Wednesday, 3 December 2014

IRONI PETANI DALAM PERADABAN POLITIK KITA

Tulisan Ini Pernah Diterbitkan dalam Koran Kampus (UNIVERSITAS HASANUDDIN) - IDENTITAS Edisi Spesial Akhir Tahun 2014)

Bagi seorang petani, kata demokrasi maupun politik terdengar sangat asing ditelinganya.  Sampai hari ini  pun petani tak memahami apa itu politik secara substansial, namun dari keterangan yang mereka ucapkan mereka memahami bahwa politik itu sekedar mencoblos gambar dalam bilik suara. Sebagai golongan mayoritas dari rakyat Indonesia seharusnya petani mempunyai nilai jual terbesar dalam kalkulasi politik, namun sampai hari ini golongan petanilah yang selalu terhimpit oleh kepentingan elit-politik. Kaum tani selalu terlihat sebagai paradoks bahwa golongan petani selalu diperebutkan dalam setiap momentum politik, namun menjadi pesakitan pasca momentum politik berakhir dimana golongan petani ibarat sapi yang siap ditarik kedalam kandang kepentingan manapun dan disembelih pasca itu. Kecerdasan berdemokrasi petani sampai hari ini belum cukup untuk sampai pada kecerdasan partisipasi politik aktif dan hal itu didukung oleh  partai politik  yang memang bukan tumbuh untuk membudayakan pendidikan demokrasi, namun untuk membudayakan kepentingan transaksional. Pendidikan politik dan demokrasi di Negara kita hampir tidak pernah menyentuh sedikitpun golongan petani, dan para elit-politik menunggangi kebodohan itu kemudian menyanderanya kedalam kepentingan partai. 

Petani merupakan agen “penyuplai” peradaban bagi bangsa Indonesia, petani menghasilkan tumpukan karbohidrat, protein, dan mineral untuk kita konsumsi dan meyakinkan bahwa aspek material peradaban bangsa pastinya tetap terpenuhi. Maka agar bangsa kita tetap lestari, sesungguhnya  kedaulatan petani adalah sebuah harga mati namun politik kita sampai hari ini selalu menyempitkan  lalu menutup jalan bagi kedaulatan petani kita, dimana mereka sekedar dijadikan nilai tukar-tambah dalam transfer kepentingan. Sesungguhnya kedaulatan petani mendahului segala macam ambisi politik dan pertarungan ideologi, karena itu  demokrasi sebagai ruang kebebasan aktif ada untuk menjamin petani tetap hadir dan eksis menjaga tanaman kehidupan bangsa. Pendidikan politik adalah syarat mutlak untuk merawat kehidupan petani, karena kebijakan politiklah yang kemudian mereproduksi energi sosial yang menyirami tanaman kehidupan bangsa. Ruang politis dan pendidikan politik wajib dihadirkan untuk menjamin kecerdasan petani berdemokrasi sehingga tak ada lagi yang mengganggu tanaman kehidupan itu untuk tumbuh dalam tanah air kita. ini.

Petani pernah membuat narasi besar dipanggung dunia yang mengangkat harkat dan martabat bangsa kita, dimana kala itu swasembada beras mengukir kisah sejarah yang ikut menyeruak bersama dengan kisah-kisah sukses para petani kita. Laku politik negara di kala itu memang memfasilitasi petani untuk tetap menjamin terpenuhinya kebutuhan kalori bangsa, dimana  petani menikmati oksigen politik yang cukup untuk membangkitkan bangsa kita dari ancaman krisis pangan. Namun hari ini laku politik justru mengancam petani kita, kebijakan negara selalu berpihak pada pemodal dan industri akibatnya secara perlahan-lahan petani tergusur dari lahannya. Atas nama modernitas ,mesin-mesin kapitalisme dan globalisasi datang dan membabat para petani beserta kearifan lokalnya dan uniknya politik justru membiarkan hal itu terjadi. Menggusur petani dari sawahnya sesungguhnya sama dengan mengusir petani dari hidupnya oleh karena itu penguasa politik harus sadar bahwa peradaban kita sedang diujung tanduk. Masa depan pertanian kita sedang sekarat, kebudayaan yang telah dibangun ribuan tahun lamanya ini mungkin sebentar lagi akan punah. Kebijakan politik terlalu merendahkan kelangsungan hidup petani disisi lain meninggikan transaksi birokrasi karena itu, petani hari ini lebih memilih untuk menjaminkan sawahnya bagi pendidikan formal anaknya daripada menjadikan anaknya seorang petani yang menjaminkan hidupnya bagi kehidupan bangsa ini.

http://fajarfathan.files.wordpress.com/2011/02/former.jpg
 SUMBER : (http://fajarfathan.files.wordpress.com/2011/02/former.jpg)

Demokrasi selalu bercerita tentang kesetaraan, keadilan, kebebasan, dan ruang publik, namun hari ini politik kita tidak mengaktifkan hal itu. Petani semestinya wajib dihadirkan dalam ruang-ruang demokratis, dan terlibat aktif dalam partisipasi politik, disisi lain pendidikan politik dan demokrasi wajib untuk menyokong kecerdasan petani dalam hal itu. Hanya dengan hal itu maka sesungguhnya bangsa kita akan tetap bertahan ditengah tantangan zaman. Hari ini jarak yang terbangun antara petani dan negara telah amat jauh, demokrasi harus hadir disana untuk mempersempit jarak itu sehingga antara kebijakan , ilmu pengetahuan , teknologi , dan materi dapat terus menjadi oksigen bagi tercapainya kemakmuran petani sehingga suplai peradaban bangsa tetap berjalan.

Politik adalah jalan untuk memproduksi kemakmuran petani, sehingga kebijakan politik harus terselenggara guna mengaktifkan kecerdasan politik bagi petani, sehingga berhala-berhala kebodohan yang selama ini disokong oleh oportunisme individual  tidak mengganggu padi yang sedang ditanam. Peradaban politik kita seharusnya menjunjung tinggi petani sebagai agen kehidupan, kecemasan akan munculnya krisis pangan dan energi wajib menjadi isu utama dalam politik hari ini, karena urusan perut manusia harus terselesaikan terlebih dahulu sebelum melangkah ke fase lain. Sesungguhnya pahlawan peradaban yang seungguhnya adalah seorang petani, hanya karena merekalah manusia sampai hari ini tetap memenuhi kehidupannya dan bahwasanya hal itu melampaui segala “yang politis” pada bangsa kita. (PR) 

Posted By Ayub Gazali04:59

Tuesday, 16 September 2014

KOMPOL PATAHUDDIN : ANTARA KEKERASAN , NARASI KECIL , DAN KATALISATOR


Baru-baru ini kita dikejutkan oleh peristiwa dikepungnya rumah seorang Komisaris Polisi yang bernama Patahuddin oleh Ratusan warga di daerah Tinumbu Kel.Pannampu Kec.Tallo kota Makassar , yang disebabkan oleh aksi kekerasan yang dilakukan oleh oknum Perwira Polisi ini terhadap seorang warga yang bernama Mukhtar. Kompol Patahuddin marah karena  Mukhtar memarkir mobil didepan rumahnya sehingga Mukhtar dipukuli dan ditampar dan akhirnya  Mukhtar melaporkannya kepada warga sekitar . Ratusan Warga sekitar kemudian datang mengepung dan menyerang rumah Kompol Patahuddin dengan beringas. Pada akhirnya Polisi harus menembakkan gas air mata untuk mengevakuasi Kompol Patahuddin dari massa yang semakin liar. Kompol Patahuddin memang dikenal sangat ringan tangan dan kerap melakukan aksi kekerasan terhadap warga sekitar dimana pada akhirnya kekesalan warga memuncak dalam peristiwa tersebut.

Seorang Polisi memang punya sebuah “kuasa” untuk mengendalikan ketertiban masyarakat namun “Kuasa” itu harus berjalan dalam koridornya. Aparat kita tampaknya lebih banyak menggunakan “Kuasa” nya untuk konstruksi dan konsumsi pribadi yang kebanyakan melalui terror dan kekerasan. Kompol Patahuddin adalah sebuah representasi dari sebuah narasi besar dalam kehidupan bermasyarakat yaitu terror(ancaman) dan kekerasan . Sebagai Apparatus kenegaraan Kompol Patahuddin mungkin merasa bahwa status sosialnya itu lebih tinggi daripada masyarakat sekitarnya sehingga dia dengan congkak mengatur lalu lintas Hukum bagi masyarakat . Kompol Patahuddin adalah satu dari sekian banyak contoh aparat yang bertindak seakan-akan hukum ada dikedua tangannya. Hukum bukanlah milik seorang aparat , hukum adalah representasi dari  kedaulatan rakyat  apalagi seorang aparat adalah pelayan bagi berlangsungnya kedaulatan rakyat itu . Hukum tunduk pada tempat darimana dia berasal yaitu rakyat yang berdaulat , maka sangat aneh apabila ada oknum yang merasa memiliki hukum itu dan memperlakukan hukum itu seperti sebuah pisau untuk memotong siapa saja hanya karena statusnya sebagai aparat penegak hukum. Mental teladan aparat kita sudah tereduksi dan bertransformasi menjadi mental penjajah dimana aparat kita dengan seenaknya memperlakukan hukum sebagai alat yang mengabdi bagi kepentingan dirinya. Itulah cermin absolutisme aparat , pada yang absolut maka kekuasaan akan diperlakukan secara pribadi dan pada yang absolut, Kekuatan akan digunakan untuk menindas yang lemah.
“Kedaulatan rakyat”, adalah kata yang tepat untuk mewakili kekuatan besar yang membuat massa bergerak dan melakukan perlawanan terhadap perbuatan Kompol Patahuddin. People power yang luar biasa ini bergerak keluar dari dalam kesadaran masyarakat dan terwujud dalam gerakan untuk melawan yang “Berkuasa” . Dalam diri rakyat ada sebuah narasi kecil yaitu “Keinginan untuk lepas dari Sang Absolut-Otoriter” dan Narasi itu bergabung dengan narasi kecil yang sama dengan ratusan pemilik narasi kecil lain (Rakyat) sehingga berubah menjadi “Kesadaran emansipatoris” yaitu kesadaran untuk bebas dari belenggu penindasan . Perbuatan Kompol Patahuddin yang kerap melakukan tindakan kekerasan dan ancaman terhadap warga , menyisakan sebuah lubang yang dalam dalam kesadaran warga disekitarnya, lubang itupun terisi dengan berbagai macam derita dan cerita tentang ketertindasan. Cerita dan derita itu mengisi hari-hari warga dan saling merangkai satu sama lain dengan narasi kecil untuk lepas dari “Yang Berkuasa”. Jalinan cerita dan derita itu menjadi sebuah endapan yang sangat tebal dalam kesadaran diri warga , sampai pada akhirnya endapan itu sudah memenuhi kesadarannya sehingga endapan itu tumpah menjadi sebuah perlawanan.
Aksi = Reaksi , begitulah kira-kira bunyi salah satu hukum Fisika Newton , Tindakan Kompol Patahuddin yang mengancam dan represif terhadap warga sekitar membuat  warga sekitar juga melakukan hal yang sama terhadap kompol Patahuddin . Massa mengepung dan melakukan tindakan represif terhadap Kompol Patahuddin, Aset-aset yang lain seperti Rumah dan Mobil juga menjadi bulan-bulanan warga. Bagi warga , itu adalah harga yang harus dibayar mahal bagi terror dan kekerasan yang mereka alami sekian lama. Berbagai lapisan masyarakat terlarut dalam sebuah “Imagine Society” atau “Masyarakat Pikiran” dimana warga yang berbeda secara struktural dan Kultural bergabung dalam sebuah gerakan massa yang dipersatukan oleh sebuah endapan kesadaran dan berubah menjadi sebuah “People Power” atau “Kedaulatan Rakyat”.
Katalisator dalam Bidang Kimia adalah suatu zat yang mempercepat reaksi , dalam Narasi Kompol Patahuddin , Perbuatannya yang menganiaya Mukhtar hanya karena memarkir mobil didepan rumahnya menjadi Katalisator dari kesadaran warga sekitar. Bak gayung bersambut, dari laporan itu kesadaran warga bertransformasi menjadi sebuah “People Power”. Narasi kecil itu menyeruak ke permukaan dan menjadi sebuah kekuatan yang sangat besar. Keberanian dan Kekuatan itu hadir melalui sebuah “pemikiran” yang telah melalui cerita yang sangat panjang , ibarat bara api yang menyala akibat sebuah letupan kecil. Mungkin Kompol Patahuddin tak mengira hal ini akan terjadi , tapi yakinlah apa yang ditanam maka itu pula lah yang akan kita tuai. Tindakan-tindakannya menjadi sebuah benih dalam kesadaran warga yang tumbuh dan berkembang selaras dengan perbuatan-perbuatannya yang lain dari waktu ke waktu sampai pada akhirnya benih itu tumbuh dan berbuah menjadi “Buah Perlawanan”.
Ini adalah sebuah pelajaran bagi para “Pemegang Kuasa” bahwa “kekuasaan” semata-mata mengabdi pada kepentingan rakyat . Domain dari sebuah “kekuasaan” adalah “kedaulatan rakyat” oleh karenanya kekuasaan harus kembali kepada rakyat pula. Seandainya Kompol Patahuddin menjadi seorang warga sekaligus perwira polisi yang semata-mata melayani kepentingan rakyat disekitarnya maka peristiwa ini tak akan terjadi. Aparat harus sadar bahwa rakyat membiayai pajak bukan untuk membuat aparat memperlakukannya seenaknnya tapi untuk melayaninya dengan baik .Aparat harus sadar bahwa kehidupannya ada karena ditunjang oleh biaya yang dikeluarkan oleh rakyat dimana Hak dan Kewajiban harus ditempatkan dalam koridornya masing-masing. Bagi rakyat , ini membuktikan bahwa mereka betul-betul punya sebuah “Power” untuk membuat para “Pemegang Kuasa” ingat bahwa ada kekuatan besar didalam sana yang siap keluar kapan saja ketika “Kekuasaanya” tidak digunakan sesuai dengan semestinya. Hanya dengan sedikit dorongan dan katalisasi maka semuanya akan menjadi mungkin.


Posted By Ayub Gazali20:56

Thursday, 11 September 2014

MEMBANGUN PERTANIAN DARI TIMUR INDONESIA

-Tulisan Ini pernah diterbitkan di Tabloid Nasional " Inspirasi" Edisi 25 Agustus 2014 , Vol.5 No.99-


“Agriculture is about alive or dead…”

“I ask you : while Indonesian people in the near future will suffer from misfortune, disaster, if the problem of people’s food will not be solved immediately, whereas the problem of people’s Availability stocks is about alive or dead, how do with your groups? Why did only 120 and 7 students register at the faculty of agriculture and faculty of veterinary medicine, respectively? No, my young people, study in agriculture and veterinary sciences is not less important than other studies, is not less satisfied for the high aspiration-souls than other studies. Bear in mind, once more bear in mind, if we do not “bear in mind” the problem of people food as highty as is possible, radically and revolutionarily, we will suffer from great disaster.”
(Pidato Presiden RI Soekarno pada peresmian Kampus IPB, 1952)

Sumber daya alam (SDA) yang  terdiri dari kondisi geografis serta keanekaragaman hayati yang sangat berlimpah menunjukkan betapa potensialnya negeri kita untuk sektor pertanian namun justru kondisi pertanian negeri ini tak kunjung membaik dan menunjukkan geliatnya . Ironi disebuah negeri agraris yang kaya ketika pertanian yang sejak dahulu kala menjadikan negeri kita sebagai salah satu pusat perdagangan dunia seakan-akan menggali lubang kuburnya sendiri . Impor yang kian tahun terus-menerus naik dan bertambah dengan alasan tidak mencukupi kebutuhan nasional terus dilakukan kian menjadi indikator carut-marutnya pertanian di Indonesia . Sebenarnya banyak alternatif yang bisa menyelesaikan berbagai masalah tersebut , salah satu diantaranya adalah pemanfaatan potensi pertanian di berbagai wilayah secara optimal . Banyak wilayah yang mempunyai potensi luar biasa di Indonesia namun cenderung kurang di perhatikan dan dimanfaatkan misalnya wilayah Indonesia bagian Timur .
Potensi sumber daya alam (SDA) Di berbagai wilayah Indonesia Timur sesungguhnya masih banyak namun belum terlalu dikembangkan padahal sejatinya potensi tersebut merupakan potensi yang sangat besar. Indonesia Timur menyimpan berbagai Keanekaragaman hayati yang didukung dengan kondisi geografis berupa Iklim Tropis dengan  curah hujan yang merata sepanjang tahun , dataran tinggi dan dataran rendah , Intensitas Cahaya  Matahari , keaneka ragaman jenis tanah yang memungkinkan dibudidayakannya berbagai jenis tanaman serta ternak dari daerah tropis, serta komoditas tanaman yang diintroduksi dari daerah sub tropis. Kawasan Timur Indonesia yaitu Sulawesi ,Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara dan Papua sejatinya mempunyai prospek yang tidak kalah bagus dalam pertanian dibanding daerah lainnya oleh karena itu pengembangan pertanian juga perlu dilakukan di kawasan timur Indonesia .
Pulau Sulawesi adalah pulau yang sangat potensial dalam berbagai pengembangan komoditas pertanian , variasi geografis serta iklim sangat mendukung hal tersebut. Ada beberapa komoditas yang sangat potensial di Sulawesi mulai dari tanaman pangan (padi,jagung,dsbg) , perkebunan(kopi ,cengkeh,kakao ,kelapa sawit, dsbg) , hortikultura (sayur-sayuran) dan buah-buahan . Hampir semua komoditas pertanian nasional bisa ditemukan di Pulau Sulawesi namun perlu pengawalann lebih lanjut terhadap komoditas tersebut karena beberapa program yang pernah dijalankan pemerintah misalnya Gernas Kakao , tidak terlalu berefek signifikan akibat kurangnya pengawalan terhadap program ini . Tanaman seperti kopi yang berkualitas internasional seharusnya perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah seperti Kopi Toraja misalnya . Selain itu komoditas pertanian yang lain yang cenderung bersifat lokal dan spesifik kerap dikesampingkan padahal komoditas pertanian tersebut bisa memperkaya variasi komoditas pertanian kita.
Kepulauan Maluku komoditas pertanian utamanya adalah Cengkeh , Pala , Kelapa Sawit , Kakao dan kelapa sedangkan komoditas pendukung/alternatif adalah Kayu Putih , Kayu manis ,Sagu , Rambutan , Pisang , Duku , dan manggis Manggis. Wilayah Kep.Maluku , dalam sejarah ramai dikunjungi oleh pedagang dari berbagi belahan dunia utamanya Portugis dan Spanyol yang datang membeli rempah-rempah dimana oleh mereka Kep.Maluku diberi gelar “Pulau Rempah-rempah”. Rempah-rempah di Kep.Maluku seperti cengkeh dan pala bernilai sangat tinggi , sehingga potensi pertanian seperti Cengkeh dan buah pala bisa dikembangkan lebih lanjut disana dan bisa dijadikan sebagai sentra bagi komoditas rempah-rempah di Indonesia dengan menggunakan stretegi pewilayahan komoditas serta didukung oleh pengetahuan dan pengalaman masyarakat Kep.Maluku yang telah berinteraksi dengan tanaman tersebut selama hampir ribuan tahun dalam membudidayakannya dan  pemerintah maka segalanya menjadi mungkin dan Kep.Maluku bisa jadi sentra rempah-rempah Indonesia bahkan Dunia. Wilayah kepulauan Maluku sangat mendukung komoditas pertanian yang menghendaki iklim yang basah .


Papua daerahnya hampir sekitar 80% hutan tersimpan beraneka ragam potensi pertanian dan kehutanan yang  sangat kaya berasal dari keanekaragaman hayati , namun pemanfaatan keanekaragman hayati berupa tumbuhan , kurang terlalu dikembangkan dan dilakukan eksplorasi serta penelitian lebih lanjut. Dataran Papua yang berupa Dataran Tinggi dan Dataran rendah sangat mendukung berbagai macam varisi Komoditas Pertanian selain itu Potensi perkayuan , hasil hutan , dan perkebunan sangat besar di papua mengingat luas hutan disana yang cukup besar beserta bentang alam serta kondisi geografis yang tropis yang sangat mendukung . Hasil pertanian utama papua adalah tanaman perkebunan yaitu sawit ,kakao ,kopi , ,dan buah merah sedangkan hasil hutannya berupa kayu , dan sagu,  selain itu tanaman hortikultura berupa sayur-mayur dataran tinggi (Kubis, Wortel, Kentang , dan Bawang Putih selain itu ada komoditas pendukung yaitu  Padi Sawah dan Padi Gogo , kedelai ,Umbi-umbian( singkong ,Talas ,Dan ubi jalar) Serta aneka buah-buahan seperti Durian , dan duku mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Papua . Luas wilayah dan bentang alam yang bergunung dan curam menyababkan papua sangat sulit untuk dijelajahi ,sehingga masih banyak daerah yang belum dieksplorasi dan besar  kemungkinan penemuan spesies tanaman baru yang berguna di bidang pangan , farmasi , serta bidang kehutanan . Wilayah Papua mendukung komoditas Pertanian yang menghendaki Iklim Basah maupun Kering .
Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur lebih dikenal sebagai daerah peternakan (Ruminansia)dan  kadang kurang dihitung sebagai wilayah dengan komoditas Pertanian dan Kehutanan namun sebenarnya disana juga tersimpan potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan diantaranya Kayu Cendana dan Kacang-kacangan (Kedelai dan Kacang Hijau) , apalagi kayu Cendana yang bernilai sangat tinggi selain itu tanaman industri seperti tembakau juga mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan di Nusa Tenggara. Tanaman Alternatif yang bisa dikembangkan di Nusa Tenggara adalah Sayuran Dataran Tinggi (NTB) , Bawang Merah dan Bawang Putih serta Buah-buahan seperti Pisang dan Mangga . Wilayah Nusa tenggara sangat mendukung komoditas yang menghendaki iklim yang kering .
Pengembangan Indonesia Timur sebagai daerah komoditas pertanian diharapkan bisa menjadi alternative solusi bagi kebijakan pertanian nasional . Selama ini pemerintah sering menerapkan kebijakan Impor untuk mencukupi kebutuhan nasional padahal di daerah Indonesia sebenarnya banyak potensi pengembangan komoditas yang bisa mencukupi kebutuhan nasional  bahkan bisa menjadi surplus nasional . Kasus kelangkaan kedelai beberapa tahun yang lalu bisa menjadi contoh yang menarik ketika di wilayah Indonesia bagian barat harga kedelai melonjak sangat jauh , di beberapa bagian wilayah Indonesia timur harga kedelai justru sangat stabil  hal ini membuktikan bahwa produksi pertanian kedelai di Indonesia Timur justru lebih stabil dan potensial ,untuk itu perlulah pemerintah mulai mengalihkan perhatian pada prospek pengembangan komoditas di Indonesia bagian timur. Dibandingkan wilayah lain lahan pertanian di Indonesia Timur lebih berpotensi untuk dibuka dan dikembangkan karena laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk belum terlalu signifikan dibandingkan Indonesia bagian Barat sehingga area terbuka untuk lahan pertanian masih banyak serta alih fungsi lahan belum terlalu besar .
Peranan Pelaku pertanian (SDM Pertanian) sebagai subjek pertanian  bisa dimaksimalkan melalui penentuan kebijakan yang bersifat gabungan antara Bottom-up dan Top-down yang sangat bagus untuk diterapkan di Indonesia Timur , kebijakan bottom-up (Bawah-Keatas) merupakan kebijakan dimana seluruh keputusan diambil secara bersama oleh subjek pertanian (Petani) dalam hal ini petani di Indonesia Timur merupakan petani yang masih bersifat egaliter dalam artian mempunyai nilai sosial-budaya yang sangat tinggi bahkan praktek kebijakan yang bersifat bottom-up telah berlangsung sejak lama , dengan kebijakan bottom-up pengetahuan petani utamanya pengetahuan yang bersifat lokal bisa dimanfaatkan dan dioptimalkan sehingga akumulasi nilai sosial-budaya dan pengetahuan petani akan menjadi senjata untuk meningkatkan kesejahteraannya. Petani sebagai pelaku utama pertanian tentunya mewarisi pengetahuan dan nilai-nilai praktek pertanian yang telah berlangsung berabad-abad lamanya , pengetahuan dan nilai sosial-budaya seperti ini sangat jarang mendapatkan perhatian dari pemerintah . Kebijakan bersifat Top-down merupakan kebijakan dimana pemerintah mengambil keputusan untuk pelaksanaan pertanian , di Indonesia Timur kebijakan yang bersifat Top-down bisa diarahkan untuk membangun struktur dan infrastruktur pertanian serta peraturan perundang-undangan yang betul-betul melindungi petani . Berbagai masalah pertanian yang paling akrab adalah konflik lahan dengan korporasi , pemerintah dengan tegas harus membuat kebijakan yang melindungi petani dari berbgaia macam ancaman. Dengan kombinasi keduanya diharapkan pembangunan pertanian di Indonesia Timur dapat dioptimalkan dengan baik sehingga sektor pertanian bisa kembali menggeliat dan petani menjadi sejahtera . Kesajahteraan petani adalah kesejahteraan bangsa dan Negara karena pertanian adalah tentang hidup matinya suatu bangsa , ketika pertanian Indonesia mati maka mati pulalah bangsa kita.

Posted By Ayub Gazali04:16

Saturday, 30 August 2014

MENGGUGAT PENGKADERAN : GAGALNYA LEMBAGA KEMAHASISWAAN DALAM MENJAWAB SPIRIT ZAMAN

Tulisan Ini Pernah Dimuat di Koran Kampus IDENTITAS Edisi Akhir September 2014

If I can not dance on it, that’s not my revolution” 
(Emma Goldman) 

Dalam mitologi yunani Kronus (Chronos) Sang Dewa Waktu akan memakan habis mereka yang menolak perubahan , perubahan adalah hukum besi sejarah maka mereka yang menolak untuk berubah akan ditelan oleh sejarah bahkan Filosof besar Jerman , G.W.F. Hegel melihat kebenaran adalah sebuah aliran(perubahan) dimana sejarah bergerak menurut hukum dialektika (Roh Absolut Hegelian). Dalam skala Lembaga Kemahasiswaan pengkaderan merupakan tafsir perubahan , pengkaderan haruslah berupa jawaban bagi aliran perubahan zaman sehingga setiap insan dalam lembaga kemahasiswaan dapat menerjemahkan setiap perubahan pada gerakan ruang dan waktu dalam masyarakat dan menghasilkan para “Anak Zaman”. Kini Lembaga kemahasiswaan sepertinya tak mampu lagi menjawab spirit zaman (Zetgeist) dan terjebak dalam nihilisme dan sekiranya seperti itu pengkaderan haruslah kita gugat .
                Di era ini pengkaderan semakin terfragmentasi dan perlahan menghilang nilai kesakralannya , pengkaderan sekedar simbolitas-ritual rutin yang mirip menjadi ajang gagah-gagahan dan audisi pencarian bakat , pengkaderan semakin serba tertutup dan terjebak dalam romantisme masa lalu sehingga pengkaderan kian menemui kelokan dalam setiap peristiwa dan waktu yang dilaluinya . Pengkaderan cenderung bergerak dalam aliran yang melambat sehingga cenderung tertinggal oleh aliran perubahan maka Tatanan dalam lembaga kemahasiswaanpun terguncang dan mengalami ancaman keruntuhan (Collapse) , beberapa medan kekuatan  menyebabkan lembaga kemahasiswaan dan pengkaderannya sedang tidak-stabil dan melambat yaitu , Pertama goncangan politik , dimana terbuka lebarnya kran demokrasi menyebabkan elit-politik sangat mudah untuk bersimbiosis dengan agen lembaga kemahasiswaan ditambah sistem semi-otoriter (senior-junior) yang berlaku dalam lembaga kemahasiswaan menjadikannya sangat rentan untuk dipengaruhi oleh kekuatan politik . Rantai panjang antara senior dan junior menjadi barang dagangan bagi elit politik , kekuatan mahasiswa menjadi harga yang menggiurkan untuk dimanfaatkan dan ditarik dalam pertarungan kepentingan , lembaga kemahasiswaan yang dulunya mengutamakan politik nilai kini ditarik kedalam politik pragmatis dan praktis yang sarat kepentingan pribadi . Kedua , Goncangan Ideologi , dimana tumbuh suburnya lahan pemikiran pasca-reformasi ditambah akses pengetahuan yang semakin luas di era digital membuat variasi pengetahuan dan ideologi dalam lembaga kemahasiswaan menjadi sangat luas , Lembaga kemahasiswaan sebagai ruang publik menjadi ajang pertarungan ideologi bagi para anggotanya yang bertarung memperebutkan kekuatan dan pengaruh sehingga nilai dan ciri khas lembaga dikesampingkan dan menjadi nilai pinggiran sedangkan nilai ideologi diutamakan  sehingga secara perlahan lembaga kemahasiswaan menjadi tercemar dan kehilangan arah akibat nilai yang saling bertabrakan. Ketiga , Goncangan Romantisme sejarah , dimana lembaga kemahasiswaan terjebak pada aliran masa lalu dimana mahasiswa menemukan kejayaannya dalam berbagai peristiwa , nilai-nilai dan peristiwa masa lalu dijadikan tolak ukur bagi setiap arah persepsi dan tindakan sehingga , hal tersebut justru menjadi boomerang bagi lembaga yang seharusnya memberikan jawaban bagi perubahan , metode-metode lama yang digunakan tidak mampu menjawab tantangan zaman sehingga benturan antara masa lalu yang mengendap dan perubahan zaman yang terpampang didepan mata menjadi sangat dilematis dan tak terhindarkan . Keempat Goncangan Kapitalisme-Instrumental dimana Perkembangan kapitalisme dan teknologi membuat lembaga kemahsiswaan terjebak dalam logika komoditas dan arus teknologis , kampus seperti mall dan menjadi ajang pamer serta ajang peragaan gaya hidup , mahasiswa terpaku pada arus modal dan teknologi dalam arus perputaran yang sangat cepat , digitalisasi aspek kehidupan , perputaran informasi , dan perkembangan teknologi yang terus menari dengan kecepatan membuat pemaknaan terhadap realitas menjadi sangat dangkal . Realitas yang seharusnya menjadi tempat belajar kini menjadi taman bermain dan bersenang-senang bagi mahasiswa , yah realitas bukan lagi untuk dirubah tapi untuk dinikmati bagi para agen kelembagaan. Kelima Goncangan akademik dan kesempatan berlembaga , dimana kultur akademik dan birokrasi yang berparadigma parsial-kuantitatif mengantarkan lembaga dalam kondisi yang terjepit dan dalam pilihan yang dilematis antara akademik atau lembaga , sehingga polarisasi keduanya tak terhindarkan lagi dan berubah menjadi kutub yang sulit berdampingan dan beriringan. Tertutupnya sistem pengkaderan  menyebabkan kesempatan berlembaga juga ikut berkurang sehingga potensi-potensi yang ada cenderung tersembunyikan dan terpinggirkan. Goncangan-goncangan tersebut menghambat lembaga kemahasiswaan dan pengkaderannya untuk menjadi mesin intelektual-ideal sehingga lambat merespon realitas perubahan yang terjadi.
Kita harus menggugat pengkaderan dan  merekonstruksinya kembali sehingga dengan ini pengkaderan akan menjadi titik utama dalam pencapaian  kebenaran dan mengajukan interupsi terhadap realitas . Pengkaderan harusnya menghasilkan hasrat kebenaran yaitu Logika, Pemberontakan , Universalitas dan Resiko sehingga  empat aspek  yang harus ada dalam pengkaderan yaitu Aspek Logika dimana Pengkaderan selalu mengandung rasionalitas atau pemikiran yang terus berubah dan berkembang sesuai jamannya , Aspek Pemberontakan dimana pengkaderan selalu merupakan bentuk perlawanan dan konfrontasi terhadap dunia dan zaman yang  dihadapinya , Aspek Universalitas dimana pengkaderan selalu mengandung pemikiran yang universal dan holistik serta saling terkait selain itu pengkaderan selalu menganggap semua manusia universal dan sederajat , Aspek Resiko yaitu pengkaderan harus melepaskan diri dari zona nyaman yang anti perubahan dengan mengambil resiko dari perubahan dan mengambil keputusan yang mendukung sudut pandang baru. Selain itu pengkaderan harus menghasilkan empat bentuk kebenaran yaitu Revolusi , Hasrat , Penemuan , dan Kreasi dengan domain utamanya berupa Ilmu pengetahuan , Seni , Cinta dan Politik dengan kesemuannya itu maka pengkaderan bisa menunjukkan kekuatan utamanya dalam diri Lembaga mahasiswa sehingga insan-insan lembaga kemahasiswaan bergerak melawan tantangan zaman .


Pengkaderan adalah jiwa dari lembaga kemahasiswaan karena itu, pengkederan haruslah terus berproses dan bergerak mengikuti dan melampaui aliran waktu . Tergerusnya pengkaderan menyebabkan urgensi kelembagaan juga terpinggirkan sehingga lembaga hanya mempunyai 2 pilihan yaitu  Lembaga harus merekonstruksi sistem pengkaderan yang ada  atau tergerus oleh arus waktu dan runtuh (Collapse). Pendekatan yang dapat dipakai dalam mengembalikan urgensi kelembagaan yaitu dengan membawa  , Pertama Emansipasi Pengetahuan dimana nilai dari suatu pengkaderan haruslah merupakan pengetahuan yang bersifat emansipatoris atau membebaskan setiap insan dari belenggu ketertindasan yaitu berciri rasionalitas (kreatif) dan kebebasan (aktif)  , sehingga insan yang terbentuk adalah agen intelektual yang aktif dan kreatif. Kedua Interdisplin ilmu yang Holistik , dimana paradigma pengkaderan haruslah merupakan interdisiplin ilmu dan interkonektivitas aspek sehingga realitas yang dipahami merupakan realitas yang holistik dan menyeluruh seperti paradigma sains baru (Paradigma Holistik - Fritjof Capra dan Mullah Shadra) . Ketiga Intervensi Moralitas , dimana pengkaderan haruslah menanamkan nilai-nilai dan mengintervensi moralitas , dengan mengupayakan terciptanya jagad egaliter sehingga tercipta ruang publik yang tak memihak dan  berciri kemasyarakatan . Keempat Idealisme politika dimana pengkaderan mengandung adalah pembelajaran politik yang ideal sehingga tercipta iklim kelembagaan yang nyaman . Kelima Independensia orientasi dimana output pengkaderan adalah independen dan tidak terjebak dengan berbagai hal apapun diluar dirinya sehingga terlepas dari berbagai pertarungan , output pengkaderan harus melepaskan semua terompah-terompah nya yang tidak berhubungan dengan orientasi lembaga sehingga menjaga lembaga tetap dalam koridor keunikannya. Keenam Akademika-variatif dimana pengkaderan haruslah bersifat akademik dan mendukung berbagai variasi dalam anggotanya terutama dalam minat dan bakat , lembaga harus mendorong setiap minat dan bakat anggotanya bukannya membatasi dalam setiap gerak individual.
Hal utama yang harus segera dilakukan oleh lembaga kemahasiswaan sekarang ini adalah membawa ranah pengkaderan kearah yang lebih dekat dengan realitas , pengkaderan harus berubah sehingga lembaga kemahasiswaan dapat melakukan interupsi dan mengajukan perlambatan bagi realitas , bukan justru lembaga yang terjebak dan  melambat . Pengkaderan sekarang ini membuat distingsi (jarak) dengan realitas disekitarnya sehingga perubahan menjadi sesuatu yang tidak memungkinkan dan amat sangat sulit . Pengkaderan harus membawa insan mahasiswa menjadi sangat dekat dengan realitas bahkan menjadi realitas itu sendiri (becoming the reality) sehingga realitas dapat terwakili olehnya dengan modal kritis-akademis yang dimiliki serta pendekatan dan aspek pengkaderan yang telah dipaparkan maka pengkaderan sebagai roh lembaga kemahasiswaan bisa menjadi spirit zaman dan menghasilkan para “Anak Zaman”.  Metode mendekatkan diri dengan realitas disekitarnya sekiranya bisa menjadi solusi terbaik bagi kehidupan mahasiswa sekarang ini , dengan ikut serta menjadi realitas maka mahasiswa bekerja bersama  dengan realitas disekitarnya dan menjadi penerjemah segala gagasan yang bersifat akademik maupun ideal bersama dengan pengetahuan lokal-simbolik masyarakat sehingga kombinasi antara kultur akademik dan kultur simbolik menjadi Senjata terdepan dalam meyongsong tantangan zaman. Yah !! Mahasiswa harus turun ke dalam realitas dan turut serta untuk mengubah dan mengintervensi realitas apapun bentuknya jika tidak maka kita akan ditelan oleh Zaman dan runtuh . Bergeraklah mahasiswa !!! berdansa lah bersama realitas dan ubahlah dia (revolusi).

Posted By Ayub Gazali18:36

Monday, 23 June 2014

KERUSAKAN LINGKUNGAN : RETAKNYA HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM

Filled under:


Manusia adalah makhluk yang sangat unik , manusia bukan sekedar ada didunia , tapi dia juga eksist , manusia adalah makhluk yang berada di dalam sekaligus diluar alam semesta dalam artian disatu sisi manusia adalah bagian alam semesta namun juga punya kemampuan untuk mengubah alam semesta , manusia amat berbeda dengan makhluk lainnya , seperti ungkapan Jean Paul Sartre ,manusia adalah etre pour soi , makhluk yang ada bagi dirinya (exist) sedangkan makhluk lainnya adalah etre en soi  atau ada pada dirinya (ada). Kemampuan manusia yang bersifat ambivalen ini membuat manusia menjadi makhluk paling maju dan beradab . 

Peradaban manusia merupakan hasil interaksi ekologis dan sosiologis manusia bahkan sepanjang zaman berbagai peradaban manusia terus bergerak tumbuh , hilang , dan berganti , alam semesta pun juga bergerak namun alam semesta kian mengalami keretakan dan ketidakseimbangan , sehingga  berbagai bencana alam , krisis lingkungan , krisis pangan , dan sebagainya  mengancam kelangsungan hidup manusia di masa depan .Hal ini disebabkan oleh Prilaku Manusia dalam berinteraksi dengan alam .
 
Manusia dan alam mempunyai relasi dan keterikatan yang sangat kuat yang terwujud dalam “Pertukaran Metabolik” yaitu manusia dan alam mengalami pertukaran material misalnya dalam pembusukan biologis  (kotoran) akan berubah menjadi unsur hara dalam tanah dan  kembali tumbuh bersama tanaman yang mengandung nutrisi dan kembali dimakan oleh manusia dimana manusia dan alam saling terikat dalam proses tersebut , selain itu Sirkulasi CO2 Dan O2 oleh Manusia dan tumbuhan juga menjelaskan pertukaran metabolik tersebut . John Bellamy Foster (Ekologi Marx Materialisme dan Alam : 2010) menganalisis penyebab kerusakan lingkungan , yang disebutnya sebagai “Keretakan Metabolik” dimana intervensi manusia terhadap alam terjadi dengan sangat berlebihan , yang diawali oleh Kajian Justus Von Liebig (Hukum Liebig- pencetus pupuk dan pestisida) dimana terjadi  pengintervensian lingkungan yang berlebihan dengan penggunaan “bahan kimia” terhadap alam yaitu pupuk dan pestisida yang kemudian membuka potensi yang besar bagi revolusi pertanian . Intervensi manusia dalam bentuk penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan oleh manusia menyebabkan degradasi tanah , pencemaran, dan berbagai kerusakan lingkungan lain . Hubungan intrinsik (saling membutuhkan) antara manusia dan alam pun terganggu dengan hal tersebut , hal ini tak lepas dari kepentingan Kapitalisme yang selalu mementingkan keuntungan semata tanpa mempertimbngkan faktor ekologis (hubungan manusia dan alam) . Untuk memacu produksi dan keuntungan dilakukanlah berbagai cara yang singkat dan jangka pendek  utamanya adalah penggunaan bahan kimia oleh karena itu teknologi kiwiawi dipacu terus-menerus bahkan hingga sekarang , sehingga keretakan ekologis tak dapat dielakkan lagi .

 (http://biologiumum.com/wp-content/uploads/2014/02/Kerusakan-lingkungan.jpg)

Selain mengganggu pertukaran metabolik , Berbagai bahan kimia yang digunakan menyebabkan faktor yang sangat acak dan sulit untuk diprediksi lantas menyebar ke alam dengan sangat cepat , selain itu bahan kimia tersebut juga sulit untuk terurai sehingga menyebabkan berbagai efek lain misalnya sisa-sisa pestisida  dan Pupuk Kimia yang bisa menurunkan kualitas tanah . Setiap Makhluk hidup mempunyai peran sendiri dalam alam Rantai Ekologis termasuk  Hama , penggunaan pestisida justru membuat kesimbangan ekologis terganggu  salah satu contoh nyata adalah pemusnahan spesises makhluk hidup tertentu yang menyebabkan Ledakan (Resurjensi) Hama seperti Kasus Ulat Bulu dan Tomcat di Pulau Jawa beberapa waktu lalu dimana makhluk hidup tersebut kehilangan habitat dan makannya oleh pestisida . Sisa-sisa (residu) pestisida yang sulit terurai di alam  juga menyebar dengan cepat melalui perantara angin dan air berpotensi meracuni makhluk hidup sekitarnya dan terus menerus menyebabkan efek berantai yang sulit dipastikan (Butterfly Effect) . Pupuk kimia juga bisa merusak komposisi tanah , membunuh organisme tanah , dan mengganggu komposisi tanah sehingga berpotensi besar merusak kualitas tanah . Kasus kerusakan akibat bahan kimia diuraikan sangat jelas oleh Isabelle Delforge (Dusta Industri Pangan : 2005) dan  Kini ancaman kerusakan ekologis akibat dari “keretakan metabolik” ini menjadi semakin nyata dan harus kita hadapi bersama .
Manusia dan Alam seharusnya bisa mengalami Evolusi bersama (Co-Evolution) yaitu hubungan yang bersifat dialektis antara manusia dan alam untuk terus “maju bersama” dan “saling memperbaharui” seperti konsep “pertukaran metabolik” , jadi seharusnya ada keseimbangan hubungan antara manusia dan alam melalui “konsep kerja” dimana manusia mencukupi kebutuhan hidupnya dari alam dan bersikap bijak terhadapnya . Jared Diamond (Collapse : 2013) mengambarkan bagaimana perilaku manusia dalam berinteraksi dengan alam sangat berpengaruh terhadap Runtuhnya peradaban manusia , misalnya Kasus Penggundulan Hutan di Pulau Paskah (Polinesia) , yang disebabkan oleh Struktur Sosial ( Kapitalisme Primitif) dimana Kaul elite (Raja , Kepala Suku ) menebang habis kayu dengan tujuan pendirian monumen (Patung) dan rumah pribadi . Kasus Masyarakat Anzasi di AS , dan Runtuhnya Peradaban Maya di Semenanjung Yucatan juga mempunyai sebab yang hampir sama , yaitu Kerusakan Lingkungan yang sangat parah , dimana masyarakatnya sangat tidak bijak dalam berinteraksi dengan lingkungan dengan mengeksploitasi SDA dengan berlebihan dan bersifat jangka pendek , sehingga tantangan akibat kerusakan lingkungan itu tidak dapat mereka atasi yang menyebabkan peradaban manusia disana runtuh dan ditinggalkan . Keruntuhan perdaban masyarakat masa lalu seharusnya menyediakan pelajaran berharga bagi kita semua bagaimana mengelola alam dengan bijak dan tepat .
Ancaman Kerusakan Lingkungan semakin besar kedepannya dan akan terus berlanjut , Berbagai peristiwa bencana alam , krisis lingkungan , krisis pangan , global warming seperti dalam film Al-Gore (An Inconvenient Truth : 2006) , dan banyak kejadian lain semakin menuntun umat manusia menuju kepunahan . Kaum Enviromentalis dan Non-Enviromentalis terus-menerus terlarut dalam debat kusir antara melestarikan alam ataukah melestarikan manusia dan kini kita dihadapkan pada masalah terbesar yang dihadapi oleh umat manusia . Lembah Bitteroot di Montana seperti yang dianalisis oleh Jared Diamond (Collapse : 2013) menyediakan contoh kasus kerusakan lingkungan kontemporer dengan berbagai Variabel yang sangat terkait dan sangat kompleks . Manusia kini akan menghadapi masa depan yang lebih menantang dan dituntut lebih cerdas dan bijak dalam krisis terbesar yang akan kita hadapi , Kasus-kasus runtuhnya peradaban Masa lalu serta Kasus Lembah Bitteroot Montana menyediakan pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua . Masa depan umat manusia akan tergantung pada jawaban terhadap permasalahan kompleks mengenai Alam .

Posted By Ayub Gazali02:27

Tuesday, 10 June 2014

RETAKAN PADA DUNIA KITA

“Dia Yang Mengkonsumsi Begitu Banyak Berita
Tak punya Waktu untuk  Merebus dan Menggoreng ,
Dan dipaksa Menelan Semuanya Bulat-bulat”

Tor Age Bringsvaared
(Pria Yang Mengumpulkan 1973)

Anthony Giddens pernah berkata bahwa Dunia modern ini seperti “Juggernaut” sebuah Makhluk Buas  Raksasa yang siap melindas siapa saja , dan bisa kemana saja , bahkan bisa lepas kendali , dunia kita adalah sebuah dunia yang tunggang langgang dan berlari . Kehidupan sejahtera yang kita damba-dambakan tampaknya hanya bisa menjadi mimpi indah yang wajib kita tangisi tapi itu bukan karena keindahannya , tapi tampaknya mimpi itu tidak akan pernah bisa terwujud . Gejala-gejala masyarakat modern yang cenderung destruktif mengisyaratkan bahwa betapa sistem sosial yang kita hidupi bersama tengah mengalami kebuntuan dan syndrome yang sangat akut , Masyarakat kita saat ini seperti “Juggernaut” , hal ini tampak pada prilaku masyarakat kita yang cenderung buas , liar , ganas , bengis dan sangat Anarki . Ketidakstabilan sosial yang kita alami tampaknya telah mencapai tahap yang sangat tinggi dimana , ekologi , Ekonomi ,politik , Sosial , dan budaya telah terjangkit penyakit yang amat misterius , Penyakit yang akan membawa masyarakat kepada kematiannya .
                Seharusnya  dunia ini menghasilkan kepastian dan ilmu pengetahuan namun Dunia ini justru menghasilkan ketidakpastian dan keragu-raguan  itulah yang dikatakan oleh David Peat diaman Sains,teknologi  , serta Modal produk paling mukhtahir manusia (Kapitalisme) justru membawa manusia pada sebuah jurang yang sangat luas dan dalam , yang menyebabkan patahan dan retakan pada dunia kita

Ada beberapa Medan (Kekuatan) yang menyebabkan retakan pada dunia kita :

Medan Sains-Positivistik, dimana sejak Rene Descartes mengutarakan “ Cogito ergo sum” , dimana terdapat pembedaan antara “Res Cogitans” dan “Res extensa” , Dimana subjek bernalar  merupakan pijakan bagi “Ada” , karena hanya manusialah subjek berpikir , maka sejak itu pula  subjek berpikir ini menjadi raja bagi alam semesta , Manusia menjadi makhluk agung yang “Ada” sehingga Alam semesta yang dipahami hanyalah “Res Extensa” atau objek bagi manusia yang bebas untuk dieksploitasi dan digunakan bagi manusia . Dominasi ilmu positivistik  dimana Isaac Newton yang mereduksi mekanika alam semesta layaknya mesin , menjadikan alam semesta layaknya mesin raksasa yang bisa dimanfaatkan sedemikian rupa dan prinsip-prinsip mesin  tersebut bisa diaplikasikan di dunia manusia . Alam semesta yang seyogyanya adalah lokus kehidupan kini bergeser menjadi objek pelampiasan manusia , manusia kini menjadikan alam seenaknya sehingga , berbagai kejadian seperti banjir , letusan gunung dan berbagai proses alam lainnya meniscayakan bahwa alam sedang bergerak kearah yang homeostatis atau bergerak menuju titik keseimbangan akibat kerusakan yang disebabkan oleh manusia namun manusia menuduhnya sebagai  “bencana” .


sumber (http://v-images2.antarafoto.com/g-pr/1322137501/anarkis-01.jpg)

Medan Teknologi-instrumentalistik dimana Perkembangan teknologi dan instrument menjadi sangat pesat dan cepat dimana mulai muncul beberapa teknologi instrumen muktahir seperti TV, Handphone, dan internet yang memang cukup membantu , namun disisi lain itulah yang justru membuat manusia “Ter-Mediasi” dalam segala-galanya seperti yang diramalkan oleh Herbert Marcuse segalanya menjadi Otomatisasi dan mekanisasi , termediasi sesama manusia , termediasi dengan sistem , dan yang paling parah adalah termediasi oleh realitas , sehingga membawa kita kepada “Keterlupaan” terhadap realitas . Bagi Jurgen Habermans komunikasilah yang terdistorsi , namun ini bukanlah justru sekedar distorsi komunikasi tapi distorsi kehidupan itu sendiri . Disisi lain , Kehidupan mulai beralih fungsi menjadi kehidupan yang bersifat yang ”Hyper-Real” seperti yang dimaksud oleh Jean Baudrillard dimana kehidupan yang abstrak menjadi nyata , dan yang nyata menjadi abstrak  , seolah-olah Dunia-dunia ciptaan seperti media sosial yang menjadi ruang kehidupan nyata bagi  kita dan begitupun sebaliknya . Teknologi modern menjadikan  Ruang dan waktu kini terlipat sehingga menyebabkan nilai-nilai yang menjadi pijakan dalam membangun peradaban juga ikut terlipat  itulah yang disebutkan oleh Yasraf Amir Piliang , nilai-nilai yang dulu kita percayai sebagai penuntun kini mulai goyah , sistem yang menjadi perwujudan nilai tak lagi bisa menjawab berbagai persoalan , layaknya saluran got yang sedang mampat dan macet , Terlipatnya ruang dan waktu membuat dunia benar-benar terlanjang , perputaran teknologi dan informasi yang begitu cepat melalui benar-benar menyebabkan pemaknaan kehidupan hampir mati , percepatan kehidupan membuat kita menelan semuanya bulat-bulat tanpa ada jeda dan pemaknaan . Hidup menjadi hampir tak berniali lagi .
Medan Kapitalisme-Individualistik , di Tanah Britania Sejak John Locke , David Hume , dkk memprolamirkan liberalisme yang dimana meniscayakan kebebasan individu , disisi lain  Adam Smith , David Ricardo , dkk yang memperluas gagasan liberal ke ranah ekonomi yang kemudian melahirkan Doktrin Liberal-Kapital yang meniscayakan Privatisasi  dan keuntungan . Revolusi industrilah yang menjadi puncak dari narasi kapitalisme-liberal , namun disisi lain para kelas pekerja disana berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan dalam kondisi yang tidak manusiawi sehingga Marx muncul membangkitkan fajar baru kemanusiaan dan melawan segala ekses kapitalisme dengan sosialisme , namun runtuhnya Tembok Berlin dijadikan simbol berakhirnya sosialisme sekaligus perang ideologi selama bertahun-tahun dan Kapitalisme tampil sebagai ideologi dominan sampai sekarang . Privatisasi dan Kapitalisme kini menjajah dunia kita , manusia yang berpunya kini menjadi raja bagi dunia , dan kaum tidak berpunya menanggung ribuan beban , mereka seperti Drakula penghisap darah yang sangat rakus dan menghisap segala manusia , dengannya maka hancur pula nilai-nilai Egaliter-sosial yang dibangun sejak zaman dulu , nilai-nilai sosial manusia kini bergeser menjadi lebih transaksional bahkan manusia direduksi menjadi homo economicus , kemampuan manusia hanya dinilai dari seberapa jauh dia bisa menghasilkan keuntungan . Kini manusia yang tidak punya hak privat harus terpinggirkan dari dunia modern bahkan terus menjadi budak bagi manusia lain , inilah Hukum Rimba , yang bermodal dan kuat akan menang dan yang tidak bermodal dan lemah akan kalah .
Kita benar-benar dikuasai oleh system yang kita buat . Mark Horkheimer dan Theodore W. Adorno , (Dialektics of Enlighment) mengatakan bahwa dunia modern dimana ilmu pengetahuan yang seharusnya membawa manusia kepada pencerahan (enligthment) justru membawa manusia kembali kepada zaman kegelapan , system yang kita buat benar-benar sedang tercemar , akibatnya masyarakat benar-benar keracunan dan hampir sekarat . Keretakan –keretakan dunia sosial paling gandrung cenderung menyebabkan anarki masyarakat , namun anarkisme masyarakat bukanlah disebabkan karena ada yang bermasalah pada individu , tapi memang mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan masyarakat kita , munculnya kelompok-kelompok sosial , sekte-sekte , kaum-kaum fundamentalis dan berbagai golongan adalah sebuah tanda bahwa masyarakat mulai tidak percaya dengan system yang mereka hidupi . Munculnya berbagai kelompok adalah bentuk dari “mekanisme pertahanan diri” akibat dari system yang sangat tertutup dan betul-betul tidak memberi jawaban atas berbagai persoalan kehidupan , Kelompok-kelompok sosial mulai membuat sebuah “Jarak” (Distingsi) atau pembeda dengan system maupun kelompok lainnya .

Adakah sebuah masa depan untuk kita ? ataukah lagi-lagi kita justru terus menerus mengalami nhilisme , ataukah kita perlu melakukan interupsi ? Mari kita jawab bersama . 

Posted By Ayub Gazali02:24

Sunday, 2 February 2014

MEMBACA KETERASINGAN MANUSIA

Filled under:

Hakekat Kehidupan memang selalu bergerak dan berubah , dan perubahan adalah sesuatu yang pasti di Alam semesta . Begitupun Manusia , Manusia terus bergerak baik itu gerakan berupa perubahan fisik maupun mental  dan dalam prosesnya manusia akan mengalami absurditas(Ketidakpastian). Dunia memang sebuah absurditas(ketidakpastian) yang tak tentu kemana arahnya . dan dalam prosesnya tersebut terkadang. Ketidakpastian ini membawa manusia pada zona nyaman dan juga  tidak nyaman dan hal tersebut selalu berputar bagaikan roda . Dalam kondisi manusia inilah saya menyebutnya sebagai Keterasingan .Semua manusia pasti akan  mengalami  keterasingan , keterasingan adalah suatu kondisi ketika manusia mengalami titik yang paling  rendah dalam hidupnya baik  itu mengalami kejenuhan , keputusasaan , kecemasan , galau  dan berbagai bentuknya yang lain.Ketidakpastian, akan selalu dialami oleh manusia  sebagaimana yang disebutkan oleh Albert Camus (The Stranger) bahwa manusia senantiasa mencari kepastian dalam hidupnya namun mereka terjebak dalam dunia yang tidak pasti sedangkan Martin Heidegger (Being And Time) menyebutkan  bahwa manusia akan selalu mengalami kecemasan (Angst) dalam menjalani proses kehidupan. Ketidakpastian kehidupan akan membawa manusia kepada keterasingan , dan keterasingan sebagai bagian  antitesis manusia dalam menjalani proses kehidupannya.


            Keterasingan  merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan ada yang mengatakan bahwa saat –saat keterasingan adalah Prime Time manusia atau waktu yang paling berharga bagi manusia . Ketika manusia mengalami keterasingan manusia akan mencoba merenung , dan mencari sebuah pemecahan atas masalah yang dia hadapi , manusia akan mencoba melihat sisi terdalam dalam dirinya dan merefleksi semua yang terjadi . Keterasingan ini adalah hal yang sangat krusial pada manusia dan menyebabkan 2 kemungkinan , di satu sisi keterasingan akan membawa manusia untuk menyerah pada realitas dan disisi lain akan membawa manusia untuk memberontak terhadap realitas . Namun dalam keterasingannya manusia cenderung menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi dan mencoba kembali untuk mengikuti arus realitas disekitarnya dan tidak melakukan perubahan, bukannya mencoba melakukan pembacaan ulang atas apa yang terjadi dalam kehidupannya dan mengambil sebuah kesimpulan dan tindakan ,Mereka saya sebut sebagai Para Manusia Status-Quo. Manusia yang selalu  mengikuti arus realitas disekitarnya dapat disebut sebagai Manusia yang Pro-status-quo , yaitu Manusia yang terus-menerus mengikuti realitas kehidupannya sehingga yang terjadi adalah pemaknaan terhadap dirinya akan kosong dan hampa dan seakan-akan nilai  kemanusiaan dalam dirinya hampir tidak terlihat, mereka tidak peduli dengan apa yang ada , dan cenderung hanya ingin mengamankan hasrat-libido nya. Manusia-Manusia pro-status-quo akan selalu menjaga dan mendukung sistem dan doktrin dimana dia hidup agar kelangsungan hidupnya terjaga , sehingga akan menghasilkan manusia yang serba sinis dan bermental penjilat serta bermoralitas tuan-budak . Keterasingan seharusnya membuat manusia memberontak dan melawan realitas yang ada sehingga kehidupan manusia bisa dimaknai dan manusia dapat menyadari kemanusiannya . Status-Quo akan membawa pada kehampaan makna hidup , layaknya manusia tanpa jiwa yang hampir mirip dengan hewan yang selalu mengulang-ulang rutinitasnya (hidup-mencari makan-berkembang biak-mati) yang semata-mata pemenuhan insting/hasrat belaka Manusia pro-status quo adalah mereka yang terjebak pada realitas yang mereka ciptakan sendiri . Idiom-idiom status quo diciptakan melalui pemaksaan  , kekerasan , terror , ketakutan , dan bahkan secara halus melalui doktrin-doktrin .Louis Althusser menyebutkan bahwa yang menggunakan kekerasan diebut RSA (Represif state Aparatus) misalnya : Aparat Kepolisian dan tentara , sedangkan yang menggunakan doktrin-doktrin yang bersifat lebih halus disebut sebagai ISA(Ideological State Aparatus) misalnya pendidikan  ,dimana tujuannya sama yaitu melanggengkan suatu kuasa atau domain ideologis tertentu yang ujungnya akan menjadi Kondisi Status –Quo , begitupun manusianya.
            Para Manusia Hebat adalah manusia-manusia yang mengalami keterasingan , dan menyadari keterasingannya dan berani melawan realitas disekitarnya dan membuat pemaknaan baru . Kita Mengenal Muhammad atas perlawanannya terhadap kaum Quraisy dan dia mengalami keterasingannya di Gua Hira , Musa kita kenal karena perlawanannya terhadap Bangsa Mesir , dimana keterasingan dia alami saat dia Menjadi Pengembala , ada pula Soekarno yang melawan Imperialisme asing , dan mengalami keterasingannya di Flores (Ende) . Para Manusia hebat tersebut  melakukan evaluasi terhadap dirinya dan realitas yang ada disekitarnya , mereka melakukan perenungan dan pembacaan secara mendalam terhadap realitas yang pada akhirnya membawanya pada pemecahan masalah dan berujung pada perubahan. Merekalah manusia-manusia yang menyadari keterasingannya.
Keterasingan merupakan  jeda – jeda (Spasi) dalam sebuah realitas kehidupan ,keterasingan akan mengevaluasi perbuatan manusia , apakah realitas tersebut membawa sebuah makna bagi kehidupannya  ataukah sama sekali tidak membawa makna dan perubahan . Spasi atau jeda akan membedakan dan memberikan ruang antara yang satu dan yang lain dan memberikan warna tertentu , tentunya perbedaan dan perubahan adalah dua hal yang saling terkait sangat erat . Spasi atau jeda (keterasingan) akan membuat kita lebih leluasa memaknai hidup yang terjadi, selanjutnya  perbedaan – perbedaan akan terus berdialektika untuk menghasilkan suatu perubahan . Beda halnya dengan Dunia yang diciptakan manusia status quo (Dalam defenisi paling luas), dimana segala sesuatunya serba datar, berulang  dan seragam atau sama  , dimana perbedaan dan jeda hampir tidak ada  sehingga perubahan juga hampir tidak ada  roda kehidupan terus berputar seperti lingkaran setan, status quo seperti penjara kemanusiaan , manusia hanya fokus untuk melanjutkan kehidupannya bukannya memaknai hidupnya.Saya yakin bahwa aktor yang dimaksud Alain Badiou (Being & Event) yang akan melakukan perubahan atau peristiwa (Event) dalam kekosongan/status-quo adalah Para Manusia yang terasing – atau para manusia yang sedang mengalami kekosongan (perenungan – keterasingan) . Dalam kondisi realitas yang sedang mengalami kekosongan (Menurut term Badiou) , (Jika ada aktor yang bisa ) akan terjadi peristiwa atau event yaitu penciptaan sebuah kebenaran baru atau realitas baru. Begitupun konsep Ubermansch (Manusia Super) menurut Friedrich Nietzche adalah mereka yang berani melawan realitas membentuk sebuah pemaknaan baru.
Manusia bukanlah sesuatu yang tergeletak begitu saja di dunia ini , Manusia adalah makhluk yang bermukim di dunia , Manusia amat sangat berbeda dengan makhluk lainnya , Manusia tidak sekedar hidup (Life) , tapi juga Ada-Mengada (Exist) . Hanyalah manusia yang mengalami keterasingan , keterasingan manusia harus dimaknai sebagai sebuah evalusi proses kehidupan sehingga kita bisa memaknai hidup yang amat berharga ini , bukannya terjebak pada dunia , tapi memanfaatkan kutukan yang bernama Kebebasan dan memaknai hidup dan terus-menerus melakukan hal yang bermanfaat bagi Manusia lainnya dan juga alam , kita akan berevolusi bersama alam (Nature Co-evolution) dan berevolusi bersama manusia lainnya (Social Co-evolution) dan mari kita  menciptakan sebuah Dunia yang Egaliter , sebuah dunia dimana semua manusia bisa hidup didalamnya (sebuah dunia tanpa kelas) . Dunia seperti inilah yang akan selalu dicari umat manusia sepanjang sejarah , beberapa orang hebat  telah menciptakan proto type dunia yang seperti ini , Mulai dari Musa, Muhammad , Soekarno, dan sebagainya . Mereka adalah orang-orang yang memaknai keterasingannya . Masihkah kita mengalami keterasingan pada hari ini dan memaknainya? ataukah kita justru tidak memaknainya dan  menjadi pro-statusquo ? Yah , itu pilihan anda . Berbahgialah para manusia yang terasing .

AYUB GASALI

Posted By Ayub Gazali21:38

Thursday, 30 January 2014

IDEALISME PAPAN TULIS

Filled under:

Sungguhlah hebat Mahasiswa bahkan sejarah bangsa Indonesia mulai dari terbentuknya sampai sekarang setiap Lembaran sejarah yang tercatat tak pernah lepas dari peranan Mahasiswa mulai dari Boedi Utomo sampai Era Reformasi . Dua Rezim Paling berkuasa di Indonesia dijatuhkan oleh Mahasiswa Namun kemanakah mereka sekarang ? Bukanlah Zaman sekarang jauh lebih bobrok dari sebelumnya ? Korupsi , Kekerasan , Kekejaman dan lain-lainnya ditelanjangkan secara bebas oleh Media . Penampakan-penamakan yang terjadi disekitar kita adalah penanda dari sebuah Fenomena kondisi suatu bangsa dan itulah cerminan kita sendiri Fenomena itulah yang mewakili seperti apa wajah kita sebenarnya dan itulah Wajah Bangsa Indonesia . Korupsi , Kekerasan , Kekejaman itulah cerminan diri kita yang sebenarnya . Saya berani mengatakan bahwa bukanah orang yang mencintai Indonesia yang tidak tidak peduli pada kondisi Negara kita pada saat ini jika memang benar kita mencintai Indonesia bukankah kita seharusnya peduli pada hal-hal diatas ? . Bicara Korupsi , mulai dari Perangkat Desa sampai Pemerintah Pusat Korupsi , Institusi Kenegaraan , DPR , sebagian besar dirancuni oleh penyakit yang bernama korupsi ,Bicara Kekerasan Mulai dari Siswa,pengantar Mayat dan supporter Sepakbola semuanya anarkis , Bicara kekejaman Institusi Kepolisisan justru menembaki warga sipil di berbagai daerah bahkan ikut tersandung kasus Hukum padahal bukankah mereka seharusnya yang menegakkan terus-menerus berada dalam kondisi seperti ini ?.


Mahasiswa sebagai motor perubahan , hampir dalam setiap kesempatan saya mendengar hal itu mulai dari Forum Diskusi , Pengkaderan , Seminar , dan sebagainya namun ketika saya benturkan dengan relitas kekinian tampaknya hanya akan menjadi Omong kosong belaka . Dalam setiap kesempatan saya mendengar kata “Revolusi sampai Mati” namun lagi-lagi ketika dibenturkan dengan realitas kekinian hanyalah sebuah bualan belaka . Di era keterbukaan sekarang ini seharusnya kita bisa membangun sebuah masyarakat seperti yang dicita-citakan oleh para Founding father bangsa ini dan bukannya sebaliknya . mungkinkah ada masalah dengan Mahasiswa ? .
SUNGGUHLAH BENAR APA YANG MARX KATAKAN TENTANG IDEOLOGI SEBAGAI KESADARAN PALSU BEGITUPUN GAGASAN TORITIKUS JERMAN PETER SLOTERDJIK TENTANG CYNISM ATAU SINISME YAITU SUATU KONDISI DIMANA KITA PAHAM KONDISI SEBUAH REALITAS NAMUN KITA TIDAK MELAKUKAN APA-APA (UNTUK MENGUBAHNYA) . Itulah jawaban yang paling tepat menggambarkan realitas kekinian pada Dunia Kemahasiswaan . Di era sekarang ini ruang belajar dan berproses semakin terbuka dengan menjamurnya Lembaga-lembaga Kemahasiswaan dan seharusnya semakin banyak alternative pemecahan  masalah bagi bangsa ini namun aneh nya justru Negara semakin tidak jelas arah dan tujuannya , sebenarnya kemanakah peran dan fungsi para Mahasiswa ini ? . Dan saya menemukan jawabannya pada apa yang saya sebut sebagai “Ideailsme Papan Tulis” yaitu suatu kondisi ketika gagasan dan pemahaman hanya sampai pada pemikiran dan tak pernah sampai pada dunia nyata , Layaknya sebuah papan tulis yang isinya berganti tiap hari topic yang satu ke topic yang lain.
Dalam dunia kemahasiswaan papan tulis adalah sahabat yang paling dekat dan hampir tiap hari kita berhadapan dengannya . Mulai dari kuliah sampai dengan kegiatan Lembaga Kemahasiswaan hampir semua menggunakan papan tulis bahkan dalam hampir semua kegiatan di dunia pendidikan menggunakan papan tulis.
Dalam kegiatan kemahasiswaan utamanya diskusi,kajian,serta berbagai kegiatan lain menggunakan papan tulis dan dan setiap harinya papan tulis ini menjadi teman sejati bagi mahasiswa , Dunia pun bisa dilihat dari sebuah papan tulis dan bahkan GAGASAN-GAGASAN TENTANG KEBENARAN,KEADILAN,DAN PERUBAHAN SOCIAL dapat ditemukan dalam sebuah papan tulis bahkan ribuan orang hebat telah lahir dari papan tulis ini , namun bangsa yang besar ini masih saja tak berubah justru penyakit-penyakit sosial seperti diatas justru semakin akut, entah apa yang terjadi dengan gagasan-gagasan ideal yang telah tertuliskan pada papan tulis ini.Gagasan-gagasan yang pernah tertuliskan pada papan tulis ini seakan-akan hanyalah seperti roda yang berputar terus menerus topic yang satu dan yang lainnya saling berganti satu sama lain dan terhapus begitu saja dari papan tulis ini yang tersisa hanyalah sebuah jejak-jejak kecil dalam ingatan yang mungkin sangat mudah untuk menghilang dan mengendap dalam akal. Entahlah diamankah letak pengaktualan gagasan-gagasan kecil ini. Mengingat PAULO COELHO (The Alchemist-1988 ) bahwa sebenarnya dari hal-hal sederhanalah kita bisa membuat sebuah perubahan yang besar serta gagasan EDWARD NORTON LORENTZ tentang Teori Chaos (The Butterfly Effect - 1961) bahwa “Kepakan sayap kupu-kupu di Brazil bisa mengakibatkan tornado di Texas”. Saya yakin beberapa saja gagasan ideal dalam papan tulis yang bisa kita aktualkan dalam dunia nyata maka saya yakin akan menimbulkan beberapa perubahan yang besar bagi dunia.
                Sampai sekarang yang saya temui hanyalah ”Intelektual-Intelektual Mekanik” Ala ANTONIO GRAMSCI dan “ Bal’am” Ala ALI SYARIA’TI yang melacurkan idealismenya kepada kelas penguasa demi kepentingan pribadi bahkan banyak yang mencari jalan itu melalui lembaga kemahasiswaan. Sekali lagi SLAVOJ ZIZEK benar  tentang Ideologi itu adalah kesadaran palsu , Kita berada dalam Tataran Simbolik. Ketika Anda mengaku Anti-Nasionalis  dan justru hormat pada bendera ketika upacara maka secara tidak langsung anda justru mengakui bahwa anda adalah seorang nasionalis ,karena apa yang kita lakukan justru menggambarkan seperti apa anda sebenarnya. Yah..!! itulah yang terjadi pada Mahasiswa jaman sekarang segala sesuatu hanya dinilai dari sisi pemikiran/ide dan gagasan belaka tidak dinilai dari segi realitas dan pengaktualan , Dimana semua masalah hanya dianggap selesai di papan tulis itulah “Subjek Sinis” Ala SLAVOJ ZIZEK dimana Kita sadar akan realitas sangatlah Menindas namun yang kita lakukan adalah justru mengabaikannya dimana Semua Gagasan selesai diatas papan tulis. Segala Gagasan Ideal di Dalam Dunia Kampus selama ini hanyalah terpenjara dalam dunia kampus di dalam sebuah papan tulis. Seandainya saja papan tulis bisa mengaktualkan apa yang pernah ditulis di dalamnya maka mungkinkah apa yang diyakini oleh Pemikir Post-Modernisme Seperti MICHAEL FOUCAULT , JACQUES DERRIDA , JULIE KRISTEVA DAN LOUIS ALTHUSSER Yang Menggempur subjek habis-habisan dan Berkata “SUBJEK SUDAH MATI” maka saya akan bilang bahwa “JIKA SUBJEK TELAH MATI, MAKA MUNGKINKAH TUHAN PUN TELAH MATI..??? ”.

AYUB GASALI  (MAHASISWA FAKULTAS PERTANIAN ANGKATAN 2009) SAAT INI AKTIF DI FORUM KAJIAN PERTANIAN –UNHAS (FKP-UH)
               

Posted By Ayub Gazali00:56

Wednesday, 22 January 2014

SEBUAH KEKALAHAN KECIL (DESAKU)

Filled under:

Di sebuah Desa Kecil di Kab.Bone kurang lebih 30 km dari kota kabupaten Desa itu adalah tanah leluhurku,disanalah ibuku dilahirkan dan aku juga pernah menghabiskan masa-masaku disana.Sawah dan lading terhampar luas bahkan Dulu saat aku berumur 10 tahun,kulihat para orang-orang bahu-membahu bersama-sama diladang dan disawah saling membantu dan gotong royong.Mereka menanam padi bersama,panen bersama dan memikul hasil panen bersama.Aku senang bermain disana.Sekarang yang kulihat hanyalah para orang tua dan kakek-nenek yang ada disana namun kemanakah para generasi mudanya ?.Sekarang mereka sibuk berhura-hura dan berfoya-foya mereka memaksa para ayah-ibu mereka untuk membeli segala macam yang membuat mereka serasa menjadi orang kota dan orang modern.Mereka menganggap bahwa bertani adalah pekerjaan rendahan sehingga mereka malas turun kesawah.Mereka lupa bahwa darisanalah mereka hidup.Mereka ingin hidup dan tinggal di kota tapi apa daya pendidikan mereka kurang memadai,hanya kurang yang sampai ke perguruan tinggi,itupun sangat terbatas dan PT lokal saja sehingga lapangan pekerjaan juga cukup terbatas untuk mereka.Lalu kelak siapa yang akan menjadi petani  ? 
 
Desa itu adalah desa yang sangat kaya akan alamnya.10 Tahun yang lalu jika berangkat ke sawah bersama kakek,aku singgah disebuah sungai kecil yang sangat jernih disana kami memasang perangkap udang dan ketika pulang pasti mendapat beberapa udang besar yang hampir seperti lobster dan tidak lupa memancing ikan serta berburu kepiting.Kini sungai itu hampir hilang airnya tidak nampak kecuali jika musim penghujan itupun debet airnya sangat kurang.Tak ada Udang,ikan dan kepiting lagi.Kenapa sungai itu hilang ?
Desa itu sangat rindang dan sejuk ada beberapa pohon besar yang sering kujadikan sebagai tempat istirahat dan beberapa pohon beserta buahnya serta tanaman-tanaman hutan lain yang dapat dikonsumsi.Setiap musim buah-buahan tertentu aku biasa memanjat pohon dan melempar buah dan jumlahnya sangat banyak dan bebas diambil di dalam hutan.Kini pohon besar semakin berkurang,begitupun dengan buah-buahan serta tanaman hutan katanya Pohon besar yang ada telah ditebang dan kayunya telah dijual ke kota oleh seseorang dan warga lainnya juga mengikuti sehingga pepohonan makin berkurang dan banyak ditebang lalu dijual.Hutan-hutan dengan buah dan tanaman hutan yang banyak itu sekarang menjadi gundul karena kayunya dijual lalu dijadikan ladang bahkan dipagari,tak ada lagi buah-buahan dan tanaman hutan disana.Bahkan sering terjadi sengketa memperebutkan lahan itu karena sumberdayanya.Masih adakah Pohon,buah,dan tanaman hutan itu ? dan masih adakah hutan yang hasilnya bebas diambil oleh setiap orang ?
Desa itu sangat rapi dan rumah-rumah tertata rapi dengan halaman yang dipenuhi dengan tanaman buah dan sayur serta rempah-rempah dan biasanya aku bermain disana dan berlarian dikolong rumah serta disekitaran halaman.Sangat asyik bermain disana bersembunyi di antara pohon sereh lalau berputar mengelilingi tanaman terong lalu berlari dari pohon kelapa sampai ke pohon jambu,bermain mobil-mobilan di parit halaman lalu mem,buat kota kecil dari pasir dan tahi sapi dikandang sapi yang ada dikolong rumah kemudian mengejar ayam dikandang.Namun sekarang tak ada lagi kandang ayam disana,tak ada lagi kandang sapi.Sapi dulu yang digunakan membajakl sawah berganti menjadi traktor mesin dan kandang ayam sudah hilang dan hanya dibiarkan begitu saja karena rumah yang dulu adalah rumah kayu tradisional telah menjadi rumah modern dari semen sehingga tak ada lagi kolong rumah dulu serta kandang ayam dan sapinya selain itu rumah sangat sering kebanjiran dan temboknya retak akibat gempa kecil.Halaman yang dulu penuh kebun telah kering dan penuh dengan bunga-bungaan mahal yang dipajang dan ditanam tak ada lagi sayuran,buah,dan rempah yang sangat sejuk dan indah yang biasanya bisa memenuhi kebutuhan,Pohon jambu yang dulu kutanam bersama ayah sekarang ditebang dan digunakan sebagai tempat merambat bunga tertentu.Masih adakah yang punya rumah kayu tradisional ? Masih adakah yang punya Halaman penuh buh,sayur,dan rempah serta kandang ternak ?
Desa itu adalah desa yang sangat sopan 10 Tahun yang lalu dalam setiap acara,pasti setiap keluaraga turut membantu dan meramaiakn dengan tabuhan gendang dan permainan kecapi yang sangat indah dan membuat kita terbahak-bahak dan bermain kartu dengan kopi dan the serta kue-kue khas sampai subuh dan setelah pesta bubar tetap dilakukan hal seperti itu namun sekarang Dalam sebuah pesta pernikahan salah seorang kerabat dekat ada fenomena yang cukup menarik.Seusai tamu dan undangan bubar para generasi muda di sekitarnya beserta kawan-kawannya justru melakukan pesta miras dalam tempat pernikahan seraya menikmati goyangan para biduan dari orkes yang sangat erotis dan sensual.Sangat Ironis karena hal seperti itu dilakukan di dekat mesjid yang jaraknya hanya hampir 20 meter dari tempat pesta.Fenomena ini memang sepertinya sudah membudaya pada daerah itu bahwa dalam setiap pesta pernikahan “mesti”dan”harus” ada pesta miras di dalamnya sambil menikmati goyangan erotis para biduan mereka juga ikut berjoget diatas panggung. Dan seusai para tamu undangan bubar mereka langsung menyulap tempat tamu undangan menjadi sebuah arena joget dan pesta miras.Sebuah kekalahan kecil sedang kita alami,bahwa para generasi muda penerus bangsa yang bertugas membangun negeri ini justru berfoya-foya di tengah carut marut bangsa ini dan kelak akan menggantikan para pemimpin serta pejabat ‘tak bermoral lainya”.Kemanakah desaku nanti ? Kemanakah para saudara  serta teman-temanku disana ? Aku Rindu Desaku Yang Dulu dan setelah sarjana aku akan kembali kesana membuat suatu perubahan kecil untuk tanah leluhurku. (Makassar 17 Januari 2011).

Ayub Gasali

Posted By Ayub Gazali03:05

Monday, 13 January 2014

PEMIKIRAN PARMENIDES : JALAN KEBENARAN DAN JALAN PENDAPAT (ONE AND MANY PROBLEM)

Filled under:

Parmenides (540-470 SM) adalah seorang filsuf yang lahir di kota Elea, Italia Selatan. Dia menganut ajaran Pythagorean, yaitu ajaran yang dibentuk Pythagoras (seorang mistikus) yang berpendapat bahwa realitas tersusun atas bilangan. Pada usia ke 65 tahun, dia dan muridnya Zeno berkunjung ke Athena dan bercakap-cakap dengan Sokrates yang masih muda pada waktu itu.Parmenides adalah seorang filsuf mazhab Elea. Di dalam Mazhab Elea, Parmenides merupakan tokoh yang paling terkenal. Pemikiran filsafatnya bertentangan dengan Heraklitos sebab ia berpendapat bahwa sesuatu “yang ada” tidak berubah.
Inti Utama dari Pemikiran Parmenides ada 2 Yakni Jalan Kebenaran dan Jalan Pendapat (Being dan Aletheia) dan berikut sedikit penjelasan mengenai hal itu :

1.Jalan Kebenaran
Inti utama dari "Jalan Kebenaran" adalah keyakinan bahwa "hanya 'yang ada' itu ada". Parmenides tidak mendefinisikan apa yang dimaksud "yang ada", namun menyebutkan sifat-sifatnya. Menurut Parmenides, "yang ada" itu bersifat meliputi segala sesuatu, tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan. Selain itu, "yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal. Menurut Parmenides, "yang ada" adalah kebenaran yang tidak mungkin disangkal. Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi. Hal itu dapat dijelaskan melalui pengandaian yang diberikan oleh Parmenides. Pertama, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" itu tidak ada. Kedua, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" dan "yang tidak ada" itu bersama-sama ada. Kedua pengandaian ini mustahil. Pengandaian pertama mustahil, sebab "yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan. "Yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan dibicarakan. Pengandaian kedua merupakan pandangan dari Herakleitos. Pengandaian ini juga mustahil, sebab pengandaian kedua menerima pengandaian pertama, bahwa "yang tidak ada" itu ada, padahal pengandaian pertama terbukti mustahil. Dengan demikian, kesimpulannya adalah "Yang tidak ada" itu tidak ada, sehingga hanya "yang ada" yang dapat dikatakan ada.
Untuk lebih memahami pemikiran Parmenides, dapat digunakan contoh berikut ini. Misalnya saja, seseorang menyatakan "Tuhan itu tidak ada!" Di sini, Tuhan yang eksistensinya ditolak orang itu sebenarnya ada, maksudnya harus diterima sebagai dia "yang ada". Hal ini disebabkan bila orang itu mengatakan "Tuhan itu tidak ada", maka orang itu sudah terlebih dulu memikirkan suatu konsep tentang Tuhan. Barulah setelah itu, konsep Tuhan yang dipikirkan orang itu disanggah olehnya sendiri dengan menyatakan "Tuhan itu tidak ada". Dengan demikian, Tuhan sebagai yang dipikirkan oleh orang itu "ada" walaupun hanya di dalam pikirannya sendiri. Sedangkan penolakan terhadap sesuatu, pastilah mengandaikan bahwa sesuatu itu "ada" sehingga "yang tidak ada" itu tidaklah mungkin. Oleh karena "yang ada" itu selalu dapat dikatakan dan dipikirkan, sebenarnya Parmenides menyamakan antara "yang ada" dengan pemikiran atau akal budi.


Setelah berargumentasi mengenai "yang ada" sebagai kebenaran,  menyatakan konsekuensi-konsekuensinya, setelah berargumentasi mengenai “yang ada” sebagai kebenaran.

a. Pertama, “yang ada” adalah satu dan tak terbagi, sedangkan pluralitas tidak mungkin. Hal ini dikearenakan tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan “yang ada”.
b. Kedua, “yang ada” tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan. Dengan kata lain, “yang ada” bersifat kekal dan tak terubahkan. Hal itu merupakan konsekuensi logis, sebab bila “yang ada” dapat berubah, maka “yang ada” dapat menjadi tidak ada atau “yang tidak ada” dapat menjadi ada.
c. Ketiga, harus dikatakan bahwa “yang ada” itu sempurna, seperti sebuah bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama. Merurut Parmenides, “yang ada” itu bulat sehingga mengisi semua tempat.
d. Keempat, karena “yang ada” mengisi semua empat, maka disimpulkan bahwa tidak ada ruang kosong. Jika ada ruang kosong, artinya menerima bahwa di luar “yang ada” masih ada sesuatu yang lain. Konsekuensi lainnya adalah gerak menjadi tidak mungkin sebab bila benda bergerak artinya benda menduduki tempat yang tadinya kosong.

2.Jalan Pendapat
Buah pemikirannya yang kedua adalah jalan pendapat. Parmenides mengajarkan konsep doxa (pendapat umum) dan aletheia (kebenaran). Doxa adalah kebiasaan dan pandangan umum yang kita dengar dan dapatkan dengan begitu saja. Dia menghendaki agar kita tidak jatuh pada doxa.
Sebaliknya, Parmenides mengajak agar kita berpegang pada aletheia yang menyandarkan diri pada akal budi semata. Dalam bersikap, dia mengajarkan agar kita berpikir sendiri dan menemukan kebenaran itu sendiri. Kita tidak boleh percaya pada gagasan-gagasan umum yang kebenarannya tidak pasti. Lebih tegas lagi, dia menyatakan kita tidak boleh percaya pada “lidah dan telinga”.
Parmenides menyatakan kebenaran hanya dapat diperoleh melalui akal budi semata. Dengan akal budi hendaklah kita menjadi penguji dan hakim segala sesuatu. Dengan akal budi, kita dapat memperoleh pengetahuan yang murni dan sejati. Pengetahuan ini mampu menangkap “yang ada”, yang bersifat tetap, dan tidak berubah di balik pengetahuan indera yang menipu.
Parmenides mengajarkan pentingnya berpikir dan mengambil sikap tegas yang mandiri terhadap apa yang diyakini oleh umum. Pemikiran dan sikap demikian menunjukkan bahwa keyakinan umum tidak selalu benar. Oleh karena itu, kita harus melihat realitas dengan menggunakan akal budi secara langsung.

Pemikiran Parmenides membuka babak baru dalam sejarah filsafat Yunani. Dapat dikatakan, dialah penemu merafisika, cabang filsafat yang menyelidiki “yang ada”. Filsafat di masa selanjutnya akan bergumul dengan masalah-masalah yang dikemukakan Parmenides, yakni bagaimana pemikiran atau rasio dicocokkan dengan data-data inderawi. Plato dan Aristeteles adalah filsuf-filsuf yang memberikan pemecahan untuk masalah-masalah tersebut.

Posted By Ayub Gazali08:34