atau parafin, dengan perbandingan lilin 30-40% dan umpan beracun
60-70%.
Repellent (bahan pengusir) dan
attractant (bahan pemikat)
Bahan kimia pengusir ini mula-mula dibuat untuk mengamankan hasil pertanian
yang disimpan di gudang dari serangan tikus dan burung. Dari hasil pengujian
terhadap beberapa bahan kimia, ada beberapa jenis yang dapat berfungsi sebagai
bahan pengusir yaitu naftalen, kapur, bubuk belerang, dan ekstrak buah
cabai.Dalam pelaksanaannya, untuk mengusir tikus-tikus di lapang masih ditemui beberapa
kesukaran.Sedangkan bahan kimia penarik dapat dicampurkan ke dalam umpan
beracun untuk menarik tikus atau dapat digunakan sebagai umpan yang diletakkan
di dalam perangkap tikus.
Chemo-sterilant (bahan pemandul)
Cara kerja bahan ini di dalam tubuh tikus bersifat khusus seperti halnya
bahan-bahan kontrasepsi pada manusia, yaitu :
@Menghambat pembentukan sel telur,
@Menghambat terjadinya pembuahan (pertemuan sel
sperma dengan sel telur),
@Mencegah terjadinya penempelan embrio pada
dinding rahim,
@Menyebabkan keguguran,
@Menghambat pembentukan air susu pada induk tikus,
dan
@Menjadikan keturunannya tikus mandul.
Dalam prakteknya di lapang, bahan kimia pemandul ini sukar diterapkan
karena dalam pembuatannya membutuhkan biaya yang tinggi dan hasil yang dicapai
masih belum memuaskan.
sangat bermanfaat untuk materi penyuluhan kepada petani
ReplyDelete