Thursday 30 January 2014

IDEALISME PAPAN TULIS

Filled under:

Sungguhlah hebat Mahasiswa bahkan sejarah bangsa Indonesia mulai dari terbentuknya sampai sekarang setiap Lembaran sejarah yang tercatat tak pernah lepas dari peranan Mahasiswa mulai dari Boedi Utomo sampai Era Reformasi . Dua Rezim Paling berkuasa di Indonesia dijatuhkan oleh Mahasiswa Namun kemanakah mereka sekarang ? Bukanlah Zaman sekarang jauh lebih bobrok dari sebelumnya ? Korupsi , Kekerasan , Kekejaman dan lain-lainnya ditelanjangkan secara bebas oleh Media . Penampakan-penamakan yang terjadi disekitar kita adalah penanda dari sebuah Fenomena kondisi suatu bangsa dan itulah cerminan kita sendiri Fenomena itulah yang mewakili seperti apa wajah kita sebenarnya dan itulah Wajah Bangsa Indonesia . Korupsi , Kekerasan , Kekejaman itulah cerminan diri kita yang sebenarnya . Saya berani mengatakan bahwa bukanah orang yang mencintai Indonesia yang tidak tidak peduli pada kondisi Negara kita pada saat ini jika memang benar kita mencintai Indonesia bukankah kita seharusnya peduli pada hal-hal diatas ? . Bicara Korupsi , mulai dari Perangkat Desa sampai Pemerintah Pusat Korupsi , Institusi Kenegaraan , DPR , sebagian besar dirancuni oleh penyakit yang bernama korupsi ,Bicara Kekerasan Mulai dari Siswa,pengantar Mayat dan supporter Sepakbola semuanya anarkis , Bicara kekejaman Institusi Kepolisisan justru menembaki warga sipil di berbagai daerah bahkan ikut tersandung kasus Hukum padahal bukankah mereka seharusnya yang menegakkan terus-menerus berada dalam kondisi seperti ini ?.


Mahasiswa sebagai motor perubahan , hampir dalam setiap kesempatan saya mendengar hal itu mulai dari Forum Diskusi , Pengkaderan , Seminar , dan sebagainya namun ketika saya benturkan dengan relitas kekinian tampaknya hanya akan menjadi Omong kosong belaka . Dalam setiap kesempatan saya mendengar kata “Revolusi sampai Mati” namun lagi-lagi ketika dibenturkan dengan realitas kekinian hanyalah sebuah bualan belaka . Di era keterbukaan sekarang ini seharusnya kita bisa membangun sebuah masyarakat seperti yang dicita-citakan oleh para Founding father bangsa ini dan bukannya sebaliknya . mungkinkah ada masalah dengan Mahasiswa ? .
SUNGGUHLAH BENAR APA YANG MARX KATAKAN TENTANG IDEOLOGI SEBAGAI KESADARAN PALSU BEGITUPUN GAGASAN TORITIKUS JERMAN PETER SLOTERDJIK TENTANG CYNISM ATAU SINISME YAITU SUATU KONDISI DIMANA KITA PAHAM KONDISI SEBUAH REALITAS NAMUN KITA TIDAK MELAKUKAN APA-APA (UNTUK MENGUBAHNYA) . Itulah jawaban yang paling tepat menggambarkan realitas kekinian pada Dunia Kemahasiswaan . Di era sekarang ini ruang belajar dan berproses semakin terbuka dengan menjamurnya Lembaga-lembaga Kemahasiswaan dan seharusnya semakin banyak alternative pemecahan  masalah bagi bangsa ini namun aneh nya justru Negara semakin tidak jelas arah dan tujuannya , sebenarnya kemanakah peran dan fungsi para Mahasiswa ini ? . Dan saya menemukan jawabannya pada apa yang saya sebut sebagai “Ideailsme Papan Tulis” yaitu suatu kondisi ketika gagasan dan pemahaman hanya sampai pada pemikiran dan tak pernah sampai pada dunia nyata , Layaknya sebuah papan tulis yang isinya berganti tiap hari topic yang satu ke topic yang lain.
Dalam dunia kemahasiswaan papan tulis adalah sahabat yang paling dekat dan hampir tiap hari kita berhadapan dengannya . Mulai dari kuliah sampai dengan kegiatan Lembaga Kemahasiswaan hampir semua menggunakan papan tulis bahkan dalam hampir semua kegiatan di dunia pendidikan menggunakan papan tulis.
Dalam kegiatan kemahasiswaan utamanya diskusi,kajian,serta berbagai kegiatan lain menggunakan papan tulis dan dan setiap harinya papan tulis ini menjadi teman sejati bagi mahasiswa , Dunia pun bisa dilihat dari sebuah papan tulis dan bahkan GAGASAN-GAGASAN TENTANG KEBENARAN,KEADILAN,DAN PERUBAHAN SOCIAL dapat ditemukan dalam sebuah papan tulis bahkan ribuan orang hebat telah lahir dari papan tulis ini , namun bangsa yang besar ini masih saja tak berubah justru penyakit-penyakit sosial seperti diatas justru semakin akut, entah apa yang terjadi dengan gagasan-gagasan ideal yang telah tertuliskan pada papan tulis ini.Gagasan-gagasan yang pernah tertuliskan pada papan tulis ini seakan-akan hanyalah seperti roda yang berputar terus menerus topic yang satu dan yang lainnya saling berganti satu sama lain dan terhapus begitu saja dari papan tulis ini yang tersisa hanyalah sebuah jejak-jejak kecil dalam ingatan yang mungkin sangat mudah untuk menghilang dan mengendap dalam akal. Entahlah diamankah letak pengaktualan gagasan-gagasan kecil ini. Mengingat PAULO COELHO (The Alchemist-1988 ) bahwa sebenarnya dari hal-hal sederhanalah kita bisa membuat sebuah perubahan yang besar serta gagasan EDWARD NORTON LORENTZ tentang Teori Chaos (The Butterfly Effect - 1961) bahwa “Kepakan sayap kupu-kupu di Brazil bisa mengakibatkan tornado di Texas”. Saya yakin beberapa saja gagasan ideal dalam papan tulis yang bisa kita aktualkan dalam dunia nyata maka saya yakin akan menimbulkan beberapa perubahan yang besar bagi dunia.
                Sampai sekarang yang saya temui hanyalah ”Intelektual-Intelektual Mekanik” Ala ANTONIO GRAMSCI dan “ Bal’am” Ala ALI SYARIA’TI yang melacurkan idealismenya kepada kelas penguasa demi kepentingan pribadi bahkan banyak yang mencari jalan itu melalui lembaga kemahasiswaan. Sekali lagi SLAVOJ ZIZEK benar  tentang Ideologi itu adalah kesadaran palsu , Kita berada dalam Tataran Simbolik. Ketika Anda mengaku Anti-Nasionalis  dan justru hormat pada bendera ketika upacara maka secara tidak langsung anda justru mengakui bahwa anda adalah seorang nasionalis ,karena apa yang kita lakukan justru menggambarkan seperti apa anda sebenarnya. Yah..!! itulah yang terjadi pada Mahasiswa jaman sekarang segala sesuatu hanya dinilai dari sisi pemikiran/ide dan gagasan belaka tidak dinilai dari segi realitas dan pengaktualan , Dimana semua masalah hanya dianggap selesai di papan tulis itulah “Subjek Sinis” Ala SLAVOJ ZIZEK dimana Kita sadar akan realitas sangatlah Menindas namun yang kita lakukan adalah justru mengabaikannya dimana Semua Gagasan selesai diatas papan tulis. Segala Gagasan Ideal di Dalam Dunia Kampus selama ini hanyalah terpenjara dalam dunia kampus di dalam sebuah papan tulis. Seandainya saja papan tulis bisa mengaktualkan apa yang pernah ditulis di dalamnya maka mungkinkah apa yang diyakini oleh Pemikir Post-Modernisme Seperti MICHAEL FOUCAULT , JACQUES DERRIDA , JULIE KRISTEVA DAN LOUIS ALTHUSSER Yang Menggempur subjek habis-habisan dan Berkata “SUBJEK SUDAH MATI” maka saya akan bilang bahwa “JIKA SUBJEK TELAH MATI, MAKA MUNGKINKAH TUHAN PUN TELAH MATI..??? ”.

AYUB GASALI  (MAHASISWA FAKULTAS PERTANIAN ANGKATAN 2009) SAAT INI AKTIF DI FORUM KAJIAN PERTANIAN –UNHAS (FKP-UH)
               

Posted By Ayub Gazali00:56

Wednesday 22 January 2014

SEBUAH KEKALAHAN KECIL (DESAKU)

Filled under:

Di sebuah Desa Kecil di Kab.Bone kurang lebih 30 km dari kota kabupaten Desa itu adalah tanah leluhurku,disanalah ibuku dilahirkan dan aku juga pernah menghabiskan masa-masaku disana.Sawah dan lading terhampar luas bahkan Dulu saat aku berumur 10 tahun,kulihat para orang-orang bahu-membahu bersama-sama diladang dan disawah saling membantu dan gotong royong.Mereka menanam padi bersama,panen bersama dan memikul hasil panen bersama.Aku senang bermain disana.Sekarang yang kulihat hanyalah para orang tua dan kakek-nenek yang ada disana namun kemanakah para generasi mudanya ?.Sekarang mereka sibuk berhura-hura dan berfoya-foya mereka memaksa para ayah-ibu mereka untuk membeli segala macam yang membuat mereka serasa menjadi orang kota dan orang modern.Mereka menganggap bahwa bertani adalah pekerjaan rendahan sehingga mereka malas turun kesawah.Mereka lupa bahwa darisanalah mereka hidup.Mereka ingin hidup dan tinggal di kota tapi apa daya pendidikan mereka kurang memadai,hanya kurang yang sampai ke perguruan tinggi,itupun sangat terbatas dan PT lokal saja sehingga lapangan pekerjaan juga cukup terbatas untuk mereka.Lalu kelak siapa yang akan menjadi petani  ? 
 
Desa itu adalah desa yang sangat kaya akan alamnya.10 Tahun yang lalu jika berangkat ke sawah bersama kakek,aku singgah disebuah sungai kecil yang sangat jernih disana kami memasang perangkap udang dan ketika pulang pasti mendapat beberapa udang besar yang hampir seperti lobster dan tidak lupa memancing ikan serta berburu kepiting.Kini sungai itu hampir hilang airnya tidak nampak kecuali jika musim penghujan itupun debet airnya sangat kurang.Tak ada Udang,ikan dan kepiting lagi.Kenapa sungai itu hilang ?
Desa itu sangat rindang dan sejuk ada beberapa pohon besar yang sering kujadikan sebagai tempat istirahat dan beberapa pohon beserta buahnya serta tanaman-tanaman hutan lain yang dapat dikonsumsi.Setiap musim buah-buahan tertentu aku biasa memanjat pohon dan melempar buah dan jumlahnya sangat banyak dan bebas diambil di dalam hutan.Kini pohon besar semakin berkurang,begitupun dengan buah-buahan serta tanaman hutan katanya Pohon besar yang ada telah ditebang dan kayunya telah dijual ke kota oleh seseorang dan warga lainnya juga mengikuti sehingga pepohonan makin berkurang dan banyak ditebang lalu dijual.Hutan-hutan dengan buah dan tanaman hutan yang banyak itu sekarang menjadi gundul karena kayunya dijual lalu dijadikan ladang bahkan dipagari,tak ada lagi buah-buahan dan tanaman hutan disana.Bahkan sering terjadi sengketa memperebutkan lahan itu karena sumberdayanya.Masih adakah Pohon,buah,dan tanaman hutan itu ? dan masih adakah hutan yang hasilnya bebas diambil oleh setiap orang ?
Desa itu sangat rapi dan rumah-rumah tertata rapi dengan halaman yang dipenuhi dengan tanaman buah dan sayur serta rempah-rempah dan biasanya aku bermain disana dan berlarian dikolong rumah serta disekitaran halaman.Sangat asyik bermain disana bersembunyi di antara pohon sereh lalau berputar mengelilingi tanaman terong lalu berlari dari pohon kelapa sampai ke pohon jambu,bermain mobil-mobilan di parit halaman lalu mem,buat kota kecil dari pasir dan tahi sapi dikandang sapi yang ada dikolong rumah kemudian mengejar ayam dikandang.Namun sekarang tak ada lagi kandang ayam disana,tak ada lagi kandang sapi.Sapi dulu yang digunakan membajakl sawah berganti menjadi traktor mesin dan kandang ayam sudah hilang dan hanya dibiarkan begitu saja karena rumah yang dulu adalah rumah kayu tradisional telah menjadi rumah modern dari semen sehingga tak ada lagi kolong rumah dulu serta kandang ayam dan sapinya selain itu rumah sangat sering kebanjiran dan temboknya retak akibat gempa kecil.Halaman yang dulu penuh kebun telah kering dan penuh dengan bunga-bungaan mahal yang dipajang dan ditanam tak ada lagi sayuran,buah,dan rempah yang sangat sejuk dan indah yang biasanya bisa memenuhi kebutuhan,Pohon jambu yang dulu kutanam bersama ayah sekarang ditebang dan digunakan sebagai tempat merambat bunga tertentu.Masih adakah yang punya rumah kayu tradisional ? Masih adakah yang punya Halaman penuh buh,sayur,dan rempah serta kandang ternak ?
Desa itu adalah desa yang sangat sopan 10 Tahun yang lalu dalam setiap acara,pasti setiap keluaraga turut membantu dan meramaiakn dengan tabuhan gendang dan permainan kecapi yang sangat indah dan membuat kita terbahak-bahak dan bermain kartu dengan kopi dan the serta kue-kue khas sampai subuh dan setelah pesta bubar tetap dilakukan hal seperti itu namun sekarang Dalam sebuah pesta pernikahan salah seorang kerabat dekat ada fenomena yang cukup menarik.Seusai tamu dan undangan bubar para generasi muda di sekitarnya beserta kawan-kawannya justru melakukan pesta miras dalam tempat pernikahan seraya menikmati goyangan para biduan dari orkes yang sangat erotis dan sensual.Sangat Ironis karena hal seperti itu dilakukan di dekat mesjid yang jaraknya hanya hampir 20 meter dari tempat pesta.Fenomena ini memang sepertinya sudah membudaya pada daerah itu bahwa dalam setiap pesta pernikahan “mesti”dan”harus” ada pesta miras di dalamnya sambil menikmati goyangan erotis para biduan mereka juga ikut berjoget diatas panggung. Dan seusai para tamu undangan bubar mereka langsung menyulap tempat tamu undangan menjadi sebuah arena joget dan pesta miras.Sebuah kekalahan kecil sedang kita alami,bahwa para generasi muda penerus bangsa yang bertugas membangun negeri ini justru berfoya-foya di tengah carut marut bangsa ini dan kelak akan menggantikan para pemimpin serta pejabat ‘tak bermoral lainya”.Kemanakah desaku nanti ? Kemanakah para saudara  serta teman-temanku disana ? Aku Rindu Desaku Yang Dulu dan setelah sarjana aku akan kembali kesana membuat suatu perubahan kecil untuk tanah leluhurku. (Makassar 17 Januari 2011).

Ayub Gasali

Posted By Ayub Gazali03:05

Monday 13 January 2014

PEMIKIRAN PARMENIDES : JALAN KEBENARAN DAN JALAN PENDAPAT (ONE AND MANY PROBLEM)

Filled under:

Parmenides (540-470 SM) adalah seorang filsuf yang lahir di kota Elea, Italia Selatan. Dia menganut ajaran Pythagorean, yaitu ajaran yang dibentuk Pythagoras (seorang mistikus) yang berpendapat bahwa realitas tersusun atas bilangan. Pada usia ke 65 tahun, dia dan muridnya Zeno berkunjung ke Athena dan bercakap-cakap dengan Sokrates yang masih muda pada waktu itu.Parmenides adalah seorang filsuf mazhab Elea. Di dalam Mazhab Elea, Parmenides merupakan tokoh yang paling terkenal. Pemikiran filsafatnya bertentangan dengan Heraklitos sebab ia berpendapat bahwa sesuatu “yang ada” tidak berubah.
Inti Utama dari Pemikiran Parmenides ada 2 Yakni Jalan Kebenaran dan Jalan Pendapat (Being dan Aletheia) dan berikut sedikit penjelasan mengenai hal itu :

1.Jalan Kebenaran
Inti utama dari "Jalan Kebenaran" adalah keyakinan bahwa "hanya 'yang ada' itu ada". Parmenides tidak mendefinisikan apa yang dimaksud "yang ada", namun menyebutkan sifat-sifatnya. Menurut Parmenides, "yang ada" itu bersifat meliputi segala sesuatu, tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan. Selain itu, "yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal. Menurut Parmenides, "yang ada" adalah kebenaran yang tidak mungkin disangkal. Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi. Hal itu dapat dijelaskan melalui pengandaian yang diberikan oleh Parmenides. Pertama, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" itu tidak ada. Kedua, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" dan "yang tidak ada" itu bersama-sama ada. Kedua pengandaian ini mustahil. Pengandaian pertama mustahil, sebab "yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan. "Yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan dibicarakan. Pengandaian kedua merupakan pandangan dari Herakleitos. Pengandaian ini juga mustahil, sebab pengandaian kedua menerima pengandaian pertama, bahwa "yang tidak ada" itu ada, padahal pengandaian pertama terbukti mustahil. Dengan demikian, kesimpulannya adalah "Yang tidak ada" itu tidak ada, sehingga hanya "yang ada" yang dapat dikatakan ada.
Untuk lebih memahami pemikiran Parmenides, dapat digunakan contoh berikut ini. Misalnya saja, seseorang menyatakan "Tuhan itu tidak ada!" Di sini, Tuhan yang eksistensinya ditolak orang itu sebenarnya ada, maksudnya harus diterima sebagai dia "yang ada". Hal ini disebabkan bila orang itu mengatakan "Tuhan itu tidak ada", maka orang itu sudah terlebih dulu memikirkan suatu konsep tentang Tuhan. Barulah setelah itu, konsep Tuhan yang dipikirkan orang itu disanggah olehnya sendiri dengan menyatakan "Tuhan itu tidak ada". Dengan demikian, Tuhan sebagai yang dipikirkan oleh orang itu "ada" walaupun hanya di dalam pikirannya sendiri. Sedangkan penolakan terhadap sesuatu, pastilah mengandaikan bahwa sesuatu itu "ada" sehingga "yang tidak ada" itu tidaklah mungkin. Oleh karena "yang ada" itu selalu dapat dikatakan dan dipikirkan, sebenarnya Parmenides menyamakan antara "yang ada" dengan pemikiran atau akal budi.


Setelah berargumentasi mengenai "yang ada" sebagai kebenaran,  menyatakan konsekuensi-konsekuensinya, setelah berargumentasi mengenai “yang ada” sebagai kebenaran.

a. Pertama, “yang ada” adalah satu dan tak terbagi, sedangkan pluralitas tidak mungkin. Hal ini dikearenakan tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan “yang ada”.
b. Kedua, “yang ada” tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan. Dengan kata lain, “yang ada” bersifat kekal dan tak terubahkan. Hal itu merupakan konsekuensi logis, sebab bila “yang ada” dapat berubah, maka “yang ada” dapat menjadi tidak ada atau “yang tidak ada” dapat menjadi ada.
c. Ketiga, harus dikatakan bahwa “yang ada” itu sempurna, seperti sebuah bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama. Merurut Parmenides, “yang ada” itu bulat sehingga mengisi semua tempat.
d. Keempat, karena “yang ada” mengisi semua empat, maka disimpulkan bahwa tidak ada ruang kosong. Jika ada ruang kosong, artinya menerima bahwa di luar “yang ada” masih ada sesuatu yang lain. Konsekuensi lainnya adalah gerak menjadi tidak mungkin sebab bila benda bergerak artinya benda menduduki tempat yang tadinya kosong.

2.Jalan Pendapat
Buah pemikirannya yang kedua adalah jalan pendapat. Parmenides mengajarkan konsep doxa (pendapat umum) dan aletheia (kebenaran). Doxa adalah kebiasaan dan pandangan umum yang kita dengar dan dapatkan dengan begitu saja. Dia menghendaki agar kita tidak jatuh pada doxa.
Sebaliknya, Parmenides mengajak agar kita berpegang pada aletheia yang menyandarkan diri pada akal budi semata. Dalam bersikap, dia mengajarkan agar kita berpikir sendiri dan menemukan kebenaran itu sendiri. Kita tidak boleh percaya pada gagasan-gagasan umum yang kebenarannya tidak pasti. Lebih tegas lagi, dia menyatakan kita tidak boleh percaya pada “lidah dan telinga”.
Parmenides menyatakan kebenaran hanya dapat diperoleh melalui akal budi semata. Dengan akal budi hendaklah kita menjadi penguji dan hakim segala sesuatu. Dengan akal budi, kita dapat memperoleh pengetahuan yang murni dan sejati. Pengetahuan ini mampu menangkap “yang ada”, yang bersifat tetap, dan tidak berubah di balik pengetahuan indera yang menipu.
Parmenides mengajarkan pentingnya berpikir dan mengambil sikap tegas yang mandiri terhadap apa yang diyakini oleh umum. Pemikiran dan sikap demikian menunjukkan bahwa keyakinan umum tidak selalu benar. Oleh karena itu, kita harus melihat realitas dengan menggunakan akal budi secara langsung.

Pemikiran Parmenides membuka babak baru dalam sejarah filsafat Yunani. Dapat dikatakan, dialah penemu merafisika, cabang filsafat yang menyelidiki “yang ada”. Filsafat di masa selanjutnya akan bergumul dengan masalah-masalah yang dikemukakan Parmenides, yakni bagaimana pemikiran atau rasio dicocokkan dengan data-data inderawi. Plato dan Aristeteles adalah filsuf-filsuf yang memberikan pemecahan untuk masalah-masalah tersebut.

Posted By Ayub Gazali08:34

HERBERT MARCUSE : MANUSIA SATU DIMENSI (ONE DIMENSIONAL MAN)

Filled under:

One-Dimensional Man atau Manusia Satu Dimensi, adalah salah-satu buku fenomenal dan terlaris yang ditulis oleh Herbert Marcuse. Judul buku tersebut dapat dikatakan sebagai kesimpulan umum dari keseluruhan isinya. Melalui karya ini, Marcuse ingin mengatakan, yang sekaligus mengritik, bahwa manusia modern adalah manusia berdimensi satu.
Mengacu pada konteks penulisannya, buku ini merupakan hasil dari studi Marcuse yang menganalis secara kritis masyarakat industri modern seperti Amerika, Eropa dan Uni Soviet. Namun bukan berarti uraian-uraiannya tak punya relevansi bagi kawasan-kawasan lain di dunia.
Pemikiran Herbert Marcuse bertautan dengan suasana filsafat Hegelian dan Marxisme. Marx dan Hegel memandang filsafat sebagai suatu usaha untuk mengerti masyarakat dan periode sejarah di masa hidupnya. Marcuse mengambil semangat revolusi Marx, sebagai keinginan agar dengan pemikiran filosofisnya ia dapat menyumbangkan terjadinya perubahan radikal dalam masyarakat.

Penindasan Manusia Dalam Masyarakat Industri Modern.

Ciri khas dari masyarakat industri modern adalah peranan ilmu pengetahuan dan teknologi. Rasionalitas zaman ini adalah rasionalitas teknologi. Segalanya dipandang dan dihargai sejauh dapat dikuasai, digunakan, diperalat, dimanipulasi dan ditangani.
Instrumentalisasi menjadi semacam kata kunci dalam pandangan teknologis. Manusia menciptakan, memanipulasi dan memeralat benda-benda, alam serta mesin-mesin, untuk memudahkan hidupnya. Di saat yang sama, hal itu juga berlangsung di wilayah politik dan kultural. Di sinilah manusia dan masyarakat tak terkecuali berada dalam penguasaan dan manipulasi teknologi.Selain instrumentalisasi, ilmu pengetahuan modern juga ditandai dengan istilah operasionalisasi. Maksud dari operasionalisasi ini menyatakan, ilmu-ilmu pengetahuan hanya berguna sejauh dapat diterapkan dan bersifat operabel. Ini tampak dalam penelitian sosial, di mana setiap perubahan yang sifatnya kualitatif disingkirkan.
Marcuse mengambil contoh di bidang penelitian sosial pada sebuah studi tentang relasi kerja dalam pabrik Western Electric Company di Hawthrorne. Ketika mendengar karyawan-karyawan pabrik ini mengeluhkan gaji yang tak cukup, para peneliti menganggap keluhan ini terlalu kabur. Karanenya perlu dioperasionalisasikan. Artinya, perlu diterjemahkan dalam situasi dan tingkah laku yang konkrit.
Misalnya, saudara X mengeluh gajinya tak cukup. Itu berarti ia tak sanggup memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah tangganya, diantaranya berobat, pakaian atau biaya pendidikan anak-anaknya dan lain-lain. Solusi dari kesulitan-kesulitan ini ialah perusahaan membentuk badan kesejahteraan sosial yang menangani kasus-kasus serupa. Singkatnya, masalah atau kesukaran disingkirkan tanpa mengubah struktur masyarakat. Sistem tetap dipertahankan. Dengan demikian, menurut Marcuse, ucapan para buruh “gaji tak cukup sama sekali berubah artinya.
Marcuse mengungkapkan, dewasa ini yang terjadi bukanlah manusia menindas manusia lainnya, golongan tertentu menindas golongan lainnya. Tak ada lagi orang atau golongan yang ditunjuk sebagai penindas. Melainkan terdapat suatu sistem totaliter yang menguasai semua orang, seluruh realitas alamiah dan sosial. Tak ada orang yang dapat memengaruhi sistem anonim itu. Sistem yang tampak dalam segala bidang ini, menonjolkan diri baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang.Satu dimensinya masyarakat industri semakin jelas dengan berubahnya sama sekali peranan kaum buruh. Dahulu Marx berfikir bahwa kemiskinan kaum buruh akan bertambah parah dan luas. Pada akhirnya kapitalisme akan ambruk. Dengan ini, lahirlah suatu masyarakat baru tanpa kelas.Harapan itu tak terpenuhi. Kaum buruh telah kehilangan semangat revolusionernya. Mereka sudah menjadi konsumen yang memiliki mobil, TV dan berbagai fasilitas yang tak beda dengan kaum borjuis.

Teknologi

Bagi Marcuse, teknologi bukan merupakan sesuatu yang bebas nilai atau netral. Sistem teknologis membangkitkan pada manusia keinginan-keinginan yang diperlukan, sistem dapat memertahankan diri dan terus berkembang.Dengan teknologi, manusia dapat memeroleh apa yang diinginkan. Namun pada dasarnya, apa yang diinginkan manusia hanyalah apa yang dikehendaki sistem itu sendiri. Ini seperti lingkaran setan yang menjepit manusia. Di satu sisi, produktivitas semakin besar untuk memungkinkan konsumsi yang makin besar pula. Di lain sisi, satu-satunya alasan konsumsi ialah menjamin berlangsungnya produktivitas.
Manusia modern mengira, ia benar-benar bebas dan ia hidup dalam dunia yang menyajikan kemungkinan-kemungkinan untuk dipilih dan direalisasikan. Tapi pada kenyataannya, apa yang dikehendaki manusia sebenarnya hanyalah apa yang yang didiktekan kepadanya. Dengan kata lain, manusia tidak membuat dan memilih lain daripada apa yang dianggap perlu oleh sistem teknologis yang totaliter untuk memertahankan dirinya.Berbagai jenis kebebasan merebak di negara-negara maju. Kebebasan pers, kebabasan pendapat, berkumpul dan sebagainya hampir tanpa batas. Tapi demikian, massa besar tidak kritis. Berbagai kritik ditolerir dengan leluasa, tapi dengan segera dilumpuhkan juga. Itu karena hal ini segera menjadi hal menarik untuk dikonsumsi dalam bentuk hiburan kultural dan sensasi. Terdapat privasi yang serentak juga privasi itu ditiadakan dengan cetak dan elektronik. Terdapat waktu luang yang banyak dengan banyaknya waktu libur, sekaligus bersamaan waktu luang itu diberi tempat dan diberi tempat dalam proses konsumsi, melalui acara TV, biro-biro perjalanan, pariwisata, dan iklan-iklan lainnya. Tak ada lagi kelas sosial dalam membuang waktu berlibur. Baik kaum buruh maupun borjuis, mereka seolah bebas memilih tempat pariwisata mereka. Padahal mereka tak berbuat lain daripada pergi ke tempat yang telah disuruh oleh publisitas periklanan.

Seksualitas

Manusia modern merasa bebas dan dibebaskan secara istimewa dalam hal seksualitas. Berbagai istilah revolusi seksual pun dengan lantang berkumandang diberbagai penjuru masyarakat. Namun ini juga hanya tak lain dari sekadar tipu muslihat dari sistem totaliter.
Hal itu adalah salah-satu bentuk toleransi, yang seakan-akan menyajikan kebebasan seluas-luasnya. Padahal maksudnya tak lain adalah menindas atau menguasai. Ketika emansipasi telah dialami secara langsung pada wilayah terbatas, maka ia tidak akan memberontak melawan sistem sebagai keseluruhan. Dengan kata lain, kebebasan itu dijadikan alat untuk menguasai. Marcuse menyebut fenomena ini dengan istilah toleransi represif. Sebuah toleransi yang menandai masyarakat modern.



Tiga Penentu Satu Dimensi

Masyarakat industri maju adalah masyarakat berdimensi satu. Pemikiran yang mereka praktikan pun adalah pemikiran berdimensi satu. Mereka tak mengenal betul adanya oposisi ataupun alternatif. Kondisi ini bisa dilihat dari fenomena partai-partai politik, yang seolah menawarkan berbagai perbedaan dan perubahan. Tapi kenyataannya, secara praksis tak ada bedanya antara partai satu dengan yang lain. Tak terkecuali dengan partai yang memiliki dasar ideologi sangat berlawanan. Semua telah menjadi mekanisme yang mengumpulkan suara-suara, supaya sejumlah elit politik dapat memertahankan kekuasaannya.
Pemikiran berdimensi satu secara sistematis telah menjalar pada para kepala politik dan penguasa. Mereka menguasai media massa. Manusia modern diindoktrinasi dengan slogan-slogan yang didikte begitu saja.
Perbedaan antara paham besar dunia, yakni sosialisme dan kapitalisme menjadi sangat tipis sekali. Sistem totaliter teknologis telah menguasai keduanya, yang ditentukan oleh trio yang terdiri dari ekonomi – politik – ilmu pengetahuan. Pada kedua belah pihak, trio tersebut telah bekerja keras menghasilkan persenjataan yang dahsyat. Apalagi, keduanya juga saling membutuhkan satu sama lain, supaya masing-masing terus bertahan. Persenjataan dibuat dengan tujuan agar tak ada pertempuran. Sehingga antara perdamaian dan peperangan memiliki hubungan erat.Menurut Marcuse, ini bukti bahwa masyarakat modern secara fundamental bersifat rasional dalam bagian-bagiannya, tapi irasional secara keseluruhan.


Kritik Atas Positivisme dan Filsafat Analitis.
Marcuse mengeritik aliran-aliran filosifis seperti positivisme dan filsafat analitis. Menurutnya, mereka mematikan pemikiran negatif. Selanjutnya, aliran-aliran semacam itu tak berbuat lain daripada menyesuaikan diri dengan realitas yang ada. Dengan demikian, filsafat memihak pada status quo dan tak akan pernah menghasilkan perubahan kualitatif dalam masyarakat.


Solusi Menuju Masyarakat Baru.
Tak seperti Jean Jasque Rousseau menanggapi jamannya dengan romantisismenya yang ingin kembali ke keadaan asali. Marcuse memberi tempat pada ilmu pengetahuan, teknologi dan industri modern. Semua itu tetap perlu bagi masyarakat yang akan datang. Sebab dengan itu, baru dimungkinkan untuk mengurangi pekerjaan dan memuaskan semua kebutuhan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi tak harus dibuang, melainkan diubah secara kualitatif. Sehingga timbul juga masyarakat yang kualitatif lain. Selain itu, rasio sendiri juga harus berfungsi lain. Rasio harus berfungsi meniggalkan logika penguasaan dan memajukan seni hidup.
Untuk memerjuangkan masyarakt baru, secara konkret Marcuse menunjuk dua hal. Pertama, perlu sebisa mungkin orang mengurangi kekuasaan, yang menjadi konsentrasi kekuasaan dalam sistem yang mengurung selama ini. Kedua, mengurangi perkembangan yang berlebihan. Maksudnya, menolak kebutuhan-kebutuhan palsu, yang secara artifisual dibangkitkan oleh sistem produksi modern dan meninggalkan semua usaha untuk makin meningkatkan mutu kehidupan. Untuk memerjuangkan masyarakat kualitatif lain, oang harus mulai dengan mengurangi yang kuantitatif.


Hanya sedikit orang yang bisa melepaskan diri dari prilaku dan pemikiran masyarat industri maju ini. Marcuse menunjuk pada golongan-golongan marjinal, mereka yang berada di pinggiran masyarakat sekarang. Mereka harus mengucapkan The Great Refusal (Penolakan Akbar). Dalam Essay on Liberty Marcuse menyatakan harapannya pada intelektual-intelektual muda dari golongan menengah.

Kemudian, di beberapa karyanya selanjutnya Marcuse mengakui hak golongan oposisional untuk menggunakan kekerasan. Alasan utamanya ialah, masyarakat berdimensi satu senantiasa memakai kekerasan yang dilembagakan, dengan memaksa setiap orang untuk menyesuaikan diri dengan status quo. Untuk menghadapinya hanya ada satu jalan, yakni membalas dengan kekerasan. Tapi ia menekankan, yang dimaksud dengan kekerasan tak lain daripada civil disobidience.

Posted By Ayub Gazali01:42

Sunday 12 January 2014

PENGENDALIAN OPT TERPADU

Filled under:

PHT adalah suatu cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengen­dalian hama dan penyakit tumbuhan yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan.
Sasaran PHT adalah : 1) produktivitas pertanian yang mantap dan tinggi, 2) penghasilan dan kesejahteran petani meningkat, 3) populasi hama dan patogen tumbuhan dan kerusakan tanaman karena serangannya tetap berada pa­da aras yang secara ekonomis tidak merugikan, dan 4) pengurangan risiko pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida. Dalam PHT, penggunaan pestisida masih diperbolehkan, tetapi aplikasinya menjadi alternatif terakhir bila cara-cara pengendalian lainnya tidak mampu mengatasi wabah hama atau penyakit.  Pestisida yang dipilihpun harus yang efektif dan telah diizinkan.
Strategi PHT adalah memadukan secara kompatibel semua teknik atau metode pengendalian OPT didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi. PHT adalah sistem pengendalian OPT yang merupakan bagian dari sistem pertanian berkelanjutan
SSejarah PHT
            Usaha untuk memperkenalkan PHT di Indonesia dimulai sejak tahun 1979, setelah Indonesia mendapatkan pengalaman buruk dari serangan hama wereng coklat pada tahun 1975-1977. Usaha untuk pengendalian terhadap hama wereng ini, di Indonesia diikuti melalui pendekatan teknologi yang sangat sukses dan kemudian lebih sering disebut revolusi hijau. Program PHT di Indonesia dinyatakan sebagai kebijakan nasional pada tahun 1986 yaitu dengan keluarnya Inpres No.3 tahun 1986. Esensi program tersebut yaitu dalam rangka menciptakan sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dan dalam pelaksanaannya telah memberikan efek yang sangat besar terhadap produksi pertanian nasional.
Program PHT nasional di Indonesia dinilai berhasil.  Lembaga internasional seperti FAO telah mengakui hal ini. Bahkan Indonesia kemudian dijadikan contoh pelaksanaan PHT bagi negara-negara sedang berkembang di Asia dan Afrika. Keberhasilan pelaksanaan PHT pada tanaman terlihat nyata pada dua hal yaitu menurunnya penggunaan pestisida dan meningkatnya rata-rata hasil panen.
IImplementasi PHT
PHT disebarluaskan ke petani dengan pola Sekolah Lapang PHT (SLPHT). Sebagai catatan, ternyata Program Nasional PHT dari tahun 1989-1999 telah berhasil melatih lebih dari  satu juta petani padi melalui penerapan SLPHT.  Komoditi yang dicakup pada kegiatan PHT yaitu padi, kedelai, kubis, kentang, cabe, dan bawang merah. PHT di bidang perkebunan telah berhasil melatih  106.000 petani pada komoditas kopi, kakao, dll.
Implementasi PHT pada tanaman perkebunan telah dilakukan sejak tahun 1997/1998. Pengembangan PHT telah dilakukan pada beberapa komoditas perkebunan rakyat seperti: kakao, lada, teh, kapas, jambu mete, dan kopi. Tujuan penerapan PHT di subsektor perkebunan adalah untuk mendorong pendekatan pengendalian OPT yang dinamis dan aman terhadap lingkungan oleh petani perkebunan rakyat melalui pemberdayaan perangkat pemerintah yang terkait dan kelompok petani.
Ada empat prinsip penerapan PHT pada tingkat petani. Empat prinsip tersebut yaitu 1) budidaya tanaman sehat, 2) pelestarian dan pendayagunaan musuh alami, 3) pengamatan mingguan secara teratur, dan 4) petani sehagai ahli PHT.

DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Abdul Latief. 2005. Permasalahan dalam Penerapan Sistem Pengendalian Hama Terpadu untuk Pengelolaan Penyakit Tumbuhan di Indonesia. http://rivaarifin.blogspot.com/2010/02/permasalahan-dalam-penerapan-sistem.html. Diunduh 14 Desember 2010.
Agustian, Adang dan Benny Rachman. 2009. Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu Pada Komoditas Perkebunan Rakyat. Perspektif Vol. 8 No. 1 / Juni 2009. Hlm 30 – 41.
Anonymous. 2010. Teori Pengendalian Hama. lms.web44.net/sap%2015%20PHT.doc. Diunduh 14 Desember 2010.
Hasibuan, Muainah. 2008. Kajian Penerapan PHT pada Petani Padi di Kabupaten Tapanuli Selatan. UNSU Medan.

Posted By Ayub Gazali09:40

METAFISIKA MARTIN HEIDEGGER : USAHA PENCARIAN "ADA"

Filled under:

Heidegger merupakan seorang filsuf yang banyak memberikan pengetahuan tentang pencarian ada. Dalam karya karyanya, ia seringkali memulainya dengan menawarkan pertanyaan pertanyaan tentang “What is?“: Apa yang disebut berfikir, apa yang disebut metafisika, dan apa itu filsafat. Dalam menanyakan pertanyaan “apa itu?”, Heidegger sebenarnya menginginkan kita untuk masuk pada jalur pemikiran yang akan membawa kita ke esensi dan dasar pemikirannya.
Be dan Beings
Untuk memahami konsep metafisika dari Martin Heidegger, kita harus melihat terlebih dahulu pembedaan ontologis antara beings dan Be itu sendiri. Heidegger memberikan contoh: bayangkan seseorang yang mau membeli buah- buahan. Ia ke pasar dan berkata kepada  pedagang buah, “saya ingin membeli buah pak” katanya. Si pedagang lalu menawarkan buah apel, mangga, melon, jeruk dan sebagainya. “tidak pak, saya mau membeli buah”, katanya lagi. Kalau kita berfikir seperti lazimnya, “buah” yang dicari itu adalah karakter paling umum dan paling mulia dari segala buah buahan yang ada. “buah” adalah nama generic dan umum yang merangkumi segala macam buah buahan yang ada. Apakah seperti itu yang dimaksud dengan pembedaan ontologis antara Be dan Beings? Bukan. Heidegger masih mencari sebuah ground yang lebih “underground” lagi.
Dalam skema metafisika biasa, beings merujuk pada semua yang ada di atas muka bumi ini, dan di semesta ini yang dilandasi pengertian bahwa Be berarti Pencipta, Ultima Ratio, dan Be sebagai Causa Sui. Sedangkan dalam skema pembedaan ontologis, antara beings dan Be sebagai Pencipta, Be sebagai Ultima Ratio, dan Be sebagai Causa Sui di situ masih ada relasi kausal antara keduanya. Dan sejauh Be-Pencipta, be-Ultima Ratio, Be-Causa Sui itu direpresentasikan, be itu malah diturunkan derajatnya menjadi sekadar “beings” seperti lainnya.
Pengertian Onto-Theologi
Metafisika pada umumnya membicarakan tentang ada sebagaimana ada-nya sendiri. Sebagai contoh, seekor binatang. Dalam ilmu ukur: binatang bisa dianalisis ada- nya dari beratnya, ukurannya, juga panjangnya; dari sudut palaentologi: bisa dicari nenek moyang dari binatang tersebut, dan dari sudut pandang lainnya. Metafisika tidak tertarik dengan sudut pandang particular tersebut. Metafisika mau mempertanyakan dan membahas “ada” nya sendiri dari binatang tersebut. Metafisika mencari ada sejauh ada.
Heidegger menunjukkan bahwa pada periode sejarah tertentu, metafisika memiliki struktur ontho-theo-logi. Maksudnya adalah setelah melampaui pembahasan tentang binatang dari sudut pandang particular, dan mencoba membahas ada-nya dalam dirinya sendiri, orang biasanya akan tiba pada sebuah ada yang paling umum/universal atau pada sebuah ada yang paling Ilahi. “ada” tersebut dijadikan sebagai sebab akhir atau sebagai “pengasal/ pencipta”. Ada sejauh “ada” diperlihatkan sebagai “yang paling umum” dalam arti sebagai yang “paling tinggi” atau yang “paling Ilahi”. Metafisika semacam itu bersifat onthologi dan theology. Dan semuanya itu dibungkus dalam sebuah wacana atau uraian yang benar. Itulah skema onto- teologi yang dideteksi Heidegger sebagai karakter inti metafisika barat.
Pembacaan Heidegger tentang “God is Dead”
Metafisika barat, bagi Heidegger, menemukan titik puncaknya dalam pemikiran Nietzsche yang ia sebut sebagai “metafisika terakhir”. Nietzsche, dalam pandangan Heidegger, membawa kita ke arah yang disebutnya sebagai nihilisme. Friedrich Nietzsche mengkritik dengan tajam konsepsi metafisika pada umumnya yang berpretensi menemukan Be dalam arti pencipta, causa sui atau ultima rasio. Nietzsche menulis bahwa “the highest concept of Western Metaphysics are the las wisps of evaporating reality”. Sementara di buku will to power, Nietzsche mengatakan bahwa yang disebut Be (atau being) hanyalah “fiksi yang dibutuhkan oleh orang orang yang loyo dan tidak berani menghadapi realitas yang selalu berubah”.
Meskipun setuju dengan pernyataan Nietzsche bahwa Tuhan sudah mati, namun Heidegger ingin memberi ruang bagi iman dan kepercayaan. Dalam esai Tuhan sudah Mati Heidegger mempertanyakan dengan sangat heran bahwa orang gila, yang diidentifikasi dengan Nietzsche yang mencari Allah ketika dia sudah tahu kematian Tuhan di tangan kita. Bagian ini hanya menegaskan kembali bahwa kita menemukan diri kita dalam dunia tanpa Allah.
Jadi, bagi Heidegger, Nietzsche tetap tegas menganut tradisi metafisik barat. 


Teknologi di mata Heidegger
Dalam kaitannya dengan teknologi, Heidegger membedakan dua jenis cara berfikir. Pertama, adalah berfikir secara kalkulatif, dan yang kedua adalah berfikir secara meditative. Berfikir secara kalkulatif adalah proses berfikir yang menyebabkan kelahiran teknologi, namun bagi Heidegger, cara berfikir seperti ini malah membuat manusia melupakan ada -nya, manusia hanya sibuk dengan hal teknis. Dalam hal ini, intelek manusia hanya dijadikan sebagai sarana untuk membuat hidup menjadi lebih hidup. Heidegger menambahkan dengan mengatakan bahwa fenomena seperti itu telah mereduksi roh menjadi intelek dengan demikian manusia tidak lagi memikirkan ada nya sendiri. Oleh karena itu Heidegger menawarkan satu cara berfikir yang lebih tinggi dan mulia yakni cara berfikir meditative. Kata meditative disini bukanlah meditative seperti yang ada dalam ranah keagamaan, namun dengan berfikir secara meditative Heidegger ingin menyerukan kepada setiap orang untuk lebih menyadari ada -nya.

Penutup
Heidegger sebagai seorang filsuf besar memang memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya filsafat dan metafisika. Begitu banyak karya yang telah ia hasilkan. Untuk mengerti alur pemikirannya tidaklah mudah, oleh karena itu sebagai usaha mencari ada, dan sebelum kita mendalami onto- theology Heidegger, kita harus mengerti terlebih dahulu pembedaan ontologis antara Be dan beings itu sendiri.
Jalan pikiran Heidegger dengan mencari ground yang lebih “underground” atau Heidegger menyebutnya dengan melampaui ada itu sendiri merupakan sebuah konsep pemikiran yang rumit tetapi dengan demikian Heidegger telah membuka jalan yang baru guna melihat keseluruhan dunia metafisis. Ia pun menggunakan istilah onto- teologi untuk membedakan metafisikanya dengan yang lain. Heidegger juga menawarkan kepada kita cara berfikir yang meditative. Menurutnya, cara berfikir kalkulatif membuat manusia semakin melupakan ada -nya. Oleh karena itu, Heidegger memberikan sebuah cara berfikir yang lain, yakni secara meditative. Yang dimaksud meditative disini bukanlah apa yang seringkali dipakai oleh agama.

Posted By Ayub Gazali09:39

PERAN MAHASISWA

Filled under:

Ada peran-peran yang harus dilakukan sebagai konsekuensi logis dan konsekuensi otomatis dari identitas mahasiswa itu sendiri, diantaranya yang pertama PERAN MORAL mahasiswa dalam kehidupannya sebagai kaum intelektual muda. Jika hari ini aktifitas mahasiswa berorientasi pada hedonisme (hura-hura) maka berarti telah menyimpang. Jika hari ini mahasiswa lebih suka mengisi waktu dengan agenda-agenda personal seperti pacaran, nongkrong di Mal tanpa ingin tahu tentang keadaan sosialnya, jika pada hari ini mahasiswa lebih mementingkan individu dengan segala kepentingannya tanpa memperhatikan sekelilingnya (realitas objektif) maka mahasiswa semacam ini adalah potret “generasi yang hilang” yaitu generasi yang terlena dan lupa akan tanggung jawabnya sebagai seorang mahasiswa. Yang kedua PERAN SOSIAL, dimana mahasiswa dalam hal ini harus menumbuhkan jiwa-jiwa sosial yang dalam (solidaritas sosial). Solidaritas yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat kelompok, namun solidaritas sosial yang universal secara menyeluruh serta dapat melepaskan keangkuhan. Dalam peran ini hakekatnya mahasiswa tidak membiarkan begitu saja penindasan yang terjadi disekelilingnya, penindasan yang dilakukan kaum pemangku puncak kuasa untuk meruntuhkan eksistensi kaum marginal yang sampai-sampai rela mengembik untuk mempertahankan eksistensi diri. Yang ketiga PERAN POLITIK, mahasiswa hakekatnya mampu menciptakan kesinambungan politik yang dinamis dan berdasar pada keadaan objektif (rakyat) dalam menjalankan kehidupannya sebagai bagian dari rakyat. Pasca reformasi tahun 1998, peran politik mahasiswa sebagai kaum terpelajar dinamis yang penuh kreatifitas seakan bergejolak kembali saat sebelumnya terbelenggu oleh pemerintahan yang otoriter dimana membatasi ruang gerak demokrasi. Dalam peran ini kadang mahasiswa dibutakan oleh hal-hal duniawi (uang) ataupun suatu ideologi sempit yang dapat membutakan mata sehingga bertindak secara subjektif dalam menjalankan segala kepentingannya. Ketiga peran ini seharusnya sinergis berpadu dengan peran akademik mahasiswa sebagai bagian dari ruang pembelajaran kaum intelektual muda. Dimana kadang realitas sekarang menjadi dilema, dalam artian banyak mahasiswa yang hobinya kuliah namun tak mau tahu tentang segala hal berkenaan dengan kehidupan sosial politiknya, sehingga banyak anggapan berilmu untuk dirinya sendiri (Percuma!!). Mahasiswa seharusnya tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi problematika vertikal maupun horizontal yang ada disekelilingnya. Dengan bertolak pada keadaan yang riil, menjadikannya mampu bertindak dan mengambil peran penting sebagai hakekat dari pemegang identitas agent of change maupun director of change. Gerakan mahasiswa harus terus mereformasi diri, menambal lubang-lubang kelemahan dan keluar dari jebakan pikiran konvensional untuk mencari solusi kritis. Ada empat model gerakan yang bias ditawarkan untuk menghadapi tantangan hari ini: 1. Gerakan intelektual, sebagai seorang intelektual maka yang harus dilakukan yaitu dengan kerja-kerja intelektual pula. Seperti seminar, diskusi, kelompok kajian dan penerbitan karya-karya ilmiah. 2. Gerakan cultural, mahasiswa harus membumi dan bekerja bersama rakyat, misalnya advokasi dan kegiatan bersama. 3. Gerakan structural, bekerjasama dengan Negara untuk mendukung kerja-kerja gerakan yang ada. 4. Gerakan massa, ketika aspirasi tidak lagi didengar, maka aksi massa menjadi alat yang sah dalam penyampaiana aspirasi.

Posted By Ayub Gazali08:04

PENGENDALIAN HAMA TIKUS DENGAN RODENTISIDA

Filled under:

Tikus (Rattus sp) yang dalam klasifikasinya dimasukkan ke dalam sub filum Vertebrata (hewan-hewan beruas tulang belakang), kelas Mammalia (hewan-hewan menyusui), ordo Rodentia (hewan-hewan yang mengerat) dan famili Muridae yang merupakan salah satu hama penting pada tanaman pertanian (pangan, horticulture, dan perkebunan).
Jenis tikus yang penting sebagai hama,yaitu:
Tikus sawah (Rattus argentiventer)
Tikus rumah (Rattus rattus)
Tikus pohon (Rattus tiomanicua)
Tikus lading (Rattus exulans)
Tikus mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dipunyai oleh hama pada umumnya, yaitu :
Mempunyai mobilitas atau kemampuan bergerak yang tinggi,
Mempunyai kemampuan merusak dalam jumlah yang sangat besar dan dalam waktu yang singkat.
Stadia pertumbuhan tanaman yang dirusak luas, mulai pdari persemaian sampai ke pasca panen (di tempat penyimpanan).
Mempunyai respon atau tanggap terhadap tindakan pengendalian dengan cepat, baik untuk menolak atau untuk menghindar.
Morfologi Tikus
Secara umum morfologi tubuh tikus dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kepala dan badan beserta bagian-bagiannya.
1. Kepala
Bentuk kepala tikus adalah kerucut atau kerucut terpton, dengan misai (kumis) pada ujung moncongnya yang berfungsi sebagai alat peraba. Mata terletak di bagian tepi dari kepala dan letaknya agak menonjol keluar, sehingga mempunyai sudut pandang yang lebar. Gigi tikus terdirr dari gigi seri dan geraham, tidak mempunyai gigi taring sehingga terdapat celah di antara gigi seri dan geraham yang berfungsi untuk mengeluarkan kotoran yang terbawa bersama makanannya, atau untuk mengeluarkan makan yang tidak disukainya. Gigi seri tikus selalu mengalami perpanjangan, sehingga perlu dikurangi dengan jalan mengeratkan gig serinya pada benda-benda yang keras. Tidak heran bila ada benda-benda yang tidak biasa dimakan tetapi digigit oleh tikus, hal itu untuk mengurani pertumbuhan gigi serinya. Gigi seri berfungsi untuk memotong makanan, sedangkan geraham untuk mengunyah makanan.
2. Badan
Bentuk badan tikus adalah silindris memanjang kebelakang. Batas antara kepala dan badan tidak begitu jelas sehingga dalam identifikasi jenis-jenis tikus, kepala dan badan digabung dan dipisahkan dengan ekor. Badan (dan juga kepala) ditutupi oleh rambut yang warnanya berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada bagian bawah badan tikus betina yang sudah dewasa terdapat puting susu yang jumlahnya bervariasi antara 2-6 pasang, tergantung dari jenisnya. Pada bagian ujung belakang badan bagian bawah terdapat alat kelamin dan anus. Pada tikus jantan dewasa terdapat organ kelamin berupa kantung yang merukapan tempat dihasiilkannya sperma. Pada saat tikus belum dewasa kantung tersebut berada di dalam tubuh, kemudian berangsur-angsur keluar sesuai dengan umur tikus.
Pada badan tikus terdapat anggota badan berupa 2 pasang kaki (tungkai) dan ekor. Pada telapak kaki terdapat tonjolan-tonjolan yang berfungsi untuk membantu tikus dalam memanjat. Ekor tikus gundul (tidak berambut), merupakan ciri yang membedakannya dengan bajing (ekor berambut tebal) dan landak (ekor berduri).
Biologi Tikus
1. Makanan dan perilaku makan
Tikus merupakan hewan pemakan semua bahan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun demikian biji-bijian seperti gabah, beras dan jagung tampaknya lebih disukai daripada yang lain. Setelah itu, tikus juga menyukai umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi kayu.Makanan yang berasal dari hewan terutama adalah serangga dan hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan sumber untuk pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga.Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan seekor tikus setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari kandungan air dan gizi dalam makanannya.
Tikus merupakan hewan yang aktif pada maam hari sehingga sebagian besar aktivitas makannya dilakukan pada malam hari.Tikus memiliki sifat “neo-fobia”, yaitu takut atau mudah curiga terhadap benda-benda yang baru ditemuinya.Dengan adanya sifat tikus yang demikian, maka makanan akan dimakan adalah makanan yang sudah biasa ditemui.Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara kimia dengan menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan agar umpan yang digunakan adalah umpan yang disukai oleh tikus dan tempat umpanyang digunakan adalah benda-benda alami yamg banyak terdapat di alam.
Diantara beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tikus dalam memilih makanan adalah:
Kandungan gizi dari makanan, apakah dapat memberikan semua bahan yang dibuthkan oleh tubuh atau tidak,
Rasa makanan, untuk hal ini tikus akan memilih makanan yang rasaya lebih enak terutama makanan yang mengandung gula dan bumbu masak (vetsin).Oleh sebab itu, kedua bahan ini sering ditambahkan sebagai Campuran pada umpan beracun untuk lebih memikat tikus.
Kemudahan dalam mendapatkan makanan tersebut.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu. Jumlah anak yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 - 12 ekor (rata-rata 6 ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan.Bayi yang baru dilahirkan menunjukkan ciri-ciri tidak berambut (gundul), tubuh berwarna merah jambu dengan bobot 4 - 6 gram, mata dan telinga tertutup selaput.
Dalam perkembangan selanjutnya, anak tikus akan berubah secara berangsur-angsur, rambut mulai tumbuh pada umur 4 hari, telinga membuka pada umur 5 – 6 hari, gigi mulai tumbuh (yang mula-mula tumbuh adalah gigi seri) pada umur 10 – 11 hari, mata membuka pada umur 14 – 16 hari, dan anak tikus akan disapih (selesai disusui) pada umur 28 hari.
Pada tikus terdapat sifat “birahi setelah melahirkan”, terutama pada saat makanan di lapang dalam jumlah banyak dan mengandung nilai gizi yang baik. Satu sampai dua hari setelah melahirkan, tikus betina dapat birahi lagi untuk dikawini oleh tikus jantan. Jadi tikus dapat memanfaatkan makanan yang ada di lapang untuk berkembang biak sebanyak-banyaknya.
Tikus menjadi dewasa dalam arti dapat kawin mulai umur 3 bulan. Lama hidup seekor tikus di lapang rata-rata 1 tahun sedang di laboratorium rata-rata 3 tahun.
3. Sarang
Tikus membuat sarang untuk beberapa tujuan, yaitu tempat istirahat pada siang hari, tempat melarikan diri dan bersembunyi dari serangan predator (musuhnya), tempat memelihara dan menyusui anaknya, tempat menyimpan makanan (terutama padasaat di lapangan tidak ada makanan), tempat menjaga suhu badan agar tetap stabil.
Tikus membuat sarang di pematang-pematang sawah, di tepi saluran irigasi, di bawah jalan kereta api, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan dia membuat sarang. Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam keadaan yang membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun pada saat dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi dengan daun-daunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari lorong yang berkelok-kelok; semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong yang dibuat.
4. Organ indera
Indera penglihatan, menurut pengamatan para ahli diketahui bahwa tikus adalah hewan yang buta warna, artinya ia hanya dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan putih. Akan tetapi, tikus tampaknya tertarik pada warna-warna hijau, kuning dan hitam. Warna hijau dan kuning diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi yang merupakan makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam merupakan warna gelap yang terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus dalam melihat benda-benda yang ada di depannya dapat mencapai 10 meter.
Indera Penciuman, organ penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau makanannya. Tikus jantan dapat mencium bau tikus betina yang sedang birahi untuk dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau anaknya yang keluar dari sarang berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh anaknya.
Indera Pendengaran, organ pendengaran tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi tinggi, yang tidak dapat didengar oleh manusia. Berdasarkan suara-suara yang dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi menjadi beberapa suara, yaitu :
@Suara-suara pada saat akan melakukan perkawinan
@Suara-suara menandakan adanya bahaya
@Suara-suara pada saat menemukan makanan
@Suara-suara pada saat tikus mengalami kesakitan
Indera Perasa/Pengecap, lidah tikus dapat merasakan sesuatu makanan apakah enak atau tidak, sebelum ia meneruskan untuk makan atau membatalkannya.
Indera Peraba, dalam meraba benda-benda yang ada di sekitarnya, tikus menggunakan misai/kumis yang berada di ujung moncongnya. Selain itu, tikus juga menggunakan ambut-rambut yang ada di sisi badannya untuk membantu kerja misai.
Dalam mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan yang sama, sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus akan merasa aman untuk melewati jalan yang sama, daripada setiap saat harus membuat jalan baru. Jalan yang sama dapat ditandai dengan gesekan benda-benda di sekitar jalan tersebut dengan misainya, dan juga karena adanya air seni yang dikeluarkan pada jalan tersebut yang dapat diciuminya.
5. Kemampuan fisik
Kemampuan menggali, tujuan utama tikus menggali tanah adalah untuk membuat sarang. Kemampuan seekor tikus dalam menggali adalah satu meter secara vertical (kedalaman) dan tiga meter secara horizontal (memanjang).Pada populasi tikus yang tinggi, liang tikus yang dibangun sangat panjang dan berkelok-kelok, kadang-kadang antara sarang yang satu dengan yang lain saling berhubungan.
Kemampuanmelompat, seekor tikus mampu melompat sampai ketinggian 75 cm dan sejauh 100 cm.Dengan kemampuannya ini maka dalam membuat penghalang mekanik (pagar dan parit) perlu diperhatikan tinggi pagar dan lebar parit.
Kemampuan memanjat, dengan bantuan tonjolan-tonjolan pada tungkainya dan ekor untuk keseimbangan, seekor tikus dapat memanjat tanaman, pagar, atau tembok. Selain itu tikus juga dapat berjalan pada seutas tali.
Kemampuan mengerat, tujuan utamanya adalah untuk mengurangi pertumbuhan gigi seri yang terse menerus. Kemampuan mengerat seekor tikus cukup kuat, kira-kira setengah dari benda yang terkeras dapat dikeratnya. Walaupun demikian seng atau aluminium yang masih bagus dapat terbebas dari keratan tikus, sehingga bahan ini biasa dipakai sebagai penghalang tikus.
Kemampuan berenang dan menyelam, tikus mampu berenang dengan kecepatan 1,4 km/jam selama selama 72 jam terus-menerus, terutama dalam keadaan yang terpaksa misalnya pada daerah yang tergenang banjir, sampai didapatkan daerah yang agak tinggi.Kemampuan menyelam seekor tikus maksimal selama 30 detik.

Ekologi Tikus
Populasi tikus diartikan sebagai kumpulan tikus dari jenis yang sama di suatu tempat pada suatu waktu tertentu.Pertumbuhan populasi tikus di alam dipengaruhi oleh dua faktor :
1. Faktor abiotik (faktor fisik)
Faktor abiotik yang berperan terutama cuaca atau iklim, sarang, dan sumber air.Pengaruh faktor abiotik ini tidak akan dibahas lebih jauh karena ada kesamaan pengaruhnya terhadap hewan lainnya, seperti serangga.

2. Faktor biotik (faktor biologi)
Faktor biotik yang berperan adalah makanan (baik dalam jumlah maupun kandungan gizinya), musuh alami yang terdiri dari predator atau pemangsa (ular, burung, dan kucing atau anjing), patogen atau penyebab penyakit (virus, bakteri, cendawan, protozoa, nematoda dan lain-lain), pesaing atau kompetitor yang dapatberupa tikus dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda. Persaingan terutamaterjadi dalam mendapatkan makanan dan minuman,sarang, dan pasangan.
Populasitikus di alam selalu mengalami fluktuasi, hal ini terutama dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan.
Kelahiran, dipengaruhi oleh:
-Kemampuan seekor tikus dalam melahirkan anaknya,
-Masa perkembang biakan (dipengaruhi oleh makanan dan cuaca),
-Perbandingan antara betina yang sedang bunting dengan semua betina dewasa yang ada di suatu areal,
-Umur betina saat melakukan perkawinan,
-Struktur populasi berdasarkan umur, yaitu bayi tikus (cindil), anak tikus dan tikus dewasa.
Kematian, dipengaruhi oleh:
-Ketersediaan makanan,
-Musuh alami,
-Lama hidup (umur maksimum yang biasa dicapai oleh tikus).
Perpindahan/Pergerakan, yaitu perpindahan tikus keluar dari suatu tempat atau masuk ke suatu tempat.Pada keadaan normal seekor tikus dalam sehari dapat bergerak sejauh 100 meter. Akan tetapi, dalam keadaan yang memaksa, misalnya tidak ada makanan di lapang, seekor tikus dapat bergerak sampai sejauh 500 meter per hari.
Peramalan Tikus
1. Monitoring (pemantauan)
Pemantauan populasi merupakan langkah awal dari pengendalian tikus yang bertujuan untuk menentukan apakah sudah perlu dilakukan tindakan pengendalian atau belum.Ada tiga cara pemantauan yang dapat dilakukan terhadap tikus:
Pemantauan populasi tikus tanpa pemerangkapan, dapat dilakukan dengan:
-Melihat sarang aktif, yaitu sarang dimana masih ada tikus didalamnya,
-Melihat jejak telapak kaki dan ekor, dapat dilihat pada permukaan tanah atau dengan menggunakan ubin jejak,
-Melihat jalan tikus yang sering dilaluinya,
-Mendengar suara-suara tikus, dan
-Melihat kotoran tikus (berupa kotoran padat dan kotoran cair).
Pemantauan populasi tikus dengan pemerangkapan, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
-Menghitung populasi tikus secara mutlak, artinya semua tikus ditangkap dan dihitung, namun cara ini susah untuk dilaksanakan,
-Menghitung populasi secara nisbi/relatif, tidak menghitung semua tikus tetapi dengan perhitungan-perhitungan tertentu sehingga dapat diduga populasi tikus yang ada di suatu tempat tertentu.
Pemantauan gejala kerusakan pada tanaman, yaitu mengadakan penghitungan pada tanaman yang terserang, sehingga dari sini dapat ditentukan apakah serangan tikus sudah mencapai ambang ekonomi atau belum.
2. Pengendalian Tikus
Pada pengendalian terpadu ini ada tiga prinsip yang dapat diterapkan yaitu:
Menurunkan populasi tikus sampai pada tingkat yang tidak merugikan secara ekonomis,
Melindungi tanaman atau bahan simpanan dari serangan tikus,
Mengurangi ketersediaan makanan bagi tikus.
Untuk keberhasilan pengendalian terpadu ini diperlukan beberapa syarat, yaitu :
Melakukan secara serentak pada areal yang luas (minimal 5 ha),
Dilakukan secara berkesinambungan sampai populasi tikus berada dibawah ambang ekonomi,
Diterapkan sistem pengamatan dini yaitu ‘cepat melihat cepat melapor’,
Tepat metode, yaitu sederhana, praktis, dan sesuai dengan kondisi setempat,
Tepat sarana, pada tiap kelompok tani minimal ada 50 alat emposan, 50 kg belerang dan 100 kg rodentisida siap pakai, dan
Dilakukan dengan pengorganisasian yang rapi.
Metode-metode yang dapat diterapkan dalam pengendalian terpadu adalah kultur teknis, sanitasi, fisik-mekanis, biologis, dan kimiawi.
PENGENDALIAN DENGAN RODENTISIDA
Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mmatikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.Tikus juga merupakan organisme penggangu yang bnayak merugikan manusia. Di bidang pertanian , tikus sering menyerang tanaman pangan ,hortikltura, dan tanaman perkebunan dalam waktu yang singkat dengan tingkat kerugian yang besar. Berbagai stadia umur tanaman diserangnya, mulai dari pembibitan, masa pertumbuhan sampai hasil panen yang tersimpan di guadang. Dipeternakan , tikus sering mengambil pakan ternak. Dan , bahkan tikus dapat menjadi sarana bagi beberapa pathogen yang dapat menimbulkan penyakit bagi manusia dan hewan piaraan.
Rodentisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan tikus. Rodentisida yang digunakan adalah rodentisida antikoagulan yang mempunyai sifat sebagai berikut :

• Tidak berbau dan tidak berasa.
• Slow acting, artinya membunuh tikus secara perlahan-lahan, tikus baru mati setelah memakan beberapa kali.
• Tidak menyebabkan tikus jera umpan.
• Mematikan tikus dengan merusak mekanisme pembekuan darah.

Jenis bahan aktif rodentisida adalah boadfakum, kumatetralil atau bromadiolone, Sedangkan untuk area khusus yang sangat sensitif dan memerlukan perlakuan khusus akan digunakan pengumpanan dengan lem tikus yang khusus.Pelaksanaan pengendalian hama tikus akan dilengkapi dengan laporan lapangan setiap melaksanakan pekerjaan pada tahapan yang dimaksud dan diketahui serta ditanda tangani oleh pejabat/petugas yang ditunjuk oleh perusahaan setempat.Masalahnya tikus sangat terampil menghindar terhadap setiap tindakan pengendalian. Oleh karena itu rodentisida yang efektif biasanya dalam bentuk Pada prinsipnya pengendalian ini menggunakan bahan-bahan kimia untuk membunuh atau mengganggu aktivitas tikus.Pengendalian secara kimia dapat dibagi menjadi empat bagian, ayitu fumigasi (asap beracaun), repellent (bahan kimia pengusir tikus) dan attractant (bahan kimia pengikat tikus), dan chemo-sterilant (bahan kimia yang dapat memandulkan tikus).
Fumigasi (asap beracun)
Fumigasi dapat digunakan pada saat tanaman padi memasuki stadia generatif, karena pada saat itu umpan beracun yang diberikan tidak akan dimakan oleh tikus.Tikus lebih tertarik pada tanaman padi terutama pada bagian malai.Asap beracun dikeluarkan atau diemposkan dengan bantuan alat alat pengempos yang terbuat dari logam tahan panas.Bahan-bahan yang digunakan dalam fumigasi adalah merang ditamabh belerang, kemudian dibakar.Jika tidak ada belerang, merang sendiri dapat digunakan, karena pada pembakaran merang akan dihasilkan gas karbondioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) yang juga dapat meracuni tikus.Penambahan belerang akan terbentuk gas belerang dioksida (SO2) sebagai tambahan yang dapat membunuh tikus lebih cepat.Kelebihan fumigasi dibandingkan umpan beracun adalah dapat membunuh anak-anak tikus dan kutu yang menempel di kulit tikus, yang tidak mati bila tikus dikendalikan dengan umpan beracun.
Umpan beracun biasanya dibuat dari kombinasi antara racun, bahan pemikat, bahan pewarna, bahan pengikat, dan bahan pengawet.Secara umum racun dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan cara kerjanya pada tikus, yaitu racun akut (racun yang cara kerjanya mempengaruhi sistem syaraf tikus) dan racun kronis/racun antikoagulan (racun yang cara kerjanya mempengaruhi atau menghambat proses koagulasi/pembekuan darah).Umpan yang biasa digunakan adalah biji-bijian serealia terutama beras dan jagung karena makanan ini yang paling disukai oleh tikus.
Bahan pemikat (attractant) merupakan bahan yang ditambahkan pada umpan tikus dengan tujuan untuk menarik tikus agar mau makan umpan tersebut. Bahan penarik ini biasaya berupa gula atau vetsin (bumbu masak) atau bahan-bahan lain yang merupakan hasil penelitian perusahaan pestisida dan biasanya tidak diberitahukan kepada masyarakat umum.
Bahan pewarna (colouringu) yang biasa digunakan adalah pewarna makanan, dan pewarna kain yang mudah larut.Walaupun tikus termasuk hewan yang buta warna, tetapi tikus cenderung tertarik pada warna-warna tertentu, seperti hijau, kuning dan hitam.
Bahan pengikat (binder) merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat atau melekatkan racun dengan umpan dan bahan-bahan lainnya. Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah minyak nabati (tumbuh-tumbuhan) yang berasal dari kelapa, jagung atau kacang tanah.
Bahan pengawet (preservative) merupakan bahan digunakan untuk meningkatkan daya tahan rodentisida baik di tempat penyimpanan maupun selama diaplikasikan di lapang terhadap gangguan dari luar, baik gangguan dari makhluk hidup (serangga, cendawan, dan lain-lain) atau gangguan cuaca (hujan, suhu,dan lain-lain).Bahan pengawet/pelindung dari serangan serangga adalah insektisida, dari serangan cendawan adalah fungisida.Yang perlu diperhatikan adalah pemberian pestisida ini dapat mengurangi keinginan tikus utuk memakannya, maka pemberian pestisida ini harus melalui serangkaian percobaan. Bahan pengawet terhadap gangguan cuaca adalah lilin atau parafin, dengan perbandingan lilin 30-40% dan umpan beracun 60-70%.
Repellent (bahan pengusir) dan attractant (bahan pemikat)
Bahan kimia pengusir ini mula-mula dibuat untuk mengamankan hasil pertanian yang disimpan di gudang dari serangan tikus dan burung. Dari hasil pengujian terhadap beberapa bahan kimia, ada beberapa jenis yang dapat berfungsi sebagai bahan pengusir yaitu naftalen, kapur, bubuk belerang, dan ekstrak buah cabai.Dalam pelaksanaannya, untuk mengusir tikus-tikus di lapang masih ditemui beberapa kesukaran.Sedangkan bahan kimia penarik dapat dicampurkan ke dalam umpan beracun untuk menarik tikus atau dapat digunakan sebagai umpan yang diletakkan di dalam perangkap tikus.
Chemo-sterilant (bahan pemandul)
Cara kerja bahan ini di dalam tubuh tikus bersifat khusus seperti halnya bahan-bahan kontrasepsi pada manusia, yaitu :
@Menghambat pembentukan sel telur,
@Menghambat terjadinya pembuahan (pertemuan sel sperma dengan sel telur),
@Mencegah terjadinya penempelan embrio pada dinding rahim,
@Menyebabkan keguguran,
@Menghambat pembentukan air susu pada induk tikus, dan
@Menjadikan keturunannya tikus mandul.
Dalam prakteknya di lapang, bahan kimia pemandul ini sukar diterapkan karena dalam pembuatannya membutuhkan biaya yang tinggi dan hasil yang dicapai masih belum memuaskan.


PENGENDALIAN TIKUS DENGAN RODENTISIDA
 Tikus (Rattus sp) yang dalam klasifikasinya dimasukkan ke dalam sub filum Vertebrata (hewan-hewan beruas tulang belakang), kelas Mammalia (hewan-hewan menyusui), ordo Rodentia (hewan-hewan yang mengerat) dan famili Muridae yang merupakan salah satu hama penting pada tanaman pertanian (pangan, horticulture, dan perkebunan).
Jenis tikus yang penting sebagai hama,yaitu:
Tikus sawah (Rattus argentiventer)
Tikus rumah (Rattus rattus)
Tikus pohon (Rattus tiomanicua)
Tikus lading (Rattus exulans)
Tikus mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dipunyai oleh hama pada umumnya, yaitu :
Mempunyai mobilitas atau kemampuan bergerak yang tinggi,
Mempunyai kemampuan merusak dalam jumlah yang sangat besar dan dalam waktu yang singkat.
Stadia pertumbuhan tanaman yang dirusak luas, mulai pdari persemaian sampai ke pasca panen (di tempat penyimpanan).
Mempunyai respon atau tanggap terhadap tindakan pengendalian dengan cepat, baik untuk menolak atau untuk menghindar.
Morfologi Tikus
Secara umum morfologi tubuh tikus dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kepala dan badan beserta bagian-bagiannya.
1. Kepala
Bentuk kepala tikus adalah kerucut atau kerucut terpton, dengan misai (kumis) pada ujung moncongnya yang berfungsi sebagai alat peraba. Mata terletak di bagian tepi dari kepala dan letaknya agak menonjol keluar, sehingga mempunyai sudut pandang yang lebar. Gigi tikus terdirr dari gigi seri dan geraham, tidak mempunyai gigi taring sehingga terdapat celah di antara gigi seri dan geraham yang berfungsi untuk mengeluarkan kotoran yang terbawa bersama makanannya, atau untuk mengeluarkan makan yang tidak disukainya. Gigi seri tikus selalu mengalami perpanjangan, sehingga perlu dikurangi dengan jalan mengeratkan gig serinya pada benda-benda yang keras. Tidak heran bila ada benda-benda yang tidak biasa dimakan tetapi digigit oleh tikus, hal itu untuk mengurani pertumbuhan gigi serinya. Gigi seri berfungsi untuk memotong makanan, sedangkan geraham untuk mengunyah makanan.
2. Badan
Bentuk badan tikus adalah silindris memanjang kebelakang. Batas antara kepala dan badan tidak begitu jelas sehingga dalam identifikasi jenis-jenis tikus, kepala dan badan digabung dan dipisahkan dengan ekor. Badan (dan juga kepala) ditutupi oleh rambut yang warnanya berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada bagian bawah badan tikus betina yang sudah dewasa terdapat puting susu yang jumlahnya bervariasi antara 2-6 pasang, tergantung dari jenisnya. Pada bagian ujung belakang badan bagian bawah terdapat alat kelamin dan anus. Pada tikus jantan dewasa terdapat organ kelamin berupa kantung yang merukapan tempat dihasiilkannya sperma. Pada saat tikus belum dewasa kantung tersebut berada di dalam tubuh, kemudian berangsur-angsur keluar sesuai dengan umur tikus.
Pada badan tikus terdapat anggota badan berupa 2 pasang kaki (tungkai) dan ekor. Pada telapak kaki terdapat tonjolan-tonjolan yang berfungsi untuk membantu tikus dalam memanjat. Ekor tikus gundul (tidak berambut), merupakan ciri yang membedakannya dengan bajing (ekor berambut tebal) dan landak (ekor berduri).
Biologi Tikus
1. Makanan dan perilaku makan
Tikus merupakan hewan pemakan semua bahan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun demikian biji-bijian seperti gabah, beras dan jagung tampaknya lebih disukai daripada yang lain. Setelah itu, tikus juga menyukai umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi kayu.Makanan yang berasal dari hewan terutama adalah serangga dan hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan sumber untuk pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga.Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan seekor tikus setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari kandungan air dan gizi dalam makanannya.
Tikus merupakan hewan yang aktif pada maam hari sehingga sebagian besar aktivitas makannya dilakukan pada malam hari.Tikus memiliki sifat “neo-fobia”, yaitu takut atau mudah curiga terhadap benda-benda yang baru ditemuinya.Dengan adanya sifat tikus yang demikian, maka makanan akan dimakan adalah makanan yang sudah biasa ditemui.Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara kimia dengan menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan agar umpan yang digunakan adalah umpan yang disukai oleh tikus dan tempat umpanyang digunakan adalah benda-benda alami yamg banyak terdapat di alam.
Diantara beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tikus dalam memilih makanan adalah:
Kandungan gizi dari makanan, apakah dapat memberikan semua bahan yang dibuthkan oleh tubuh atau tidak,
Rasa makanan, untuk hal ini tikus akan memilih makanan yang rasaya lebih enak terutama makanan yang mengandung gula dan bumbu masak (vetsin).Oleh sebab itu, kedua bahan ini sering ditambahkan sebagai Campuran pada umpan beracun untuk lebih memikat tikus.
Kemudahan dalam mendapatkan makanan tersebut.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu. Jumlah anak yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 - 12 ekor (rata-rata 6 ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan.Bayi yang baru dilahirkan menunjukkan ciri-ciri tidak berambut (gundul), tubuh berwarna merah jambu dengan bobot 4 - 6 gram, mata dan telinga tertutup selaput.
Dalam perkembangan selanjutnya, anak tikus akan berubah secara berangsur-angsur, rambut mulai tumbuh pada umur 4 hari, telinga membuka pada umur 5 – 6 hari, gigi mulai tumbuh (yang mula-mula tumbuh adalah gigi seri) pada umur 10 – 11 hari, mata membuka pada umur 14 – 16 hari, dan anak tikus akan disapih (selesai disusui) pada umur 28 hari.
Pada tikus terdapat sifat “birahi setelah melahirkan”, terutama pada saat makanan di lapang dalam jumlah banyak dan mengandung nilai gizi yang baik. Satu sampai dua hari setelah melahirkan, tikus betina dapat birahi lagi untuk dikawini oleh tikus jantan. Jadi tikus dapat memanfaatkan makanan yang ada di lapang untuk berkembang biak sebanyak-banyaknya.
Tikus menjadi dewasa dalam arti dapat kawin mulai umur 3 bulan. Lama hidup seekor tikus di lapang rata-rata 1 tahun sedang di laboratorium rata-rata 3 tahun.
3. Sarang
Tikus membuat sarang untuk beberapa tujuan, yaitu tempat istirahat pada siang hari, tempat melarikan diri dan bersembunyi dari serangan predator (musuhnya), tempat memelihara dan menyusui anaknya, tempat menyimpan makanan (terutama padasaat di lapangan tidak ada makanan), tempat menjaga suhu badan agar tetap stabil.
Tikus membuat sarang di pematang-pematang sawah, di tepi saluran irigasi, di bawah jalan kereta api, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan dia membuat sarang. Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam keadaan yang membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun pada saat dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi dengan daun-daunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari lorong yang berkelok-kelok; semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong yang dibuat.
4. Organ indera
Indera penglihatan, menurut pengamatan para ahli diketahui bahwa tikus adalah hewan yang buta warna, artinya ia hanya dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan putih. Akan tetapi, tikus tampaknya tertarik pada warna-warna hijau, kuning dan hitam. Warna hijau dan kuning diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi yang merupakan makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam merupakan warna gelap yang terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus dalam melihat benda-benda yang ada di depannya dapat mencapai 10 meter.
Indera Penciuman, organ penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau makanannya. Tikus jantan dapat mencium bau tikus betina yang sedang birahi untuk dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau anaknya yang keluar dari sarang berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh anaknya.
Indera Pendengaran, organ pendengaran tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi tinggi, yang tidak dapat didengar oleh manusia. Berdasarkan suara-suara yang dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi menjadi beberapa suara, yaitu :
@Suara-suara pada saat akan melakukan perkawinan
@Suara-suara menandakan adanya bahaya
@Suara-suara pada saat menemukan makanan
@Suara-suara pada saat tikus mengalami kesakitan
Indera Perasa/Pengecap, lidah tikus dapat merasakan sesuatu makanan apakah enak atau tidak, sebelum ia meneruskan untuk makan atau membatalkannya.
Indera Peraba, dalam meraba benda-benda yang ada di sekitarnya, tikus menggunakan misai/kumis yang berada di ujung moncongnya. Selain itu, tikus juga menggunakan ambut-rambut yang ada di sisi badannya untuk membantu kerja misai.
Dalam mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan yang sama, sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus akan merasa aman untuk melewati jalan yang sama, daripada setiap saat harus membuat jalan baru. Jalan yang sama dapat ditandai dengan gesekan benda-benda di sekitar jalan tersebut dengan misainya, dan juga karena adanya air seni yang dikeluarkan pada jalan tersebut yang dapat diciuminya.
5. Kemampuan fisik
Kemampuan menggali, tujuan utama tikus menggali tanah adalah untuk membuat sarang. Kemampuan seekor tikus dalam menggali adalah satu meter secara vertical (kedalaman) dan tiga meter secara horizontal (memanjang).Pada populasi tikus yang tinggi, liang tikus yang dibangun sangat panjang dan berkelok-kelok, kadang-kadang antara sarang yang satu dengan yang lain saling berhubungan.
Kemampuanmelompat, seekor tikus mampu melompat sampai ketinggian 75 cm dan sejauh 100 cm.Dengan kemampuannya ini maka dalam membuat penghalang mekanik (pagar dan parit) perlu diperhatikan tinggi pagar dan lebar parit.
Kemampuan memanjat, dengan bantuan tonjolan-tonjolan pada tungkainya dan ekor untuk keseimbangan, seekor tikus dapat memanjat tanaman, pagar, atau tembok. Selain itu tikus juga dapat berjalan pada seutas tali.
Kemampuan mengerat, tujuan utamanya adalah untuk mengurangi pertumbuhan gigi seri yang terse menerus. Kemampuan mengerat seekor tikus cukup kuat, kira-kira setengah dari benda yang terkeras dapat dikeratnya. Walaupun demikian seng atau aluminium yang masih bagus dapat terbebas dari keratan tikus, sehingga bahan ini biasa dipakai sebagai penghalang tikus.
Kemampuan berenang dan menyelam, tikus mampu berenang dengan kecepatan 1,4 km/jam selama selama 72 jam terus-menerus, terutama dalam keadaan yang terpaksa misalnya pada daerah yang tergenang banjir, sampai didapatkan daerah yang agak tinggi.Kemampuan menyelam seekor tikus maksimal selama 30 detik.

Ekologi Tikus
Populasi tikus diartikan sebagai kumpulan tikus dari jenis yang sama di suatu tempat pada suatu waktu tertentu.Pertumbuhan populasi tikus di alam dipengaruhi oleh dua faktor :
1. Faktor abiotik (faktor fisik)
Faktor abiotik yang berperan terutama cuaca atau iklim, sarang, dan sumber air.Pengaruh faktor abiotik ini tidak akan dibahas lebih jauh karena ada kesamaan pengaruhnya terhadap hewan lainnya, seperti serangga.

2. Faktor biotik (faktor biologi)
Faktor biotik yang berperan adalah makanan (baik dalam jumlah maupun kandungan gizinya), musuh alami yang terdiri dari predator atau pemangsa (ular, burung, dan kucing atau anjing), patogen atau penyebab penyakit (virus, bakteri, cendawan, protozoa, nematoda dan lain-lain), pesaing atau kompetitor yang dapatberupa tikus dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda. Persaingan terutamaterjadi dalam mendapatkan makanan dan minuman,sarang, dan pasangan.
Populasitikus di alam selalu mengalami fluktuasi, hal ini terutama dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan.
Kelahiran, dipengaruhi oleh:
-Kemampuan seekor tikus dalam melahirkan anaknya,
-Masa perkembang biakan (dipengaruhi oleh makanan dan cuaca),
-Perbandingan antara betina yang sedang bunting dengan semua betina dewasa yang ada di suatu areal,
-Umur betina saat melakukan perkawinan,
-Struktur populasi berdasarkan umur, yaitu bayi tikus (cindil), anak tikus dan tikus dewasa.
Kematian, dipengaruhi oleh:
-Ketersediaan makanan,
-Musuh alami,
-Lama hidup (umur maksimum yang biasa dicapai oleh tikus).
Perpindahan/Pergerakan, yaitu perpindahan tikus keluar dari suatu tempat atau masuk ke suatu tempat.Pada keadaan normal seekor tikus dalam sehari dapat bergerak sejauh 100 meter. Akan tetapi, dalam keadaan yang memaksa, misalnya tidak ada makanan di lapang, seekor tikus dapat bergerak sampai sejauh 500 meter per hari.
Peramalan Tikus
1. Monitoring (pemantauan)
Pemantauan populasi merupakan langkah awal dari pengendalian tikus yang bertujuan untuk menentukan apakah sudah perlu dilakukan tindakan pengendalian atau belum.Ada tiga cara pemantauan yang dapat dilakukan terhadap tikus:
Pemantauan populasi tikus tanpa pemerangkapan, dapat dilakukan dengan:
-Melihat sarang aktif, yaitu sarang dimana masih ada tikus didalamnya,
-Melihat jejak telapak kaki dan ekor, dapat dilihat pada permukaan tanah atau dengan menggunakan ubin jejak,
-Melihat jalan tikus yang sering dilaluinya,
-Mendengar suara-suara tikus, dan
-Melihat kotoran tikus (berupa kotoran padat dan kotoran cair).
Pemantauan populasi tikus dengan pemerangkapan, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
-Menghitung populasi tikus secara mutlak, artinya semua tikus ditangkap dan dihitung, namun cara ini susah untuk dilaksanakan,
-Menghitung populasi secara nisbi/relatif, tidak menghitung semua tikus tetapi dengan perhitungan-perhitungan tertentu sehingga dapat diduga populasi tikus yang ada di suatu tempat tertentu.
Pemantauan gejala kerusakan pada tanaman, yaitu mengadakan penghitungan pada tanaman yang terserang, sehingga dari sini dapat ditentukan apakah serangan tikus sudah mencapai ambang ekonomi atau belum.
2. Pengendalian Tikus
Pada pengendalian terpadu ini ada tiga prinsip yang dapat diterapkan yaitu:
Menurunkan populasi tikus sampai pada tingkat yang tidak merugikan secara ekonomis,
Melindungi tanaman atau bahan simpanan dari serangan tikus,
Mengurangi ketersediaan makanan bagi tikus.
Untuk keberhasilan pengendalian terpadu ini diperlukan beberapa syarat, yaitu :
Melakukan secara serentak pada areal yang luas (minimal 5 ha),
Dilakukan secara berkesinambungan sampai populasi tikus berada dibawah ambang ekonomi,
Diterapkan sistem pengamatan dini yaitu ‘cepat melihat cepat melapor’,
Tepat metode, yaitu sederhana, praktis, dan sesuai dengan kondisi setempat,
Tepat sarana, pada tiap kelompok tani minimal ada 50 alat emposan, 50 kg belerang dan 100 kg rodentisida siap pakai, dan
Dilakukan dengan pengorganisasian yang rapi.
Metode-metode yang dapat diterapkan dalam pengendalian terpadu adalah kultur teknis, sanitasi, fisik-mekanis, biologis, dan kimiawi.
PENGENDALIAN DENGAN RODENTISIDA
Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mmatikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.Tikus juga merupakan organisme penggangu yang bnayak merugikan manusia. Di bidang pertanian , tikus sering menyerang tanaman pangan ,hortikltura, dan tanaman perkebunan dalam waktu yang singkat dengan tingkat kerugian yang besar. Berbagai stadia umur tanaman diserangnya, mulai dari pembibitan, masa pertumbuhan sampai hasil panen yang tersimpan di guadang. Dipeternakan , tikus sering mengambil pakan ternak. Dan , bahkan tikus dapat menjadi sarana bagi beberapa pathogen yang dapat menimbulkan penyakit bagi manusia dan hewan piaraan.
Rodentisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan tikus. Rodentisida yang digunakan adalah rodentisida antikoagulan yang mempunyai sifat sebagai berikut :

• Tidak berbau dan tidak berasa.
• Slow acting, artinya membunuh tikus secara perlahan-lahan, tikus baru mati setelah memakan beberapa kali.
• Tidak menyebabkan tikus jera umpan.
• Mematikan tikus dengan merusak mekanisme pembekuan darah.

Jenis bahan aktif rodentisida adalah boadfakum, kumatetralil atau bromadiolone, Sedangkan untuk area khusus yang sangat sensitif dan memerlukan perlakuan khusus akan digunakan pengumpanan dengan lem tikus yang khusus.Pelaksanaan pengendalian hama tikus akan dilengkapi dengan laporan lapangan setiap melaksanakan pekerjaan pada tahapan yang dimaksud dan diketahui serta ditanda tangani oleh pejabat/petugas yang ditunjuk oleh perusahaan setempat.Masalahnya tikus sangat terampil menghindar terhadap setiap tindakan pengendalian. Oleh karena itu rodentisida yang efektif biasanya dalam bentuk Pada prinsipnya pengendalian ini menggunakan bahan-bahan kimia untuk membunuh atau mengganggu aktivitas tikus.Pengendalian secara kimia dapat dibagi menjadi empat bagian, ayitu fumigasi (asap beracaun), repellent (bahan kimia pengusir tikus) dan attractant (bahan kimia pengikat tikus), dan chemo-sterilant (bahan kimia yang dapat memandulkan tikus).
Fumigasi (asap beracun)
Fumigasi dapat digunakan pada saat tanaman padi memasuki stadia generatif, karena pada saat itu umpan beracun yang diberikan tidak akan dimakan oleh tikus.Tikus lebih tertarik pada tanaman padi terutama pada bagian malai.Asap beracun dikeluarkan atau diemposkan dengan bantuan alat alat pengempos yang terbuat dari logam tahan panas.Bahan-bahan yang digunakan dalam fumigasi adalah merang ditamabh belerang, kemudian dibakar.Jika tidak ada belerang, merang sendiri dapat digunakan, karena pada pembakaran merang akan dihasilkan gas karbondioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) yang juga dapat meracuni tikus.Penambahan belerang akan terbentuk gas belerang dioksida (SO2) sebagai tambahan yang dapat membunuh tikus lebih cepat.Kelebihan fumigasi dibandingkan umpan beracun adalah dapat membunuh anak-anak tikus dan kutu yang menempel di kulit tikus, yang tidak mati bila tikus dikendalikan dengan umpan beracun.
Umpan beracun biasanya dibuat dari kombinasi antara racun, bahan pemikat, bahan pewarna, bahan pengikat, dan bahan pengawet.Secara umum racun dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan cara kerjanya pada tikus, yaitu racun akut (racun yang cara kerjanya mempengaruhi sistem syaraf tikus) dan racun kronis/racun antikoagulan (racun yang cara kerjanya mempengaruhi atau menghambat proses koagulasi/pembekuan darah).Umpan yang biasa digunakan adalah biji-bijian serealia terutama beras dan jagung karena makanan ini yang paling disukai oleh tikus.
Bahan pemikat (attractant) merupakan bahan yang ditambahkan pada umpan tikus dengan tujuan untuk menarik tikus agar mau makan umpan tersebut. Bahan penarik ini biasaya berupa gula atau vetsin (bumbu masak) atau bahan-bahan lain yang merupakan hasil penelitian perusahaan pestisida dan biasanya tidak diberitahukan kepada masyarakat umum.
Bahan pewarna (colouringu) yang biasa digunakan adalah pewarna makanan, dan pewarna kain yang mudah larut.Walaupun tikus termasuk hewan yang buta warna, tetapi tikus cenderung tertarik pada warna-warna tertentu, seperti hijau, kuning dan hitam.
Bahan pengikat (binder) merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat atau melekatkan racun dengan umpan dan bahan-bahan lainnya. Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah minyak nabati (tumbuh-tumbuhan) yang berasal dari kelapa, jagung atau kacang tanah.
Bahan pengawet (preservative) merupakan bahan digunakan untuk meningkatkan daya tahan rodentisida baik di tempat penyimpanan maupun selama diaplikasikan di lapang terhadap gangguan dari luar, baik gangguan dari makhluk hidup (serangga, cendawan, dan lain-lain) atau gangguan cuaca (hujan, suhu,dan lain-lain).Bahan pengawet/pelindung dari serangan serangga adalah insektisida, dari serangan cendawan adalah fungisida.Yang perlu diperhatikan adalah pemberian pestisida ini dapat mengurangi keinginan tikus utuk memakannya, maka pemberian pestisida ini harus melalui serangkaian percobaan. Bahan pengawet terhadap gangguan cuaca adalah lilin atau parafin, dengan perbandingan lilin 30-40% dan umpan beracun 60-70%.
Repellent (bahan pengusir) dan attractant (bahan pemikat)
Bahan kimia pengusir ini mula-mula dibuat untuk mengamankan hasil pertanian yang disimpan di gudang dari serangan tikus dan burung. Dari hasil pengujian terhadap beberapa bahan kimia, ada beberapa jenis yang dapat berfungsi sebagai bahan pengusir yaitu naftalen, kapur, bubuk belerang, dan ekstrak buah cabai.Dalam pelaksanaannya, untuk mengusir tikus-tikus di lapang masih ditemui beberapa kesukaran.Sedangkan bahan kimia penarik dapat dicampurkan ke dalam umpan beracun untuk menarik tikus atau dapat digunakan sebagai umpan yang diletakkan di dalam perangkap tikus.
Chemo-sterilant (bahan pemandul)
Cara kerja bahan ini di dalam tubuh tikus bersifat khusus seperti halnya bahan-bahan kontrasepsi pada manusia, yaitu :
@Menghambat pembentukan sel telur,
@Menghambat terjadinya pembuahan (pertemuan sel sperma dengan sel telur),
@Mencegah terjadinya penempelan embrio pada dinding rahim,
@Menyebabkan keguguran,
@Menghambat pembentukan air susu pada induk tikus, dan
@Menjadikan keturunannya tikus mandul.
Dalam prakteknya di lapang, bahan kimia pemandul ini sukar diterapkan karena dalam pembuatannya membutuhkan biaya yang tinggi dan hasil yang dicapai masih belum memuaskan.



Posted By Ayub Gazali05:15