-Tulisan Ini pernah diterbitkan di Tabloid Nasional " Inspirasi" Edisi 25 Agustus 2014 , Vol.5 No.99-
” “Agriculture is about alive or dead…”
“I
ask you : while Indonesian people in the near future will suffer from
misfortune, disaster, if the problem of people’s food will not be solved
immediately, whereas the problem of people’s Availability stocks is about alive
or dead, how do with your groups? Why did only 120 and 7 students register at
the faculty of agriculture and faculty of veterinary medicine, respectively?
No, my young people, study in agriculture and veterinary sciences is not less
important than other studies, is not less satisfied for the high
aspiration-souls than other studies. Bear in mind, once more bear in mind, if
we do not “bear in mind” the problem of people food as highty as is possible, radically
and revolutionarily, we will suffer from great disaster.”
(Pidato
Presiden RI Soekarno pada peresmian Kampus IPB, 1952)
Sumber
daya alam (SDA) yang terdiri dari
kondisi geografis serta keanekaragaman hayati yang sangat berlimpah menunjukkan
betapa potensialnya negeri kita untuk sektor pertanian namun justru kondisi
pertanian negeri ini tak kunjung membaik dan menunjukkan geliatnya . Ironi
disebuah negeri agraris yang kaya ketika pertanian yang sejak dahulu kala
menjadikan negeri kita sebagai salah satu pusat perdagangan dunia seakan-akan
menggali lubang kuburnya sendiri . Impor yang kian tahun terus-menerus naik dan
bertambah dengan alasan tidak mencukupi kebutuhan nasional terus dilakukan kian
menjadi indikator carut-marutnya pertanian di Indonesia . Sebenarnya banyak
alternatif yang bisa menyelesaikan berbagai masalah tersebut , salah satu
diantaranya adalah pemanfaatan potensi pertanian di berbagai wilayah secara
optimal . Banyak wilayah yang mempunyai potensi luar biasa di Indonesia namun
cenderung kurang di perhatikan dan dimanfaatkan misalnya wilayah Indonesia
bagian Timur .
Potensi
sumber daya alam (SDA) Di berbagai wilayah Indonesia Timur sesungguhnya masih
banyak namun belum terlalu dikembangkan padahal sejatinya potensi tersebut
merupakan potensi yang sangat besar. Indonesia Timur menyimpan berbagai Keanekaragaman
hayati yang didukung dengan kondisi geografis berupa Iklim Tropis dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun ,
dataran tinggi dan dataran rendah , Intensitas Cahaya Matahari , keaneka ragaman jenis tanah yang
memungkinkan dibudidayakannya berbagai jenis tanaman serta ternak dari daerah
tropis, serta komoditas tanaman yang diintroduksi dari daerah sub tropis. Kawasan
Timur Indonesia yaitu Sulawesi ,Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara dan Papua
sejatinya mempunyai prospek yang tidak kalah bagus dalam pertanian dibanding
daerah lainnya oleh karena itu pengembangan pertanian juga perlu dilakukan di kawasan
timur Indonesia .
Pulau
Sulawesi adalah pulau yang sangat potensial dalam berbagai pengembangan
komoditas pertanian , variasi geografis serta iklim sangat mendukung hal
tersebut. Ada beberapa komoditas yang sangat potensial di Sulawesi mulai dari tanaman
pangan (padi,jagung,dsbg) , perkebunan(kopi ,cengkeh,kakao ,kelapa sawit, dsbg)
, hortikultura (sayur-sayuran) dan buah-buahan . Hampir semua komoditas
pertanian nasional bisa ditemukan di Pulau Sulawesi namun perlu pengawalann
lebih lanjut terhadap komoditas tersebut karena beberapa program yang pernah
dijalankan pemerintah misalnya Gernas Kakao , tidak terlalu berefek signifikan
akibat kurangnya pengawalan terhadap program ini . Tanaman seperti kopi yang
berkualitas internasional seharusnya perlu mendapatkan perhatian yang lebih
dari pemerintah seperti Kopi Toraja misalnya . Selain itu komoditas pertanian
yang lain yang cenderung bersifat lokal dan spesifik kerap dikesampingkan
padahal komoditas pertanian tersebut bisa memperkaya variasi komoditas pertanian
kita.
Kepulauan
Maluku komoditas pertanian utamanya adalah Cengkeh , Pala , Kelapa Sawit ,
Kakao dan kelapa sedangkan komoditas pendukung/alternatif adalah Kayu Putih ,
Kayu manis ,Sagu , Rambutan , Pisang , Duku , dan manggis Manggis. Wilayah Kep.Maluku
, dalam sejarah ramai dikunjungi oleh pedagang dari berbagi belahan dunia
utamanya Portugis dan Spanyol yang datang membeli rempah-rempah dimana oleh
mereka Kep.Maluku diberi gelar “Pulau Rempah-rempah”. Rempah-rempah di
Kep.Maluku seperti cengkeh dan pala bernilai sangat tinggi , sehingga potensi
pertanian seperti Cengkeh dan buah pala bisa dikembangkan lebih lanjut disana
dan bisa dijadikan sebagai sentra bagi komoditas rempah-rempah di Indonesia
dengan menggunakan stretegi pewilayahan komoditas serta didukung oleh
pengetahuan dan pengalaman masyarakat Kep.Maluku yang telah berinteraksi dengan
tanaman tersebut selama hampir ribuan tahun dalam membudidayakannya dan pemerintah maka segalanya menjadi mungkin dan
Kep.Maluku bisa jadi sentra rempah-rempah Indonesia bahkan Dunia. Wilayah
kepulauan Maluku sangat mendukung komoditas pertanian yang menghendaki iklim
yang basah .
Papua daerahnya
hampir sekitar 80% hutan tersimpan beraneka ragam potensi pertanian dan
kehutanan yang sangat kaya berasal dari
keanekaragaman hayati , namun pemanfaatan keanekaragman hayati berupa tumbuhan
, kurang terlalu dikembangkan dan dilakukan eksplorasi serta penelitian lebih
lanjut. Dataran Papua yang berupa Dataran Tinggi dan Dataran rendah sangat
mendukung berbagai macam varisi Komoditas Pertanian selain itu Potensi
perkayuan , hasil hutan , dan perkebunan sangat besar di papua mengingat luas
hutan disana yang cukup besar beserta bentang alam serta kondisi geografis yang
tropis yang sangat mendukung . Hasil pertanian utama papua adalah tanaman
perkebunan yaitu sawit ,kakao ,kopi , ,dan buah merah sedangkan hasil hutannya
berupa kayu , dan sagu, selain itu
tanaman hortikultura berupa sayur-mayur dataran tinggi (Kubis, Wortel, Kentang
, dan Bawang Putih selain itu ada komoditas pendukung yaitu Padi Sawah dan Padi Gogo , kedelai
,Umbi-umbian( singkong ,Talas ,Dan ubi jalar) Serta aneka buah-buahan seperti
Durian , dan duku mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Papua . Luas
wilayah dan bentang alam yang bergunung dan curam menyababkan papua sangat
sulit untuk dijelajahi ,sehingga masih banyak daerah yang belum dieksplorasi
dan besar kemungkinan penemuan spesies
tanaman baru yang berguna di bidang pangan , farmasi , serta bidang kehutanan .
Wilayah Papua mendukung komoditas Pertanian yang menghendaki Iklim Basah maupun
Kering .
Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur lebih dikenal sebagai daerah peternakan
(Ruminansia)dan kadang kurang dihitung
sebagai wilayah dengan komoditas Pertanian dan Kehutanan namun sebenarnya
disana juga tersimpan potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan diantaranya
Kayu Cendana dan Kacang-kacangan (Kedelai dan Kacang Hijau) , apalagi kayu
Cendana yang bernilai sangat tinggi selain itu tanaman industri seperti
tembakau juga mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan di Nusa Tenggara.
Tanaman Alternatif yang bisa dikembangkan di Nusa Tenggara adalah Sayuran
Dataran Tinggi (NTB) , Bawang Merah dan Bawang Putih serta Buah-buahan seperti
Pisang dan Mangga . Wilayah Nusa tenggara sangat mendukung komoditas yang
menghendaki iklim yang kering .
Pengembangan
Indonesia Timur sebagai daerah komoditas pertanian diharapkan bisa menjadi
alternative solusi bagi kebijakan pertanian nasional . Selama ini pemerintah
sering menerapkan kebijakan Impor untuk mencukupi kebutuhan nasional padahal di
daerah Indonesia sebenarnya banyak potensi pengembangan komoditas yang bisa
mencukupi kebutuhan nasional bahkan bisa
menjadi surplus nasional . Kasus kelangkaan kedelai beberapa tahun yang lalu
bisa menjadi contoh yang menarik ketika di wilayah Indonesia bagian barat harga
kedelai melonjak sangat jauh , di beberapa bagian wilayah Indonesia timur harga
kedelai justru sangat stabil hal ini
membuktikan bahwa produksi pertanian kedelai di Indonesia Timur justru lebih
stabil dan potensial ,untuk itu perlulah pemerintah mulai mengalihkan perhatian
pada prospek pengembangan komoditas di Indonesia bagian timur. Dibandingkan
wilayah lain lahan pertanian di Indonesia Timur lebih berpotensi untuk dibuka
dan dikembangkan karena laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk belum terlalu
signifikan dibandingkan Indonesia bagian Barat sehingga area terbuka untuk
lahan pertanian masih banyak serta alih fungsi lahan belum terlalu besar .
Peranan
Pelaku pertanian (SDM Pertanian) sebagai subjek pertanian bisa dimaksimalkan melalui penentuan kebijakan
yang bersifat gabungan antara Bottom-up dan Top-down yang sangat bagus untuk
diterapkan di Indonesia Timur , kebijakan bottom-up (Bawah-Keatas) merupakan
kebijakan dimana seluruh keputusan diambil secara bersama oleh subjek pertanian
(Petani) dalam hal ini petani di Indonesia Timur merupakan petani yang masih
bersifat egaliter dalam artian mempunyai nilai sosial-budaya yang sangat tinggi
bahkan praktek kebijakan yang bersifat bottom-up telah berlangsung sejak lama ,
dengan kebijakan bottom-up pengetahuan petani utamanya pengetahuan yang
bersifat lokal bisa dimanfaatkan dan dioptimalkan sehingga akumulasi nilai
sosial-budaya dan pengetahuan petani akan menjadi senjata untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Petani sebagai pelaku utama pertanian tentunya mewarisi
pengetahuan dan nilai-nilai praktek pertanian yang telah berlangsung
berabad-abad lamanya , pengetahuan dan nilai sosial-budaya seperti ini sangat
jarang mendapatkan perhatian dari pemerintah . Kebijakan bersifat Top-down
merupakan kebijakan dimana pemerintah mengambil keputusan untuk pelaksanaan
pertanian , di Indonesia Timur kebijakan yang bersifat Top-down bisa diarahkan
untuk membangun struktur dan infrastruktur pertanian serta peraturan
perundang-undangan yang betul-betul melindungi petani . Berbagai masalah
pertanian yang paling akrab adalah konflik lahan dengan korporasi , pemerintah
dengan tegas harus membuat kebijakan yang melindungi petani dari berbgaia macam
ancaman. Dengan kombinasi keduanya diharapkan pembangunan pertanian di
Indonesia Timur dapat dioptimalkan dengan baik sehingga sektor pertanian bisa
kembali menggeliat dan petani menjadi sejahtera . Kesajahteraan petani adalah kesejahteraan
bangsa dan Negara karena pertanian adalah tentang hidup matinya suatu bangsa ,
ketika pertanian Indonesia mati maka mati pulalah bangsa kita.
0 comments:
Post a Comment