Sunday, 2 February 2014

MEMBACA KETERASINGAN MANUSIA

Filled under:

Hakekat Kehidupan memang selalu bergerak dan berubah , dan perubahan adalah sesuatu yang pasti di Alam semesta . Begitupun Manusia , Manusia terus bergerak baik itu gerakan berupa perubahan fisik maupun mental  dan dalam prosesnya manusia akan mengalami absurditas(Ketidakpastian). Dunia memang sebuah absurditas(ketidakpastian) yang tak tentu kemana arahnya . dan dalam prosesnya tersebut terkadang. Ketidakpastian ini membawa manusia pada zona nyaman dan juga  tidak nyaman dan hal tersebut selalu berputar bagaikan roda . Dalam kondisi manusia inilah saya menyebutnya sebagai Keterasingan .Semua manusia pasti akan  mengalami  keterasingan , keterasingan adalah suatu kondisi ketika manusia mengalami titik yang paling  rendah dalam hidupnya baik  itu mengalami kejenuhan , keputusasaan , kecemasan , galau  dan berbagai bentuknya yang lain.Ketidakpastian, akan selalu dialami oleh manusia  sebagaimana yang disebutkan oleh Albert Camus (The Stranger) bahwa manusia senantiasa mencari kepastian dalam hidupnya namun mereka terjebak dalam dunia yang tidak pasti sedangkan Martin Heidegger (Being And Time) menyebutkan  bahwa manusia akan selalu mengalami kecemasan (Angst) dalam menjalani proses kehidupan. Ketidakpastian kehidupan akan membawa manusia kepada keterasingan , dan keterasingan sebagai bagian  antitesis manusia dalam menjalani proses kehidupannya.


            Keterasingan  merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan ada yang mengatakan bahwa saat –saat keterasingan adalah Prime Time manusia atau waktu yang paling berharga bagi manusia . Ketika manusia mengalami keterasingan manusia akan mencoba merenung , dan mencari sebuah pemecahan atas masalah yang dia hadapi , manusia akan mencoba melihat sisi terdalam dalam dirinya dan merefleksi semua yang terjadi . Keterasingan ini adalah hal yang sangat krusial pada manusia dan menyebabkan 2 kemungkinan , di satu sisi keterasingan akan membawa manusia untuk menyerah pada realitas dan disisi lain akan membawa manusia untuk memberontak terhadap realitas . Namun dalam keterasingannya manusia cenderung menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi dan mencoba kembali untuk mengikuti arus realitas disekitarnya dan tidak melakukan perubahan, bukannya mencoba melakukan pembacaan ulang atas apa yang terjadi dalam kehidupannya dan mengambil sebuah kesimpulan dan tindakan ,Mereka saya sebut sebagai Para Manusia Status-Quo. Manusia yang selalu  mengikuti arus realitas disekitarnya dapat disebut sebagai Manusia yang Pro-status-quo , yaitu Manusia yang terus-menerus mengikuti realitas kehidupannya sehingga yang terjadi adalah pemaknaan terhadap dirinya akan kosong dan hampa dan seakan-akan nilai  kemanusiaan dalam dirinya hampir tidak terlihat, mereka tidak peduli dengan apa yang ada , dan cenderung hanya ingin mengamankan hasrat-libido nya. Manusia-Manusia pro-status-quo akan selalu menjaga dan mendukung sistem dan doktrin dimana dia hidup agar kelangsungan hidupnya terjaga , sehingga akan menghasilkan manusia yang serba sinis dan bermental penjilat serta bermoralitas tuan-budak . Keterasingan seharusnya membuat manusia memberontak dan melawan realitas yang ada sehingga kehidupan manusia bisa dimaknai dan manusia dapat menyadari kemanusiannya . Status-Quo akan membawa pada kehampaan makna hidup , layaknya manusia tanpa jiwa yang hampir mirip dengan hewan yang selalu mengulang-ulang rutinitasnya (hidup-mencari makan-berkembang biak-mati) yang semata-mata pemenuhan insting/hasrat belaka Manusia pro-status quo adalah mereka yang terjebak pada realitas yang mereka ciptakan sendiri . Idiom-idiom status quo diciptakan melalui pemaksaan  , kekerasan , terror , ketakutan , dan bahkan secara halus melalui doktrin-doktrin .Louis Althusser menyebutkan bahwa yang menggunakan kekerasan diebut RSA (Represif state Aparatus) misalnya : Aparat Kepolisian dan tentara , sedangkan yang menggunakan doktrin-doktrin yang bersifat lebih halus disebut sebagai ISA(Ideological State Aparatus) misalnya pendidikan  ,dimana tujuannya sama yaitu melanggengkan suatu kuasa atau domain ideologis tertentu yang ujungnya akan menjadi Kondisi Status –Quo , begitupun manusianya.
            Para Manusia Hebat adalah manusia-manusia yang mengalami keterasingan , dan menyadari keterasingannya dan berani melawan realitas disekitarnya dan membuat pemaknaan baru . Kita Mengenal Muhammad atas perlawanannya terhadap kaum Quraisy dan dia mengalami keterasingannya di Gua Hira , Musa kita kenal karena perlawanannya terhadap Bangsa Mesir , dimana keterasingan dia alami saat dia Menjadi Pengembala , ada pula Soekarno yang melawan Imperialisme asing , dan mengalami keterasingannya di Flores (Ende) . Para Manusia hebat tersebut  melakukan evaluasi terhadap dirinya dan realitas yang ada disekitarnya , mereka melakukan perenungan dan pembacaan secara mendalam terhadap realitas yang pada akhirnya membawanya pada pemecahan masalah dan berujung pada perubahan. Merekalah manusia-manusia yang menyadari keterasingannya.
Keterasingan merupakan  jeda – jeda (Spasi) dalam sebuah realitas kehidupan ,keterasingan akan mengevaluasi perbuatan manusia , apakah realitas tersebut membawa sebuah makna bagi kehidupannya  ataukah sama sekali tidak membawa makna dan perubahan . Spasi atau jeda akan membedakan dan memberikan ruang antara yang satu dan yang lain dan memberikan warna tertentu , tentunya perbedaan dan perubahan adalah dua hal yang saling terkait sangat erat . Spasi atau jeda (keterasingan) akan membuat kita lebih leluasa memaknai hidup yang terjadi, selanjutnya  perbedaan – perbedaan akan terus berdialektika untuk menghasilkan suatu perubahan . Beda halnya dengan Dunia yang diciptakan manusia status quo (Dalam defenisi paling luas), dimana segala sesuatunya serba datar, berulang  dan seragam atau sama  , dimana perbedaan dan jeda hampir tidak ada  sehingga perubahan juga hampir tidak ada  roda kehidupan terus berputar seperti lingkaran setan, status quo seperti penjara kemanusiaan , manusia hanya fokus untuk melanjutkan kehidupannya bukannya memaknai hidupnya.Saya yakin bahwa aktor yang dimaksud Alain Badiou (Being & Event) yang akan melakukan perubahan atau peristiwa (Event) dalam kekosongan/status-quo adalah Para Manusia yang terasing – atau para manusia yang sedang mengalami kekosongan (perenungan – keterasingan) . Dalam kondisi realitas yang sedang mengalami kekosongan (Menurut term Badiou) , (Jika ada aktor yang bisa ) akan terjadi peristiwa atau event yaitu penciptaan sebuah kebenaran baru atau realitas baru. Begitupun konsep Ubermansch (Manusia Super) menurut Friedrich Nietzche adalah mereka yang berani melawan realitas membentuk sebuah pemaknaan baru.
Manusia bukanlah sesuatu yang tergeletak begitu saja di dunia ini , Manusia adalah makhluk yang bermukim di dunia , Manusia amat sangat berbeda dengan makhluk lainnya , Manusia tidak sekedar hidup (Life) , tapi juga Ada-Mengada (Exist) . Hanyalah manusia yang mengalami keterasingan , keterasingan manusia harus dimaknai sebagai sebuah evalusi proses kehidupan sehingga kita bisa memaknai hidup yang amat berharga ini , bukannya terjebak pada dunia , tapi memanfaatkan kutukan yang bernama Kebebasan dan memaknai hidup dan terus-menerus melakukan hal yang bermanfaat bagi Manusia lainnya dan juga alam , kita akan berevolusi bersama alam (Nature Co-evolution) dan berevolusi bersama manusia lainnya (Social Co-evolution) dan mari kita  menciptakan sebuah Dunia yang Egaliter , sebuah dunia dimana semua manusia bisa hidup didalamnya (sebuah dunia tanpa kelas) . Dunia seperti inilah yang akan selalu dicari umat manusia sepanjang sejarah , beberapa orang hebat  telah menciptakan proto type dunia yang seperti ini , Mulai dari Musa, Muhammad , Soekarno, dan sebagainya . Mereka adalah orang-orang yang memaknai keterasingannya . Masihkah kita mengalami keterasingan pada hari ini dan memaknainya? ataukah kita justru tidak memaknainya dan  menjadi pro-statusquo ? Yah , itu pilihan anda . Berbahgialah para manusia yang terasing .

AYUB GASALI

0 comments:

Post a Comment