Saturday, 30 August 2014

MENGGUGAT PENGKADERAN : GAGALNYA LEMBAGA KEMAHASISWAAN DALAM MENJAWAB SPIRIT ZAMAN

Tulisan Ini Pernah Dimuat di Koran Kampus IDENTITAS Edisi Akhir September 2014

If I can not dance on it, that’s not my revolution” 
(Emma Goldman) 

Dalam mitologi yunani Kronus (Chronos) Sang Dewa Waktu akan memakan habis mereka yang menolak perubahan , perubahan adalah hukum besi sejarah maka mereka yang menolak untuk berubah akan ditelan oleh sejarah bahkan Filosof besar Jerman , G.W.F. Hegel melihat kebenaran adalah sebuah aliran(perubahan) dimana sejarah bergerak menurut hukum dialektika (Roh Absolut Hegelian). Dalam skala Lembaga Kemahasiswaan pengkaderan merupakan tafsir perubahan , pengkaderan haruslah berupa jawaban bagi aliran perubahan zaman sehingga setiap insan dalam lembaga kemahasiswaan dapat menerjemahkan setiap perubahan pada gerakan ruang dan waktu dalam masyarakat dan menghasilkan para “Anak Zaman”. Kini Lembaga kemahasiswaan sepertinya tak mampu lagi menjawab spirit zaman (Zetgeist) dan terjebak dalam nihilisme dan sekiranya seperti itu pengkaderan haruslah kita gugat .
                Di era ini pengkaderan semakin terfragmentasi dan perlahan menghilang nilai kesakralannya , pengkaderan sekedar simbolitas-ritual rutin yang mirip menjadi ajang gagah-gagahan dan audisi pencarian bakat , pengkaderan semakin serba tertutup dan terjebak dalam romantisme masa lalu sehingga pengkaderan kian menemui kelokan dalam setiap peristiwa dan waktu yang dilaluinya . Pengkaderan cenderung bergerak dalam aliran yang melambat sehingga cenderung tertinggal oleh aliran perubahan maka Tatanan dalam lembaga kemahasiswaanpun terguncang dan mengalami ancaman keruntuhan (Collapse) , beberapa medan kekuatan  menyebabkan lembaga kemahasiswaan dan pengkaderannya sedang tidak-stabil dan melambat yaitu , Pertama goncangan politik , dimana terbuka lebarnya kran demokrasi menyebabkan elit-politik sangat mudah untuk bersimbiosis dengan agen lembaga kemahasiswaan ditambah sistem semi-otoriter (senior-junior) yang berlaku dalam lembaga kemahasiswaan menjadikannya sangat rentan untuk dipengaruhi oleh kekuatan politik . Rantai panjang antara senior dan junior menjadi barang dagangan bagi elit politik , kekuatan mahasiswa menjadi harga yang menggiurkan untuk dimanfaatkan dan ditarik dalam pertarungan kepentingan , lembaga kemahasiswaan yang dulunya mengutamakan politik nilai kini ditarik kedalam politik pragmatis dan praktis yang sarat kepentingan pribadi . Kedua , Goncangan Ideologi , dimana tumbuh suburnya lahan pemikiran pasca-reformasi ditambah akses pengetahuan yang semakin luas di era digital membuat variasi pengetahuan dan ideologi dalam lembaga kemahasiswaan menjadi sangat luas , Lembaga kemahasiswaan sebagai ruang publik menjadi ajang pertarungan ideologi bagi para anggotanya yang bertarung memperebutkan kekuatan dan pengaruh sehingga nilai dan ciri khas lembaga dikesampingkan dan menjadi nilai pinggiran sedangkan nilai ideologi diutamakan  sehingga secara perlahan lembaga kemahasiswaan menjadi tercemar dan kehilangan arah akibat nilai yang saling bertabrakan. Ketiga , Goncangan Romantisme sejarah , dimana lembaga kemahasiswaan terjebak pada aliran masa lalu dimana mahasiswa menemukan kejayaannya dalam berbagai peristiwa , nilai-nilai dan peristiwa masa lalu dijadikan tolak ukur bagi setiap arah persepsi dan tindakan sehingga , hal tersebut justru menjadi boomerang bagi lembaga yang seharusnya memberikan jawaban bagi perubahan , metode-metode lama yang digunakan tidak mampu menjawab tantangan zaman sehingga benturan antara masa lalu yang mengendap dan perubahan zaman yang terpampang didepan mata menjadi sangat dilematis dan tak terhindarkan . Keempat Goncangan Kapitalisme-Instrumental dimana Perkembangan kapitalisme dan teknologi membuat lembaga kemahsiswaan terjebak dalam logika komoditas dan arus teknologis , kampus seperti mall dan menjadi ajang pamer serta ajang peragaan gaya hidup , mahasiswa terpaku pada arus modal dan teknologi dalam arus perputaran yang sangat cepat , digitalisasi aspek kehidupan , perputaran informasi , dan perkembangan teknologi yang terus menari dengan kecepatan membuat pemaknaan terhadap realitas menjadi sangat dangkal . Realitas yang seharusnya menjadi tempat belajar kini menjadi taman bermain dan bersenang-senang bagi mahasiswa , yah realitas bukan lagi untuk dirubah tapi untuk dinikmati bagi para agen kelembagaan. Kelima Goncangan akademik dan kesempatan berlembaga , dimana kultur akademik dan birokrasi yang berparadigma parsial-kuantitatif mengantarkan lembaga dalam kondisi yang terjepit dan dalam pilihan yang dilematis antara akademik atau lembaga , sehingga polarisasi keduanya tak terhindarkan lagi dan berubah menjadi kutub yang sulit berdampingan dan beriringan. Tertutupnya sistem pengkaderan  menyebabkan kesempatan berlembaga juga ikut berkurang sehingga potensi-potensi yang ada cenderung tersembunyikan dan terpinggirkan. Goncangan-goncangan tersebut menghambat lembaga kemahasiswaan dan pengkaderannya untuk menjadi mesin intelektual-ideal sehingga lambat merespon realitas perubahan yang terjadi.
Kita harus menggugat pengkaderan dan  merekonstruksinya kembali sehingga dengan ini pengkaderan akan menjadi titik utama dalam pencapaian  kebenaran dan mengajukan interupsi terhadap realitas . Pengkaderan harusnya menghasilkan hasrat kebenaran yaitu Logika, Pemberontakan , Universalitas dan Resiko sehingga  empat aspek  yang harus ada dalam pengkaderan yaitu Aspek Logika dimana Pengkaderan selalu mengandung rasionalitas atau pemikiran yang terus berubah dan berkembang sesuai jamannya , Aspek Pemberontakan dimana pengkaderan selalu merupakan bentuk perlawanan dan konfrontasi terhadap dunia dan zaman yang  dihadapinya , Aspek Universalitas dimana pengkaderan selalu mengandung pemikiran yang universal dan holistik serta saling terkait selain itu pengkaderan selalu menganggap semua manusia universal dan sederajat , Aspek Resiko yaitu pengkaderan harus melepaskan diri dari zona nyaman yang anti perubahan dengan mengambil resiko dari perubahan dan mengambil keputusan yang mendukung sudut pandang baru. Selain itu pengkaderan harus menghasilkan empat bentuk kebenaran yaitu Revolusi , Hasrat , Penemuan , dan Kreasi dengan domain utamanya berupa Ilmu pengetahuan , Seni , Cinta dan Politik dengan kesemuannya itu maka pengkaderan bisa menunjukkan kekuatan utamanya dalam diri Lembaga mahasiswa sehingga insan-insan lembaga kemahasiswaan bergerak melawan tantangan zaman .


Pengkaderan adalah jiwa dari lembaga kemahasiswaan karena itu, pengkederan haruslah terus berproses dan bergerak mengikuti dan melampaui aliran waktu . Tergerusnya pengkaderan menyebabkan urgensi kelembagaan juga terpinggirkan sehingga lembaga hanya mempunyai 2 pilihan yaitu  Lembaga harus merekonstruksi sistem pengkaderan yang ada  atau tergerus oleh arus waktu dan runtuh (Collapse). Pendekatan yang dapat dipakai dalam mengembalikan urgensi kelembagaan yaitu dengan membawa  , Pertama Emansipasi Pengetahuan dimana nilai dari suatu pengkaderan haruslah merupakan pengetahuan yang bersifat emansipatoris atau membebaskan setiap insan dari belenggu ketertindasan yaitu berciri rasionalitas (kreatif) dan kebebasan (aktif)  , sehingga insan yang terbentuk adalah agen intelektual yang aktif dan kreatif. Kedua Interdisplin ilmu yang Holistik , dimana paradigma pengkaderan haruslah merupakan interdisiplin ilmu dan interkonektivitas aspek sehingga realitas yang dipahami merupakan realitas yang holistik dan menyeluruh seperti paradigma sains baru (Paradigma Holistik - Fritjof Capra dan Mullah Shadra) . Ketiga Intervensi Moralitas , dimana pengkaderan haruslah menanamkan nilai-nilai dan mengintervensi moralitas , dengan mengupayakan terciptanya jagad egaliter sehingga tercipta ruang publik yang tak memihak dan  berciri kemasyarakatan . Keempat Idealisme politika dimana pengkaderan mengandung adalah pembelajaran politik yang ideal sehingga tercipta iklim kelembagaan yang nyaman . Kelima Independensia orientasi dimana output pengkaderan adalah independen dan tidak terjebak dengan berbagai hal apapun diluar dirinya sehingga terlepas dari berbagai pertarungan , output pengkaderan harus melepaskan semua terompah-terompah nya yang tidak berhubungan dengan orientasi lembaga sehingga menjaga lembaga tetap dalam koridor keunikannya. Keenam Akademika-variatif dimana pengkaderan haruslah bersifat akademik dan mendukung berbagai variasi dalam anggotanya terutama dalam minat dan bakat , lembaga harus mendorong setiap minat dan bakat anggotanya bukannya membatasi dalam setiap gerak individual.
Hal utama yang harus segera dilakukan oleh lembaga kemahasiswaan sekarang ini adalah membawa ranah pengkaderan kearah yang lebih dekat dengan realitas , pengkaderan harus berubah sehingga lembaga kemahasiswaan dapat melakukan interupsi dan mengajukan perlambatan bagi realitas , bukan justru lembaga yang terjebak dan  melambat . Pengkaderan sekarang ini membuat distingsi (jarak) dengan realitas disekitarnya sehingga perubahan menjadi sesuatu yang tidak memungkinkan dan amat sangat sulit . Pengkaderan harus membawa insan mahasiswa menjadi sangat dekat dengan realitas bahkan menjadi realitas itu sendiri (becoming the reality) sehingga realitas dapat terwakili olehnya dengan modal kritis-akademis yang dimiliki serta pendekatan dan aspek pengkaderan yang telah dipaparkan maka pengkaderan sebagai roh lembaga kemahasiswaan bisa menjadi spirit zaman dan menghasilkan para “Anak Zaman”.  Metode mendekatkan diri dengan realitas disekitarnya sekiranya bisa menjadi solusi terbaik bagi kehidupan mahasiswa sekarang ini , dengan ikut serta menjadi realitas maka mahasiswa bekerja bersama  dengan realitas disekitarnya dan menjadi penerjemah segala gagasan yang bersifat akademik maupun ideal bersama dengan pengetahuan lokal-simbolik masyarakat sehingga kombinasi antara kultur akademik dan kultur simbolik menjadi Senjata terdepan dalam meyongsong tantangan zaman. Yah !! Mahasiswa harus turun ke dalam realitas dan turut serta untuk mengubah dan mengintervensi realitas apapun bentuknya jika tidak maka kita akan ditelan oleh Zaman dan runtuh . Bergeraklah mahasiswa !!! berdansa lah bersama realitas dan ubahlah dia (revolusi).

1 comments:

  1. dan MELAWAN BIROKRASI adalah salah satu dinamika dari berlembaga..

    ReplyDelete